Orang-Orang Biasa, Ocean’s Eleven Ala Belantik


Bagaimana kalau ada 10 orang miskin dan dungu merencanakan perampokan? Mereka hanya belajar dari puluhan contoh perampokan di film-film DVD.

Ini Ocean’s Eleven ala Andrea Hirata di buku kesebelasnya yang berjudul: Orang-Orang Biasa. Bukan di Las Vegas, melainkan di Belantik, Belitong.

Mereka yang tidak punya spektrum kejahatan dalam urat nadinya harus berhadapan dengan inspektur polisi antisuap yang terobsesi dengan kegagahan Shah Rukh Khan.

“Tatap, tataplah mataku, aku berjanji padamu akan menangkap pelaku kejahatan ini. Atas nama pusara ayahku, aku akan mengejarnya sampai ke ujung dunia sekalipun. Kebenaran pasti akan mengalahkan kezaliman. Tatap, tataplah mataku…”

Kalimat itu pernah diucapkan Mister Khan dalam sebuah film. Ini hendak ditiru oleh inspektur polisi yang bapaknya masih hidup itu kepada para korban kejahatan. Sayangnya statistik kejahatan yang rendah di Belantik tiada mendukung kesempatan buatnya mengucapkan itu dengan syahdu.

Tujuan 10 para pecundang melakukan perampokan sejatinya mulia, mencari dana agar anak dari salah satu anggota kelompok mereka bisa kuliah di Fakultas Kedokteran universitas ternama. Kegeniusan anak itu adalah paradoksal sejarah kedunguan mereka yang harus diperjuangkan.

Andrea seolah ingin keluar dari tema roman dan edukasi yang biasa ditulis di buku-buku sebelumnya. Ia membawa DNA baru dalam bukunya. Menulis tentang kejahatan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh utama.

Hebatnya Andrea tidak terjebak dengan akhir yang klise dan klasik seperti di film-film Hollywood, ketika hasil jarahan itu kemudian dinikmati oleh protagonis.

Dua hari setelah perampokan itu terjadi mereka berkumpul di ruang kedap suara. Ruangan yang dinding-dindingnya ditempeli dengan karton bekas kemasan telur.

Uang berjumlah belasan miliar rupiah terhidang di hadapan. “Ambillah duit itu sebanyak yang kau mau, Dinah,” kata pimpinan 10 orang dungu itu.

“Sila ambil duit itu sebanyak yang kau mau. Kau bisa operasi plastik biar ganteng,” katanya lagi kepada Salud.

Salud, si penggali lubang kubur, si buruk muka. Orang yang telah melihat wajah Salud tak akan lupa sampai mati.

“Duit itu lebih dari cukup untuk menguliahkan anakmu di Fakultas Kedokteran, Fakultas Perawat, atau Fakultas Bidan,” kata Sobri IQ merosot kepada Dinah.

Jawaban Dinah dan Salud selanjutnya adalah risalah yang harus digarisbawahi kalau Andrea tetaplah membawa misi dan keluguan orang melayu dalam buku itu, yakni kebaikan yang tidak bercampur dengan sesuatu noda tetaplah harus menang.

Andrea menuliskan cerita ini dengan alur yang cepat. Kelucuan setiap karakternya khas ala Laskar Pelangi–ingat, jumlah anggota grup ini sama-sama 10 orang. 

Keseruan dan kehebohan novel ini juga tidak jauh di bagian Hari Perampokan-nya. Bahkan, penulis skenario film Hollywood sekalipun, mungkin tak pernah terpikir akan kejahatan semacam itu. (Hal. 82)

Anda bisa menuntaskan membaca buku ini dalam sehari saja atau bahkan kurang. Itu juga karena hampir 40 halaman sisanya berisi informasi perlu tak perlu tentang novel Laskar Pelangi dalam bahasa asing, katalog karya Andrea, dan komentar pembaca dari berbagai negara.

Pesan akhirnya berupa: usahlah tergesa. Selamat membaca.

 

Judul: Orang-Orang Biasa
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Penerbit Bentang
Cetakan Pertama: Februari 2019
Halaman: xi+300 hlm

 

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
18 Maret 2019

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.