Di pertengahan Juli 2022, pada saat membuat buku ini, saya membeli secara daring sebuah buku yang ditulis oleh Carol Dweck, Ph.D. dan berjudul Mindset, Mengubah Pola Berpikir untuk Perubahan Besar dalam Hidup Anda.
Di sana saya menemukan sebuah kutipan menarik dari Robert Sternberg, psikolog Amerika Serikat dan pencetus teori segitiga cinta. Ia berkata, “Faktor terpenting yang menentukan bagaimana seseorang mencapai keahlian tertentu bukanlah kemampuan yang sudah melekat sebelumnya, melainkan usaha keras dengan maksud yang jelas.”
Dunia menulis membenarkan Sternberg. Menulis itu bukan bakat. Menulis itu adalah kemampuan yang bisa dipelajari oleh semua orang sampai pada suatu titik yaitu menjadi ahli dalam menulis. Itu bisa dicapai dengan usaha keras. Seperti apa pun yang ada di dunia ini. Kecuali kemampuan bernapas. Sejak lahir manusia sudah bisa bernapas sebagai tanda ia hidup dan menjadi penerus generasi di muka bumi.
Buku Carol Dweck sendiri memberikan pemahaman berikut. Ada dua jenis pola pikir (mindset) di dunia ini. Pola pikir tetap dan pola pikir tumbuh. Pola pikir tetap menganggap bahwa kecerdasan itu adalah pemberian genetik dan kita tidak bisa mengubahnya. Sedangkan pola pikir tumbuh menganggap seberapa pun kecerdasan yang kita miliki, kita bisa mengubahnya.
Pemilik pola pikir tetap akan menganggap bahwa dirinya tidak akan pernah bisa melakukan apa pun yang tidak sesuai dengan keahlian dirinya. Jika gagal, kegagalan tidak disikapi dengan positif. Kegagalan menjadi trauma menakutkan dan seolah menjadi akhir semesta. Mengakhiri hidup jadi jalan.
Oleh Dweck, cerita Bernard Loiseau dijadikan contoh. Loiseau ini koki hebat berasal dari Perancis. Ia pemilik restoran yang mendapat nilai tinggi dari Guide Michellin. Sedikit restoran yang mendapat penilaian seperti itu. Ia yang merintis pengembangan “nouvelle cousine”. Cara masak dengan bahan segar, sedikit lemak, dan penggunaan saus pedas yang diguyur di atas makanan, dan penyajian sedikit makanan dengan penuh seni di atas piring. Suatu ketika Loiseau ini tidak terima dengan nilai 17 (nilai tertinggi 20) yang ia dapatkan dari panduan (kritikus) restoran Gault Millau. Loiseau kemudian bunuh diri pada tahun 2003. “Orang dengan bakat dan keaslian semacam ini dapat dengan mudah merencanakan masa depan yang memuaskan, dengan atau tanpa dua poin atau bintang ketiga itu,” tulis Dweck. Harusnya.
Sebaliknya, pemilik pola pikir tumbuh dapat mengembangkan dirinya sampai bisa melakukan sesuatu yang mustahil. Berbeda dengan pemilik pola pikir tetap, mereka menerima kegagalan dengan positif. Mengingat kegagalan sebagai sesuatu yang mesti diterima dan diperbaiki. Hidup terus berjalan dan kegagalan bukan akhir segalanya.
Menulis adalah kegiatan di area para pemilik pola pikir tumbuh. Siapa pun bisa menulis, asal mau menekuninya. Buku ini untuk mereka, para pemilik pola pikir tumbuh, yang akan memberikan pemahaman dan cara menulis yang baik, asal mereka serius dan menekuninya. Buku ini memberikan motivasi kepada pembaca untuk bisa menulis, terus menulis, menulis dengan sistematis, menulis supaya enak dibaca, dan membuat buku, untuk bisa belajar kepada mereka yang tak menyerah dalam menghadapi penolakan.
Saya terus menghindari kerumitan teori dalam penyajiannya. Saya memberikan contoh-contoh yang paling mudah agar pembaca tidak tersesat atau ditinggalkan sendirian membayang-bayangkan bentuk konkret apa yang saya maksudkan. Saya juga memberikan kiat-kiat menulis dan soal-soal latihan yang jawabannya bisa ditemukan di bagian akhir buku ini.
Dalam buku ini, saya tidak akan memberikan sesuatu yang tidak pernah saya lakukan, sesuatu yang tidak pernah saya tulis, dan sesuatu yang sekadar teori. Buku ini jadi pati dari pengalaman dan kerja saya dalam dunia kepenulisan sejak mahasiswa di tahun 94-an ataupun ketika saya mulai menulis sejak tahun 2002. Utamanya sejak diminta menjadi mentor menulis atau mengajar dalam pelatihan menulis di berbagai daerah. Untuk ini, saya tertegun dengan kalimat yang pernah ditulis oleh senior saya di STAN Agung Darono. Saya meminjam kalimat ini darinya: “Tulislah apa yang kamu ajarkan dan ajarkan apa yang kamu tulis.” Buku ini pengaplikasian kalimat itu.
Berbeda dengan keempat buku saya sebelumnya yang merupakan kumpulan tulisan, buku ini ditulis mulai dari nol, yang saya kerjakan selama dua bulan penuh tanpa henti, di waktu-waktu tersisa, setelah pulang kerja, ketika bangun di tengah malam, dini hari, di Sabtu dan Ahad. Saya berkomitmen untuk memikirkan dan mengerjakan buku ini setiap hari, minimal satu jam setiap harinya, dan selesai. Bisa.
Buku ini realitas dari apa yang dikatakan Robert Stenberg di atas: dari usaha keras dan maksud yang jelas. Ketika saya akan menulis setiap bagian ataupun subbab buku ini, saya selalu diterangi dengan pertanyaan berikut. “Apakah bagian ini akan memberikan manfaat dan nilai tambah buat pembaca?” Jika tidak, saya akan membuangnya walaupun sudah ditulis dengan paragraf yang banyak.
Terima kasih kepada Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan kepada saya untuk menyelesaikan buku ini. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah mendukung saya dalam penyusunan buku ini, utamanya kepada Pak Nufransa Wira Sakti yang telah memberikan kata pengantar untuk buku ini, khususnya untuk istri saya Ria Dewi Ambarwati dan anak-anak saya Maulvi Izhharulhaq Almanfaluthi, Muhammad Yahya Ayyasy Almanfaluthi, dan Kinan Fathiya Almanfaluthi.
Buku ini tiadalah sempurna. Oleh karena itu, saya memohon maaf lahir dan batin. Buat para pembaca, terima kasih telah membaca buku ini.
Riza Almanfaluthi
September 2022
Prakata dalam buku Kita Bisa Menulis
Gambar dari morawa.at
Untuk pemesanan buku dapat mengeklik tautan berikut di https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi