Siang itu, Rabu, 11 Januari 2022, saya kedatangan tamu. Mereka adalah teman-teman dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Gambir Tiga: Bu Dyan Purwanti dan Mbak Tri Juniati Andayani.
Buat saya, kedatangan tamu ke kubikel adalah tanda keberkahan. Eh, benar. Mereka memberikan dua buku kepada saya. Yang pertama berjudul Atomic Habits yang ditulis oleh James Clear. Buku kedua berjudul Catatan Harian Fiskus: Menyelami Zona Abisal dari Mulut ke Buku.
Atomic Habits itu memang buku yang selama ini saya incar, namun belum sempat terbeli juga. Saya sedang menghabiskan buku yang selama ini masih terbungkus plastik di perpustakaan mini saya supaya saya tidak tsundoku: beli banyak buku, tetapi bukunya tidak dibaca.
Dari kedua buku itu, yang ingin saya segera baca adalah buku Catatan Harian Fiskus. Besoknya, buku ini saya buka plastiknya di halte depan kantor pada saat saya menunggu ojek yang akan membawa saya ke Stasiun Palmerah.
Bukunya terlihat luks karena menggunakan kertas berjenis art paper dan berukuran tebal dengan permukaan halus, putih, licin, dan mengilap.
Buku ini terdiri dari 25 tulisan yang ditulis oleh sembilan penulis yang berasal dari KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga. Mereka mewawancarai banyak narasumber internal KPP untuk bisa ditulis.
Intinya, buku ini disusun untuk menceritakan kisah sukses mereka dalam berhubungan dengan wajib pajak, memberikan pelayanan kepada wajib pajak atau mencairkan penerimaan pajak dari hasil penggalian potensi, pemeriksaan, ataupun penagihan pajak.
Tidak ada yang tidak happy ending saat membaca akhir setiap tulisan. Tentu saya senang melihat keberhasilan-keberhasilan itu. Saya mendapatkan banyak pelajaran yang bisa diambil karena setiap tulisannya menyajikan tacit knowledge (tip dan trik) menghadapi wajib pajak dengan berbagai macam karakternya itu. Buku ini tidak sekadar bercerita, tetapi memberikan banyak manfaat.
Cerita-ceritanya yang ditulis dalam bentuk feature itu pun enak dibaca. Saya yakin ini karena penggunaan kalimat-kalimat pendeknya yang memang menunjang untuk karya jurnalistik seperti itu. Ukuran hurufnya sudah pas karena tidak membuat mata saya sakit. Judul-judul tulisan dibuat semenarik mungkin karena judul adalah etalase yang menjadi pertaruhan penulis untuk menggaet pembaca.
Saya pun suka sekali membaca kata pengantar yang ditulis oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat Pak Yunirwansyah: isinya tak sekadar mengantarkan. Seperti ada liukan di sana. Kalau dalam musik dangdut, cengkoknya terasa banget. Di dalam jazz, seperti nada dominan dari tombol-tombol saksofon.
Oh ya, saya terkejut ketika membaca halaman ketiga buku ini. Halaman pertama adalah halaman sampul, halaman kedua adalah halaman kredit buku yang berisi daftar tim penyusun buku, dan halaman ketiga adalah halaman ucapan terima kasih. Nama saya ditulis besar- besar secara khusus di bagian bawah halaman terima kasih itu. Wah ….
Saya pikir saya tidak memberikan kontribusi besar dan banyak dalam penyusunan buku itu. Saya sekadar menyisihkan waktu untuk memberikan pelatihan menulis kepada teman-teman di KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga pada 30 Agustus 2022 dan mengomentari beberapa tulisan yang masuk. Namun, apa pun itu, terima kasih banyak kepada Kepala KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga Ibu Lidia Kuntjahjaningtyas atas apresiasinya. Sungguh tak tepermanai.
Lagi asyik-ayiknya membaca salah satu tulisan dalam buku itu yang berjudul 100 Persen untuk Negeri, abang ojeknya datang. Saya menutup buku itu dan memasukkannya ke dalam tas. Tak ada bulu unggas pembatas buku yang jatuh dan melayang di udara seperti di bagian terakhir dalam film Forrest Gump.
Saya menarik ritsleting jaket ke atas untuk siap mengarungi jalanan Jakarta sore yang macet. Nanti di dalam KRL saya akan melanjutkan membaca buku itu lagi.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
13 Januari 2022