Jangan Banyak Tanya kepada Monster Wallstreet


Harian Kontan menulis sosok eksekutif Simon Hendiawan, direktur utama salah satu perusahaan masuk bursa, pada Sabtu, 14 Januari 2023.  Simon bercerita tentang kegagalannya dalam berinvestasi aset kripto.  Simon boncos.

Tempatnya bertransaksi kripto, BitConnect, melakukan penipuan dengan skema Ponzi berskala global. BitConnect melibatkan US$2,4 miliar atau Rp34,5 triliun dana investor.  Jumlah yang sangat besar. Namun, masih kalah jauh dengan hasil penipuan terbesar abad ini yang menggunakan skema sama.

Monster

Netflix baru-baru ini, tepatnya 9 Januari 2023, merilis film serial dokumenter berjudul Madoff, The Monster of Wallstreet. Kalau saja tidak ada krisis ekonomi 2008, investasi tipu-tipu Bernard Lawrence Madoff yang dimulai sejak tahun 70-an itu diyakini bisa terus berjalan.

Madoff mengumpulkan dana dari para orang kaya di sekitaran Palm Beach, Florida dan Eropa dengan kedok investasi saham. Investor dijanjikan dengan keuntungan yang menggiurkan, stabil, dan setiap tahun akan ada hasilnya. Risiko tidak ada.

Padahal Madoff membayar keuntungan para investor dengan menggunakan skema Ponzi. Investor diberikan keuntungan investasi menggunakan dana investor lain yang dikumpulkan di rekening Madoff sendiri di JPMorgan Chase.

Ada kalanya Madoff kekurangan dana segar untuk membayar keuntungan atau pokok yang mau ditarik oleh investor. Di saat itu, Madoff menghubungi empat orang kaya yang telah menjadi investor lama Madoff. Mereka dibujuk untuk kembali mendanai investasi Madoff.

Oleh Madoff mereka dijanjikan dengan keuntungan yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Kemudian dari mana Madoff akan membayar kepada empat investor paling  kaya itu? Ya, dari calon investor lainnya. Terus-menerus demikian seperti lingkaran setan tidak putus-putus.

Pengumpulan dana yang dikelola secara rahasia oleh Madoff berlangsung selama puluhan tahun dan tidak ada yang menyadari bahwa mereka sedang ditipu oleh Madoff. Atau sebenarnya mereka tutup mata.

Madoff dengan penuh kepercayaan diri mengatakan kepada investor yang  mempertanyakan bagaimana Madoff menjalankan investasinya: “Jangan banyak tanya atau ambil saja investasimu.” Dengan kalimat seperti itu saja, seluruh investor tetap mempertahankan investasinya di Madoff.

 

Mereka Percaya

Ada beberapa penyebab mengapa para investor tetap percaya Madoff. Madoff adalah orang terhormat di Wallstreet. Ia pernah menjadi ketua bursa saham NASDAQ. Jadi, tidak mungkin Madoff mempertaruhkan kehormatannya untuk melakukan penipuan.

Madoff memiliki sejarah meyakinkan dan hebat di masa lalu. Di saat bursa saham Wallstreet terjadi kepanikan pada 19 Oktober 1987, Bernard L. Madoff Investment Securities   menjadi satu-satunya perusahaan pialang yang terus-menerus mengangkat telepon para pemegang saham yang ingin menarik dananya dari bursa saham. Madoff terus membeli saham dengan harga berapa pun di saat para investor panik. Madoff melaluinya dengan selamat. Wallstreet mengagumi Madoff.

Perusahaan pialang inilah yang sebenarnya menjadi kover aksi tipu-tipunya itu. Perusahaan resmi dan legal Madoff terletak di Gedung Lipstick, Manhattan, New York lantai 19. Dua lantai di bawahnya, yaitu lantai 17, Madoff menjalankan investasi dengan skema Ponzi. Sejarah mengukuhkan Madoff.

Hal lain yang menyebabkan investor begitu percaya kepada Madoff adalah SEC (Securities and Exchange Commission) tidak melakukan tindakan apa pun kepada Madoff. Walaupun memang, SEC mendapatkan laporan berkali-kali dari Harry Markopolos. SEC tetap bergeming. Ini membuat investor bertambah yakin kalau investasi ilegal Madoff aman.

Semakin lama profil investor Madoff tidak hanya orang-orang kaya atau ternama seperti produser film Steven Spielberg, melainkan para pensiunan yang menitipkan uangnya kepada Madoff. Sekaligus komunitas Yahudi kaya raya di Amerika serikat seperti organisasi amal Yahudi. Sampai kemudian kalau diitung-itung, Madoff telah mengumpulkan uang sebanyak US$64 miliar atau setara Rp967 triliun dengan kurs saat ini.

Investor Madoff tidak hanya berasal dari Amerika Serikat. Orang-orang kaya Eropa terjerat dengan imbal hasil menggiurkan tanpa risiko yang ditawarkan Madoff. Setiap dari mereka meyakini bahwa Madoff hanya menyimpan harta mereka saja dan tidak melibatkan yang lain. Tentu ini salah.

 

Peniup Peluit

Harry Markopolos adalah ahli matematika perusahaan investasi baru saingan Madoff. Ketika Harry menawarkan investasi, para investor selalu menyebut nama Madoff. Tawaran Harry yang menjelaskan keuntungan yang diraih dan ada risiko yang bisa dikendalikan tidak membuat investor tertarik. Mereka sudah mendapatkan keuntungan nyata dari Madoff. Tanpa risiko sama sekali. Ini tidak benar. Tidak ada investasi tanpa risiko.

Oleh karena itu, Harry mengadakan investigasi terhadap investasi Madoff ini. Setiap perusahaan besar pemain saham Wallstreet yang ditanya oleh Harry selalu mengatakan mereka tidak melakukan transaksi dengan Madoff. Ini aneh. Kalau benar Madoff menginvestasikan dana investor melalui saham, tentu Madoff akan berhubungan dengan para perusahaan itu. Ternyata tidak, lalu ke mana uang para investor? Harry kemudian meyakini Madoff tengah menjalankan skema Ponzi.

Harry berkali-kali melapor ke SEC. Dalam bukunya Malcolm Gladwell berjudul Talking to Stranger disebutkan bahwa Harry melapor ke SEC pada Oktober 2001. Lalu kembali pada 2005, 2007, dan 2008. Tidak digubris.

SEC sempat melakukan penyelidikan. Madoff datang sendiri ke kantor SEC. Hasil pertemuan tidak memberikan kesimpulan dan rekomendasi apa-apa. Itu dimanfaatkan oleh Madoff kepada calon investor lain bahwa investasinya aman. Investor semakin percaya dan kemudian berbondong-bondong berinvestasi kepada Madoff.

Sampai kemudian datanglah krisis ekonomi pada 2008 yang disebabkan kredit macet perumahan.  Krisis ini menumbangkan lembaga keuangan terbesar keempat di Amerika Serikat seperti Lehman Brothers. Lembaga keuangan lainnya seperti Goldmans Sachs, Morgan Stanley, dan Merrill Lynch selamat karena dibantu pemerintah Amerika Serikat.

Pada saat itu, orang-orang mulai panik dan menjual sahamnya. Terutama menarik dana dari investasi Madoff. Di sinilah mulai kehancurannya. Dana yang ditarik sampai berkisar miliaran dolar Amerika Serikat. Uang yang ada di rekening kurang US$300 juta. Madoff mengontak empat koleganya. Tentu di saat krisis itu tidak ada yang mau membantu. Madoff menyerah.

 

Tragis

FBI mendapatkan laporan dari dua orang anaknya tentang penipuan yang dilakukan Madoff. Anak-anak Madoff melaporkan sang ayah agar terhindar dari tuduhan berkolaborasi.

Singkat cerita Madoff ditangkap, diadili, dan dihukum 150 tahun atas penipuan investasi skema Ponzi terbesar di dunia. Anak pertamanya bunuh diri karena tidak tahan dengan hujatan. Anak kedua meninggal dunia karena limfoma sel mantel. Hartanya disita termasuk griya tawang yang ditinggali oleh istrinya dan rumah mewah yang berada di Prancis. Setelah itu istrinya tinggal di atas mobil. Pada 14 April 2021, Madoff meninggal di penjara setelah dipenjara lebih dari 12 tahun.

Film dokumenter Netflik yang berjudul Madoff, The Monster of Wallstreet memang layak disimak. Film serial tersebut menceritakan keserakahan para investor yang buta dengan realitas sehingga terbujuk dengan investasi tanpa risiko Madoff. Padahal, tidak ada investasi tanpa risiko.

Film itu pun menceritakan kesedihan para pensiunan yang menjadi korban skema Ponzi Madoff. Para pensiunan yang bermimpi bisa hidup sejahtera di masa pensiun ternyata sengsara gara-gara investasi bodong tersebut.

Sudah jatuh ditimpa tangga, para investor yang mendapatkan keuntungan dari investasi itu diwajibkan oleh wali amanat investasi Madoff untuk mengembalikan semua keuntungannya. Tujuannya agar dana yang terkumpul bisa dibagi kepada para korban penipuan lainnya.

Ini tidak akan terjadi kalau SEC sebagai otoritas pengawas lembaga keuangan Amerika Serikat (di Indonesia disebut Otoritas Jasa Keuangan) sigap dan bertindak atas laporan peniup peluit seperti Harry Markopolos. Cerita detail tentang Harry Markopolos menghadapi kesulitan dan kecemasan bertubi-tubi setelah laporannya tidak diapa-apakan oleh SEC bisa dibaca dalam bukunya Malcolm Gladwell di atas.

Ini juga tidak akan terjadi kalau investor bersikap cermat dan waspada dengan model investasi seperti Madoff. Tidak harus terperangah dengan nama besar karena semua orang bisa luput di hadapan uang.

Ternyata dari sekian peristiwa yang nyaris menghentikan aksi Madoff, tidak ada yang berhasil membuat Madoff habis. Sampai kemudian muncul satu penyebab yaitu ketidakmampuan orang-orang membayar kredit rumahnya hingga merambat sampai jantung Wallstreet.

Peristiwa Madoff yang mengakibatkan banyak kebangkrutan itu tidak menghentikan penipuan-penipuan lainnya. Masih banyak investasi dengan menggunakan skema seperti itu. Terakhir, skema itu digunakan dalam investasi aset kripto. Hasilnya seperti yang dialami oleh Simon Hendiawan dengan investasi BitConnect.

Pengawas lembaga keuangan harus bekerja keras dalam menjalankan fungsi pengawasannya sekaligus meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Masyarakat harus juga paham agar tidak boncos pada saat berinvestasi: “Uang itu membutakan segala. Tak ada ikatan nasab di dalamnya.”

***

Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
15 Januari 2023

Gambar dari Lo Lo Unsplash

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.