Pajak Tiada, Jack Ma Tak Ada


Jack Ma di atas panggung acara penutupan Asian Games 2018.

Tubuh kecil Jack Ma yang dibalut baju tradisional Cina warna abu-abu menyelip di antara orang-orang yang memenuhi panggung penutupan pesta olahraga terbesar se-Asia.

Malam itu (Minggu, 2/9) adalah malam penutupan Asian Games 2018 yang berlangsung sejak 18 Agustus 2018 di Jakarta dan Palembang.

Presiden RI Joko Widodo tidak berada di Gelora Bung Karno untuk ikut menutup acara. Ia memilih ke Lombok untuk menyerahkan bantuan kepada korban gempa.

Pertanyaannya kenapa pendiri perusahaan dagang elektronik (dagang-el) terbesar di dunia, Alibaba, Jack Ma malah terlihat dalam acara itu?

Kalau dari akun Instagram Jokowi saat menerima Jack Ma di istana Bogor (1/9), Jack Ma hadir dalam kapasitasnya sebagai perwakilan panitia penyelenggara Asian Games 2022.

Panitia ini semacam INASGOC-Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee yang dipimpin oleh Erick Thohir.

Hangzhou ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games 2022. Kota ini merupakan tempat kelahiran Jack Ma dan pusat bisnis Alibaba.

Hangzhou menyusul Beijing sebagai tuan rumah di Asian Games 1990 dan Guangzhou pada 2010 lampau.

Di istana Bogor, Jokowi berbincang-bincang dengan Jack Ma terutama tentang peta jalan dagang-el di Indonesia. Maklum saja, Jack Ma adalah penasihat ekonomi komite bentukan Jokowi dalam hal pengembangan sektor dagang-el.

Sebagaimana Perdana Menteri Inggris 2010-2016 David William Donald Cameron pernah menunjuk Jack Ma sebagai penasihat bisnisnya.

Sebelum itu, saat berkunjung ke Hangzhou pada September 2016, sebelum menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20, Jokowi meminta kepada Jack Ma secara lisan untuk menjadi penasihat ekonomi.

Malaysia melalui Perdana Menterinya waktu itu Najib Razak, langsung menyodok dengan menunjuk resmi Jack Ma sebagai penasihat digital Malaysia pada November 2016. Sedangkan penunjukkan secara resmi dari Indonesia baru pada Agustus 2017.

Kunjungan Jack Ma ke Indonesia kali ini juga di tengah upaya Tokopedia memulihkan nama marketplace terbesar di Indonesia ini. Baru-baru ini Tokopedia memecat puluhan karyawannya yang mencurangi 49 produk yang dijual Tokopedia pada saat Flash Sale.

Flash Sale adalah program kampanye promosi Tokopedia dengan cara menjual barang berharga murah dalam jangka waktu yang sudah dibatasi.

Modusnya, dengan algoritma tertentu para karyawan itu membuat para pembeli tidak kebagian barang dan memborong untuk kepentingan mereka sendiri.

Pada pertengahan tahun lalu Tokopedia memang disuntik modal dari Alibaba sebesar Rp14,7 triliun. Walaupun penguasaan saham Alibaba di Tokopedia ini masih minoritas.

Tentang fraud yang dilakukan oleh internal Tokopedia ini saya juga teringat dengan peristiwa pada 2016 lalu saat Alibaba sendiri memecat 4 karyawannya karena ketahuan meretas sistem pemesanan untuk dapat membeli kue bulan.

Di September 2016, dalam rangka memperingati Festival Pertengahan Musim Gugur, Alibaba menjual kue bulan terbatas berbentuk maskot Alibaba kepada para karyawannya dengan harga terjangkau.

Dengan sistem pemesanan yang ada setiap karyawan dibatasi hanya dapat membeli dalam jumlah tertentu. Namun, empat karyawan Alibaba yang bekerja di bagian keamanan siber berhasil mendapatkan 124 kotak kue bulan.

Dalam jangka waktu dua jam sejak pemesanan itu, Alibaba mendeteksi kecurangan tersebut dan langsung memecat keempatnya.

Salah seorang yang dipecat menceritakan, awalnya ia akan membeli satu kotak kue bulan itu, namun kesulitan dan gagal melulu. Akhirnya ia mendapat kabar kalau temannya berhasil mendapatkan kue bulan dengan program yang dibuat dan ditanam dalam sistem pemesanan.

Ia lalu membuat sendiri plug-in itu. Ketika ia bekerja dan membiarkan plug-in itu berjalan, ia tak menyadari program yang ia buat mendapatkan 16 kotak kue bulan. Ia telah melakukan pembelian di luar batas yang telah ditentukan.

Pesaing Alibaba dalam dunia dagang-el JD.com saat mendengar kabar pemecatan itu langsung membuat catatan di aplikasi percakapan WeChat.

Pesan itu ditujukan kepada empat orang karyawan Alibaba yang dipecat: “We should treat network security engineers well. Please forward your resume via email.”

Menarik mencermati perang di dunia dagang-el antara Alibaba dan JD.Com. Apalagi Google sudah ikut menanamkan investasinya di JD.Com.

Google di Indonesia pun sudah mendekati dan mulai membina UMKM sebagai pengisi pasar dagang-el.

Perkembangan dagang-el di Indonesia memang menunjukkan kemajuan yang menggembirakan pada 2018 ini. Dan diprediksikan akan semakin tumbuh beberapa tahun ke depan.

Di tengah gemerincing dan semarak pesta itu, Pemerintah giat untuk terus melahirkan UMKM lokal dan menjadikannya sebagai tuan di negerinya sendiri.

Satu hal lagi, pemerintah tidak luput mulai menyiapkan perangkat pemajakannya agar setiap pebisnis pelaku dagang-el juga taat pajak.

Ya iyalah, Asian Games 2018 sendiri didanai dari APBN sebesar Rp8,2 triliun. Belum lagi untuk pembinaan atlet, pelatih, dan ofisial selama tiga tahun mulai 2015-2018 sebesar Rp2,1 triliun. Jangan lupa juga infrastruktur fasilitas pertandingan yang memakai dana APBN sebesar Rp13,7 triliun.

Dan kita tahu kalau APBN itu sebagian besarnya berasal dari kontribusi pajak yang dibayarkan rakyat.

Tak ada pajak barangkali kita tidak akan bisa meraih 31 medali emas dan melihat Jack Ma sepanggung dengan Super Junior tertawa gembira di malam penutupan itu.

Salah satu sudut Gelora Bung Karno pada saat acara penutupan Asian Games 2018.

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
9 September 2018
Foto diambil oleh Paruhum Aurora Hutauruk dengan menggunakan kamera Fujifilm X Series.

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.