Sehening Sandaran di Sebuah Bahu


Rinai membasahi jendela. Ada yang mengetuk bening-bening kaca yang hening. Sehening sandaran di sebuah bahu. Tapi jantung kita tak pernah bisa hening. Degupnya menggema ke Ankara dan tepian bumi. Mengisyaratkan pertautan sederhana. Antara kau yang hujan dan aku yang tanah kering.

 

***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Yogyakarta, 25 Agustus 2017

Tinggalkan Komentar:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.