Setelah 1000 Harimu


Roda pesawat mendarat di bandara yang namanya mengingatkanku padamu dan pada sepasang kelopak mata yang sering melahirkan aku, telaga, dan kata-kata. Atau sepasang ingatan yang kerap pudar karena takut pada hujan yang jatuh dan melunturkan warna pada dua sayap berwarna merah, kuning, hijau, dan kelabu. Di tanah gembur sawah bertumbuhlah padi dan segala engkau yang tak menyerah untuk keluar menyambut pagi, dengan tikus dan ular kembali ke sarangnya setelah adu akting di dramanya masing-masing, atau keong mas yang lapar terus menerus mencatat ribuan telur merah muda seperti tengkulak di masa panen. Sampai jualah kita di ujung cerita, tak tampak kucari fotomu di belantara binari, tak satu pun, tak ada. Sampai jualah fotomu itu, kudapatkan dari seorang teman yang menyerahkan buku Yasin, setelah 1000 harimu.

**
Riza Almanfaluthi
10-12-1445
Gambar dari media.cntraveler.com

Putu Buku Mengulas Seseloki Seloka di Pinggir Selokan


Mas Nugroho Putu Warsito adalah penyair sekaligus ASN Kementerian Keuangan dan pemilik akun Youtube Putu Buku. Spesialisasi kontennya adalah mengulas buku dan membaca puisi.

Salah satu konten yang baru-baru ini terbit adalah ulasan terhadap sajak-sajak saya dalam buku Seseloki Seloka di Pinggir Selokan.  Bagaimana komentar dan pendapatnya tentang buku sajak itu silakan ditonton saja.

Lebih detail tentang buku saya itu bisa dicari dalam menu pencarian dalam blog ini dengan kata kunci “Seseloki Seloka”. Salah satunya bisa dibaca dalam tautan berikut Di Balik Layar Seseloki Seloka di Pinggir Selokan.

Pembaca juga bisa melihat-lihat beragam buku saya pada menu tautan berikut Linktree.

***
Riza Almanfaluthi
20 Mei 2024

Testimoni Etti Guritno, Pembaca Buku Seseloki Seloka di Pinggir Selokan


Namanya Etti Guritno. Saya biasa menyapanya Ibu Etti. Suatu ketika Ibu Etti meminta saya untuk mengirimkan buku Seseloki Seloka di Pinggir Selokan ke kediamannya. Buku itu merupakan buku kumpulan sajak saya yang terbit pada Februari 2022.

Ibu Etti ingin membaca buku saya pada saat dirinya menjalani isolasi mandiri. Ya, takdir Allah, Ibu Etti terserang virus Covid-19 pada waktu itu.

Terima kasih, Bu atas apresiasinya kepada buku-buku saya selama ini. Sesungguhnya itu mampu memelihara semangat saya untuk senantiasa berkarya dan memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia.

Sekali lagi terima kasih.

***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
5 Juni 2022

Membaca Seloka dari Panggung ke Panggung


Membaca puisi itu seperti makanan sehari-hari waktu SD dulu. Saya pernah ikut juara membaca puisi dan menang. Membaca puisi di Malam Puncak 17 Agustusan tingkat kelurahan juga sering.

Pernah suatu ketika, puisi wali kelas saya bacakan di atas panggung malam Agustusan itu. Ada yang saya sesali di sana. Namanya lupa saya sebut setelah judul puisinya. Barangkali waktu itu saya lagi demam panggung, berdiri di hadapan ratusan orang. Pak Mastara, nama guru SD itu, mengingatkan saya soal itu setelah saya turun panggung. Ia tidak marah. Adegan ini puluhan tahun lalu itu, masih terekam di benak saya sampai sekarang.

Baca Lebih Banyak