Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong: Kedegilan yang Serba Tanggung


Buku Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong sampai di rumah kurang dari enam jam sejak dipesan di lokapasar. Di luar ekspektasi saya.

Sepulang dari kantor dan menjumpai buku itu, saya langsung membacanya di ruang tamu. Buku “radikal” dan di luar kebiasaan sepanjang pergaulan saya di dunia perbukuan. Tanpa kata pengantar, tanpa daftar isi, tanpa judul bab, tanpa prolog, tanpa epilog, tanpa ilustrasi. Tanpa basa-basi. Hanya ada isi dan lembar tentang penulis.

Continue reading Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong: Kedegilan yang Serba Tanggung

Goyang Penasaran


Seperti anak kecil yang menemukan bonekanya yang hilang, Salimah mendekapkan kepala Haji Ahmad pada dadanya. Darah yang belum sepenuhnya membeku menetes di tubuhnya. Mata Salimah berair, terpejam. Bibirnya terbuka setengah. Basah.

 

Waktu kecil dulu, setiap kali cerita setan dikisahkan ibu kepada anak-anaknya pasti telinga ini mendongak tajam. Kepekaan telinga kami meningkat beberapa desibel agar tak melewatkan satu kalimat pun yang diucapkan dari mulut ibu dengan disertai wajah kengerian yang luar biasa.

Baca Lebih Lanjut.