Wabah COVID-19 yang berasal dari Wuhan, Hubei, Cina sampai tulisan ini dibuat masih merajalela. Media sosial menjadi salah satu alternatif untuk mengetahui berita terkini hal itu. Video-video dari jurnalisme warga bertebaran. Beberapa di antaranya menunjukkan betapa banyak orang yang berusaha menularkan virusnya kepada yang lain.
Di lift, penderita COVID-19 itu mengusap lendir dari hidungnya di tombol-tombol lift. Ada juga video lain yang merekam perempuan yang menghampiri mobil-mobil terparkir kemudian ia mengusap lendir di setiap gagang pintu mobil. Di video lain memang ada yang sengaja melemparkan ingusnya kepada pejalan kaki yang lain. Tujuannya satu, agar mereka yang sehat itu ikut juga menderita. Corona mudah sekali menular, begitu pula dengan berbohong.
Ada sebuah penelitian yang mencoba mengetahui mengapa ada orang yang berbohong tentang pajak mereka dan ada sebagian yang lain tidak. Jawabannya mirip dengan ini: kita akan berbohong karena kebohongan itu menular dan motivatornya adalah informasi.
Mantan ilmuwan data Google Seth Stephens-Davidowitz yang menulis dua buku: Everybody Lies Big Data dan Apa yang Diungkapkan Internet Tentang Siapa Kita, menukil penelitian Raj Chetty, John N. Friedman, dan Emmanuel Saez yang dirilis pada 2012 itu.
Jadi, para pekerja mandiri beranak satu yang melaporkan jumlah penghasilan kena pajak dalam laporan pajaknya sebesar 9000 dolar Amerika Serikat akan mendapat hibah atau tunjangan dari pemerintah (Earned Income Tax Credit) sebesar 1.377 dolar Amerika Serikat. Salah satu kegunaan tunjangan ini adalah agar penghasilan para pekerja miskin itu naik ke tingkat tertentu.
Ini memiliki konsekuensi. Jika para pekerja mandiri itu melaporkan penghasilan kena pajak di atas 9000 dolar Amerika Serikat maka pajak penghasilannya akan naik. Jika melaporkan penghasilan kena pajak di bawah itu maka pekerja itu akan mendapatkan tunjangan (EITC) yang lebih sedikit daripada 1.377 dolar Amerika Serikat.
Akibatnya memang banyak yang lebih memilih memiliki penghasilan 9000 dolar Amerika Serikat per tahun dalam laporan pajaknya karena itu angka yang pas. Tidak lebih. Tidak kurang. Dan ingat satu hal: tidak semua pegawai mandiri dengan satu anak tahu dengan aturan angka ini.
Otoritas pajak Amerika Serikat (IRS) pernah melakukan sebuah upaya yang jarang mereka lakukan yaitu mengaudit kelompok berpenghasilan itu secara acak. Hasilnya memang tidak akan ada dari mereka yang memiliki penghasilan secara pas sebesar 9000 dolar Amerika Serikat per tahun. Mereka berbohong.
Chetty dan kawan-kawan menelisik lebih dalam sampai ke data demografi pelaku pembohongan di seluruh Amerika Serikat. Ada perbedaan mencolok. Di Miami, jumlah orang yang melaporkan penghasilannya tepat sebesar 9000 dolar Amerika Serikat sebesar 30%, sedangkan di Philadelphia sebesar 2%. Bisa dikatakan bahwa Miami adalah wilayah dengan tingkat pembohongan yang tinggi sedangkan Philadelphia memiliki tingkat pembohongan yang rendah.
Penelitian Chetty menunjukkan para pegawai mandiri dengan satu anak yang melaporkan pas penghasilannya sebesar 9000 dolar Amerika Serikat karena mereka tinggal di dekat orang-orang yang tahu tentang ketentuan itu.
Ketentuan yang apabila mereka melaporkan penghasilan pas sebesar 9000 dolar Amerika Serikat akan mendapatkan tunjangan sebesar 1.377 dolar Amerika Serikat dari pemerintah dan tidak ada tambahan pemotongan pajak. Seth menulis, orang-orang yang tahu trik itu adalah seperti tetangga atau konsultan pajak.
Chetty menunjukkan kepada kita semua bahwa banyak orang yang akan melakukan pembohongan itu kalau tahu caranya. Pengetahuan adanya informasi itulah yang membuat mereka menjadi berbohong dan pembohongan pajak itu menjadi seperti Corona, mudah menular, menyebar ke seluruh Amerika Serikat.
Seth menulis lagi dan tidak menganjurkannya. Jika ingin mengakali laporan pajak, Anda harus tinggal di episentrumnya, di dekat profesional pajak, atau tinggal di dekat pembohong pajak yang bersedia menunjukkan caranya.
Menunjukkan cara pengumpulan harta agar tiada yang bisa dibagi kecuali untuk dirinya sendiri. Bukankah para bijak sudah sedari dulu pernah bicara kalaulah harta sesungguhnya berhala terbesar buat umat manusia ketimbang berhala mana pun juga?
Indonesia belumlah sampai ke tingkat titik pemberian tunjangan secara langsung dari pemerintah kepada masyarakatnya yang dikaitkan dengan pajak. Belum. Tetapi pembohongan bisa saja terjadi kapan pun di mana pun, saat kesadaran tentang pajak juga turun derajat ke titik terendahnya.
Kita tidak mau itu terjadi, karena itu, kita berusaha menuturkan pajak sedini mungkin kepada generasi yang paling muda di antara kita. Kita tidak mau kebohongan menjadi karakter yang melekat karena, sekali lagi, bohong itu seperti virus, seperti Corona, mudah menular. Penderitanya harus “dikarantina” 40 hari lamanya agar karakter itu hilang dan berganti dengan karakter yang baik.
Namun, kita bisa saja berbeda pendapat seperti pendapat berikut. Jika berbuat sesuatu yang tidak benar itu semudah penyebaran virus, berarti ada yang salah dengan imunitasnya. Bisa karena orang-orangnya yang bobrok, amoral, otak kriminal, rusak, hingga pemerintahan yang korup. Berbeda dengan kebaikan yang mudah menyebar karena tidak ada risiko yang harus dipikirkan.
Berbohong, bagaimanapun juga, adalah sebuah kejahatan. Itu bukan hal yang mudah. Orang akan cenderung piker-pikir dulu, tidak semua orang lihai. Apalagi membohongi pajak, yang jika kelak ketahuan, maka sanksinya akan berlipat-lipat.
Jika melakukan kebohongan itu menular semudah penyebaran Corona, maka pasti ada yang salah di masyarakat itu. Masyarakat yang sakit dan tidak memiliki aturan.
Kita tidak menghendaki itu karena kita tak ingin Indonesia habis.
***
Ditulis untuk Majalah Internal Intax Edisi I Tahun 2020
Gambar berasal dari covid19sbs.org