Derai Air Mata di Balik Meterai


Kinan (kiri depan) bersama teman-teman di kelasnya di SMPIT Pondok Pesantren Alkahfi, Cigombong, Bogor pada Selasa, 18 Agustus 2020.

Pagi ini, kami satu keluarga mengantarkan Kinan untuk memasuki Pondok Pesantren Al-Kahfi di Cigombong, Bogor. Kinan sekarang kelas VII SMP. Di periode pertama, akhir Juli 2020 lalu, Kinan melewatkan kesempatan memasuki pesantren karena kami masih khawatir dengan situasi pandemi, belum menyiapkan segala keperluan Kinan dengan lengkap, dan kesibukan kami.

Pesantren membuka kembali periode memasuki pesantren pada Ahad, 16 Agustus 2020. Setelah Kinan masuk pesantren, Kinan tidak boleh dijenguk, tidak boleh pulang, dan baru bisa pulang pada akhir Desember 2020.

Kami berangkat dari rumah pukul 09.45. Perjalanan lancar melewati jalanan yang hampir saya lupa. Google Maps menunjukkan rute yang tidak melewati jalan tol. Padahal dengan melewati jalan tol waktu tempuh bisa dipersingkat. Apalagi setelah ada jalan tol baru Ciawi-Caringin.

Sampai di sana, protokol kesehatan benar-benar diterapkan. Di pintu gerbang pesantren, semua penumpang di cek suhunya. Mobil pun masuk melalui tenda penyemprot disinfektan. Saya lama-lama di bawah tenda. Sekalian cuci mobil. 🙂 Sampai kemudian dari belakang, Pak Satpam meminta mobil saya melaju karena sudah ada mobil selanjutnya yang mengantre.

Kami langsung menuju halaman sekolah, persis di depan Gedung SMP. Kami dilarang turun dari mobil. Hanya Kinan yang diperkenankan turun untuk melakukan Rapid Test. Kinan mulai menangis karena perpisahan sementara ini. Air matanya menderas. Uminya juga tak kuasa menahan tangis.

Petugas menghampiri mobil kami dan menyerahkan secarik kertas. Ada formulir yang harus diisi sebelum Kinan turun dari mobil. Dan ini perlu dibubuhi meterai. Tidak ada lem. Tidak ada air. Kinan langsung berinisiatif menempelkan air matanya yang tumpah dan menggenang di sudut-sudut mata dan pipi ke balik lembar meterai itu. Formulir itu saya tanda tangani dan serahkan kepada petugas.

Kinan bersiap-siap berpisah dengan kami. Ia kembali menangis. Kami berusaha melegakan hari Kinan. Kami berpelukan. Kami berfoto bersama. Saya memeluknya dengan erat. Ia bersalam-salaman dengan kakak-kakaknya. Uminya kembali menangis.

Kinan turun dari mobil dan diantar petugas menuju ruangan Rapid Test. Kami menunggu 30 menit sampai kemudian hasilnya bisa diketahui langsung kalau ternyata Kinan nonreaktif. Alhamdulillah.

Kemudian barang-barang Kinan diturunkan. Banyak. Ada lima gembolan termasuk kotak plastik besar. Lalu kemudian Kinan mulai berpisah dengan kami. Kinan mulai melangkah menjauh. Kami memanggil-manggil Kinan. Kinan menengok. Cuma sebentar saja karena Kinan sudah tidak fokus dengan panggilan kami. Ia sudah larut dengan keramaian perpisahan atau memang agar tidak larut dengan kesedihan.

Setelah itu selesai. Kami pulang. Rumah menjadi sepi. Seperti ada yang kosong. Sampai Desember 2020 nanti.

***
Riza Almanfaluthi
16 Agustus 2020

 

 

Advertisement

One thought on “Derai Air Mata di Balik Meterai

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.