taring
dik…,istriku yang baik
izinkan aku bercerita nestapa di atas kertas pikiranku
yang mengelana tak karuan di shubuh ini
di belantara jakarta, di atas getaran kaca jendela bus,
semata-mata untuk aku dapat tepat waktu menaruh jari di mesin absen,
dengarkan saja ya dik…jangan kau sela
aku hanya mau curhat, agar bebanku lepas, dan tidak menjadi gila
dik, di negeri ini yang laku adalah skeptis, tak patut disalahkan
karena sepertinya orang sudah putus asa
dengan apa yang dikatakan para pemimpinnya
ketika mereka berkata timur, lakunya adalah barat
ketika mereka menulis langit, lagaknya adalah bumi
bahkan jabatan adalah mata air kesenangan untuk diperas
hingga darah yang tersisa, itu pun kalau ada
jika tak ada maka daging-daging yang menjijikkan itu
tak akan tersisa dimakan, oh…kanibalisme menjelma tiba-tiba
jika kau katakan kepada mereka, “amanahlah kalian!”
kau akan jumpai wajah mereka serupa para petaubat
yang mendengarkan ceramah ustadz di pagi hari
sejuk, kalem, indah, seperti ada cahaya yang keluar dari ubun-ubun mereka
tapi dibalik itu, kau tahu dik, ada taring-taring tersembunyi di balik bibirnya
aku takut jadinya…”untung di pagi ini leherku utuh seperti biasanya”
dik, jadinya apa? kau sampai bosan menerima pengemis di depan rumah dan di mana-mana
seperti tiada habisnya dan semakin hari semakin bertambah
bayi dan anak-anak yang seharusnya menikmati hangatnya pelukan kita
menjadi penguasa jalanan,
lalu alam kita ludes dik, ikan-ikan takut di setrum, dibom, dipukat , jalanan karut,
sekolah pada ambruk, banyak orang sakit, fisik, batik, dan suluknya
birokrasi bertambah ribet, kejujuran hanya dilipat di atas jok mobil,
orang-orang semakin keras kepala, tak ada tuh dik, keramahan yang pernah kita nikmati
walau hanya ada di buku-buku pendidikan moral sekolah kita dulu…
iiihh, kejam sekali mereka.
dik…aku benci mereka, benci sebenci-bencinya
tapi tahu tidak dik, entah kenapa mulutku ada yang tidak biasa
sebelum berangkat tadi, saat kau masih tertidur pulas di ranjang
aku berkaca, ada tumbuh taring dik…tumbuh taring!!!
aku ingat, kemarin, tasku bertambah berat dik, ada kertas warna merah, banyak-banyak sekali
tuh masih di sana…di dalam tas. aku menangis dik, aku tak mau jadi mereka
tapi aku tetap jadi mereka.
sebelum shubuh nurani berperang, hati menjadi kurusetra
dik, pagi ini aku mau kembalikan semuanya
dan aku akan benturkan kepalaku ini di lantai masjid yang dingin dhuha nanti
akankah aku temukan DIA?
**
Riza Almanfaluthi
Diikutkan dalam lomba menulis puisi Alamanah Fair Kementerian Keuangan.
Like this so much !!! 🙂
LikeLike
Terima kasih Teh…
LikeLike
merinding bacanya..
LikeLike