Firmansyah Akbar, Nasihat itu Telahlah Sampai


Desi Zulya langsung lemas mendengar nama suaminya berada dalam manifes pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT-610 yang jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat (Senin, 29/10).

Padahal beberapa jam sebelumnya, ketika Firmansyah Akbar hendak berangkat ke Bandara Soekarno Hatta dini hari itu, Firman menginginkan berfoto berdua saja dengan Desi. Firman meminta anaknya mengambil gambar. Mobil yang sempat dipesan secara daring oleh Firman sudah menunggu di depan rumah sedari tadi.

Permintaan yang tak biasa dan terakhir karena Firman menjadi salah satu korban dari 189 penumpang pesawat Lion Air. Rencananya pesawat itu akan membawa Firman ke Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, tempat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pangkalpinang berada.

Firman belum genap empat bulan di kantor itu sebagai Kepala Seksi Penagihan. Sebelumnya, sejak 26 Juni 2015, Firman menjadi Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tiga KPP Pratama Sintang, di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Menuju Sintang, setelah terbang dari Jakarta dan tiba di Pontianak, Firman masih harus melanjutkan perjalanan melalui darat selama kurang lebih delapan jam.

“Ada penerbangan menuju Sintang dari Bandara Supadio (Pontianak) dengan menggunakan pesawat ATR, tetapi beberapa kali pesawat tidak terbang karena cuaca buruk, jadi mau tak mau harus melalui darat,” kata Erin Fadilah Sari kepada Intax (Rabu, 31/10).

Erin merupakan teman satu angkatan Firman di STAN-Spesialisasi Pajak. Nama Erin dan Firman ada dalam surat keputusan promosi yang sama. Bedanya, Erin ditempatkan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kalimantan Barat di Pontianak.

Salah satu tugas Erin adalah mengompilasi laporan penerimaan pajak dari seluruh KPP yang ada di bawah Kantor Wilayah DJP Kalimantan Barat. “Aku menjadi anggota Tim Liaison Officer untuk KPP Pratama Sintang. Kami sering berkunjung ke sana. Interaksiku dengan Firman juga cukup sering,” ujar Erin.

Di mata Erin, Firman termasuk orang yang konsisten dan sungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Suatu ketika, Erin menagih laporan kepada Firman di hari terakhir Firman harus menyampaikan laporan.

Pada saat itu Firman sedang tidak berada di kantor karena penugasan lain. Firman meminta Erin untuk bersabar menunggu karena laporan akan dikirim segera. Erin menunggu sampai malam ketika laporan itu tiba. “Firman meneleponku. Ia meminta maaf dan mengucapkan terima kasih karena aku jadi lembur menunggu laporan itu,” kisah Erin.

Adapun Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tiga KPP Pratama Samarinda Ilir Alen Budiman menilai Firman sebagai orang yang peduli dengan sesama dan sering memberikan masukan untuk kebaikan bersama.

Alen pernah satu kantor dengan Firman di KPP Pratama Sintang. “Firman itu teman ngobrol dan makan mi Aceh malam-malam,” tambah Alen.

Menurut Alen, pencapaian Firman dalam pekerjaannya juga luar biasa. Penerimaan pajak untuk seksinya meningkat pesat setelah kedatangannya. Firman mengetahui betul cara untuk meningkatkan capaian.

 

50 Menit

Tiga tahun Firman berada di Sintang. Dalam rentang waktu itu, mengingat waktu dan jarak tempuh yang  lama dan jauh, Firman tak bisa sering-sering pulang untuk menuntaskan rindu dengan Desi dan dua anaknya di Curug, Kabupaten Tangerang. “Dua-tiga minggu sekali Firman pulang ke rumahnya,” kata Alen.

Pemindahannya ke KPP Pratama Pangkalpinang membuat Firman sering pulang. Penerbangan Jakarta Pangkalpinang hanya membutuhkan waktu lima puluh menit. Jarak Bandara Depati Amir, Pangkalpinang dengan kantornya pun dekat.

Firman lebih sering memilih penerbangan Senin pagi karena waktunya yang pas. Sebuah pilihan yang diambil oleh banyak teman sejawatnya di DJP atau pun Kementerian Keuangan yang berada di Pangkalpinang.

Dari manifes yang ada dalam penerbangan Lion Air bernomor JT-610 di Senin pagi itu, 12 pegawai DJP menjadi bagian dari 20 korban yang berasal dari Kementerian Keuangan.

Sebelum kejadian ini Firman sudah merencanakan mengajak Desi dan anak-anaknya melihat-lihat Pangkalpinang. Tiket pesawat sudah dibeli. Pakaian telah dimasukkan ke dalam koper.

Mulanya koper itu akan dibawa Firman dalam penerbangan Senin pagi supaya Desi tak perlu repot-repot. “Nanti aku tunggu di sana saja ya, kamu sama anak-anak berangkatnya,” kata Firman kepada Desi. Rencana yang tak pernah sampai. Tetapi nasihat Firman kepada anaknya telahlah sampai.

Sehari sebelum berangkat ke Pangkalpinang, Firman menasihati anak sulungnya, Mohammad Zaki Akbar, panjang lebar. Zaki yang baru berumur lima belas tahun meminta motor kopling. Sebuah permintaan yang diprotes Desi karena Zaki belumlah cukup umur. Untuk itu, Firman mensyaratkan anaknya agar rajin belajar dan salat tanpa disuruh-suruh lagi.

“Firman juga sering mengajak teman-temannya untuk salat berjamaah di masjid,” kenang Alen. Kesan sebagai pribadi yang taat dibenarkan oleh M. Andi Setijo Nugroho. Andi pernah menjadi Kepala KPP Pratama Sintang, atasan Firman. “Pribadi yang santun, sederhana, baik, dan dermawan,” tambah Andi.

 

Harapan

Yustinus Prastowo teman satu angkatan Firman mengingat kebaikan Firman dan menulis di laman Facebooknya, “Kami mengenangmu sebagai orang baik. Kiranya amal baikmu menjadi pengingat para malaikat surgawi melambungkan pujian, menyambut kehadiranmu. Bersama 11 kawan yang lain. Tak berlebihan kami menyebutmu sebagai “Pahlawan Pajak”. Pengabdian kalian sempurna dan tuntas.”

Tak hanya itu, tulis Prastowo lagi, kalian mengajari kami apa makna dedikasi, ketekunan, komitmen, dan cinta. Cintalah yang mengantar kalian pulang di tiap Jumat sore, dan cinta pulalah yang mendorong kalian tetap berharap di Senin pagi. Izinkan kami melanjutkan perjuangan ini. Namamu kami kenang, baktimu kami jadikan pemandu harapan.

Sebagaimana harapan semua pegawai DJP saat ini adalah jasad Firman segera ditemukan dan teridentifikasi. Sampai tulisan ini dibuat, baru empat jenazah pegawai DJP yang sudah dikenali dan diserahkan kepada keluarganya masing-masing.

Harapan yang sama dari Desi, Zaki, dan Si Bungsu Nabila Salma Defi. Mengingat Nabila, Erin mengenang sesuatu. “Kemarin ketika melihat Nabila, aku seperti melihat Firman. Desi pun bilang kalau anak perempuannya ini gampang banget makan. Tak pilih-pilih makanan sama seperti ayahnya,” ujar Erin saat berkunjung ke rumah duka. [Rz]

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

Artikel ini ditulis untuk dan telah dimuat dalam edisi khusus Intax Bulan November 2018.

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.