Siapa yang pernah badung waktu di SMA?
Saat membaca pesan Whatsapp di grup alumni SMA Negeri Palimanan pada petang ini, saya terkejut dengan sebuah tangkapan layar yang dibagikan salah satu kawan saya.
Isinya memberi kabar bahwa salah satu guru kami Bapak H Agus Sudjono meninggal dunia lima hari sebelumnya. Innalillaahi wainnailaihi roji’uun.
Pak Agus itu adalah guru matematika nan humoris. Saya senang dengan cara mengajarnya yang membuat matematika menjadi terang benderang seperti lampu petromak di tengah sawah di malam hari.
Ia yang membuat saya jatuh cinta dengan pelajaran matematika, membuat saya belajar siang dan malam mengerjakan bank soal matematika. Alhamdulillah pada saat ebtanas, saya mendapatkan hasil yang memuaskan dan menjadi modal untuk bisa masuk STAN.
Saya jadi teringat dengan kenakalan saya waktu di kelasnya. Pada saat ia mengajar, saya asyik makan kuaci biji bunga matahari dengan teman sebangku saya. Langsung ia melempar potongan kapur kepada saya dan meminta maju ke depan. Saya disetrap.
Beliau menikah dengan Ibu Jenab yang berprofesi sebagai guru BK di SMA Negeri Palimanan. Bu Jenab itu rumahnya dekat dengan tempat saya indekos di daerah Gempol, Palimanan, Cirebon. Antara Bu Jenab dan saya–katanya–ada pertalian saudara. Teramat jauh barangkali karena saya pun tak bisa mengingatnya. Yang pasti kami adalah satu anak cucu Nabi Adam AS.
Pada saat Ibu Jenab dan Pak Agus menikah, saya turut membantu hajatannya. Tugas saya cuma satu: mengambil piring-piring kotor selama hajatan itu. Begitu pula pada saat pernikahan saudaranya Bu Jenab.
Yang tidak saya sangka adalah usai hajatan itu. Bu Jenab menghampiri saya dan memberikan sejumlah uang. Saya bertanya-tanya ini uang apa. Ternyata itu adalah upah karena saya telah membantu hajatannya. Tentu saya tolak. Namun beliau tetap memaksa. “Buat bayar SPP saja,” katanya. Akhirnya uang itu saya terima dan digunakan untuk membayar SPP beberapa bulan ke depan.
Pak Agus buat saya seperti Paul Erdos, ahli matematika dunia yang memiliki “Bilangan Erdos.” Itu bukan rumus yang ditemukan Erdos, tetapi orang-orang yang telah bekerja sama dengan Erdos dan berhasil memenangkan penghargaan dalam dunia matematika bahkan Nobel.
Bilangan Erdos itu maksudnya begini. Jika A bekerja sama dengan Erdos membuat suatu makalah, maka si A mendapat bilangan Erdos 1. Apabila B bekerja sama membuat makalah dengan A, maka B mendapat bilangan Erdos 2. Apabila C bekerja sama membuat makalah dengan B, maka C disebut telah mendapat bilangan Erdos 3.
Bilangan Erdos mewakili keterhubungan, menandakan kedekatan orang dengan Erdos. Erdos sendiri disebut sebagai pemilik Erdos 0. Dan apakah Anda tahu?
Dua pemenang penghargaan Nobel bidang fisika memiliki bilangan Erdos 2. Ada empat belas orang lainnya yang memiliki bilangan Erdos 3. Mengutip Eric Barker, Erdos membuat orang lain menjadi hebat.
Demikian pula jika kita dekatkan Paul Erdos dengan Agus Sudjono. Saya adalah pemilik bilangan Agus 1. Ia berjasa sekali membuat saya seperti sekarang ini. Namun, bukan itu saja.
Tokoh utama Nania Mathur, penderita sindrom Tourette, dalam film Hicky mengatakan demikian: “Guru biasa hanya memberi ilmu, guru hebat membuatmu mengerti, guru yang sangat hebat menunjukkan cara mengamalkannya.”
Buat saya, Pak Agus adalah guru sangat hebat. Ia membuat saya mengerti dan menunjukkan jalan menuju dunia matematika dan dunia setelahnya.
Semoga Allah Yang Maha Baik memberikan ampunan dan kebaikan yang banyak kepada Bapak: husnulkhatimah.
Selamat jalan, Pak. Alfatihah.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
31 Desember 2022