mata api
**

aku dekap hujan yang datang seketika padaku di sore hari ini
ia menangis, mengadukan berpuluh kesah
karena sungai yang tak mau terima
pohon yang tak mau tumbang
awan yang tak mau hitam
dan tanah yang tua
ia tak tahu
kalau aku
harusnya yang dipeluk
karena setangkai biru berduri
yang mendadak menusuk jantungku
hingga menembus tulang belakang, dan aku
hanya bisa merintih, merintih, dan merintih tak berkesudahan ini
lalu aku tatap hujan
tepat pada sepasang bola matanya
menembus ke relung terdalam
dan aku masuk ke labirin menyesatkan
yang tak tahu ujung dan arahnya
mencari sebuah tanya, bukan jawab
sembari itu aku masih lihat di sudut matanya
ada bening yang bertengger abadi
tidak butuh untuk jatuh dan lalu sirna
agar tetap menjadi saksi akan sebuah peristiwa
di saat itulah aku tergugah
bagaimana mungkin akan ada jawab jika tak ada tanya
aku hanya terdiam
saat isak menjadi iramanya
bahkan saat aku menjadi api
lihat !
aku adalah api yang dipagut hujan
tetap membara
sampai aku lipat dirinya
mengalungkannya di atas leher
dan berjalan menuruni tebing
di bawah sana
ada jeram yang kuat
untuk aku terjun
dan pergi ke laut
aku menjadi salmon
bermantel hujan
bersisik biru
dengan sepasang mata api
:dengarkan aku
***
Riza Almanfaluthi
4 Ramadhan 1432 H
Kebahagiaan adalah kesedihan yang salah tempat.
Gambar
Bagikan Tulisan Ini Jika Bermanfaat: