
Qatar lebih aman daripada Indonesia. Indonesia lebih aman daripada Amerika Serikat.
Salah satu moda transportasi massal yang paling diandalkan di masa pandemi selain KRL adalah busway. Murah, nyaman, dan banyak. Apalagi kalau berangkat menuju kantor di pagi hari. Jalanan masih sepi.
Kalau sore hari jangan dibayangkan. Saya pernah naik busway dari depan kantor sampai Stasiun Cawang. Perjalanan itu butuh waktu satu jam. Bahkan lebih cepat sampai ke Stasiun Cawang kalau saya berlari. Perlu diketahui, jarak antara kantor dan Stasiun Cawang itu hanya 5,2 km saja.
Jalur berangkat dari Stasiun Cawang menuju kantor juga dulu sempat macet. Waktu itu karena masih adanya pembangunan tiang pancang LRT (Lintas Rel Terpadu) Jakarta. Sekarang sudah selesai jadi tidak ada kemacetan. Atau sebenarnya karena masih masa pandemi jadi kosong begini? Enggak juga. Orang-orang sudah mulai bergerak mencari nafkah.
Pemerintah memang perlu menyediakan moda transportasi massal yang aman, nyaman, dan terjangkau agar masyarakat tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi, penyebab kemacetan parah dan polusi di kota-kota besar.
Jakarta sudah berbenah. Bus dan jalurnya diperbaiki. Bus-bus rongsok yang mengeluarkan asap hitam dari knalpot disingkirkan. Sumber daya manusianya diproduktifkan. Manajemennya dibenahi. Namun, satu hal yang enggak berubah adalah copetnya. Di busway juga demikian.
Selepas saya turun dari busway dan mengeposkan konten terkait busway di Instagram, saya berjumpa dengan kawan. Ia baru mendapatkan musibah. Ia kecopetan. Resleting kantong bagian depan tasnya sudah terbuka.
Lalu ia mengingat-ingat kejadiannya. Ia melakukan presensi di aplikasi logbook menggunakan ponsel. Kemudian memasukkan ponsel itu ke dalam kantong bagian depan tasnya. Lalu tas itu ia gendong di punggungnya. Ia baru sadar kehilangan ponsel ketika sudah keluar dari busway dan turun dari jembatan penyeberangan orang.
Padahal kondisi busway juga tidak penuh-penuh amat. Di pagi hari di masa pandemi, kondisi busway tidak berdesak-desakan. Saya memastikan kepada teman saya ini jangan-jangan ponselnya sekadar jatuh sehingga bisa dicari kembali.
Teman saya ini memastikan tidak demikian karena resleting tas sudah terbuka. Sang teman berusaha menghubungi ponselnya dengan menggunakan telepon genggam satu lagi. Saya juga mencoba membantu menelepon. Ternyata memang sudah tidak bisa dihubungi.
Kejadian ini memang tidak sekali saya lihat. Beberapa kali juga saya mendapatkan pengguna busway yang kehilangan dompet atau ponsel di busway. Pergerakan barang di tangan copet ini memang cepat sekali dan copet tidak bekerja sendiri. Mereka bergerombol seperti kawanan Hyena Serengeti mengincar korban. Orangnya itu-itu juga. Ada yang bertugas memberi kode atau mengalihkan perhatian korban dengan cara menghalangi jalan, menabrak, atau mencolek, Ada juga yang bertugas menerima dan mengoper barang.
Kalau barang sudah berpindah tangan susah untuk dicari. Mereka langsung mematikan ponsel sehingga tidak bisa dihubungi. Siapa pencopetnya pasti ketahuan kalau masing-masing penumpang busway digeledah, tentu itu tidak mungkin. Kalau satu pencopet ada yang ketahuan penumpang, risikonya ditanggung sendiri.
Dari semua itu ada pelajaran yang bisa diambil. Lebih baik berjaga-jaga daripada kejadian.
Beberapa tip yang bisa saya bagi dan selama ini saya terapkan adalah seperti ini:
- Pakemnya jangan main ponsel di busway. Kalau memang diperlukan, tingkatkan kewaspadaan setelahnya.
- Jangan taruh dompet atau ponsel di kantong. Masukkan dompet dan ponsel di bagian dalam tas. Jangan di kantong tas bagian luar.
- Jangan menggendong tas di punggung. Taruh tas di depan dada.
- Jangan menggenggam ponsel saat turun dari busway, rawan diambil. Masukkan ponsel ke dalam tas.
- Sampai di tujuan, turun dari busway di urutan paling belakang rombongan penumpang. Jika memang tidak bisa, tingkatkan kewaspadaan.
- Di halte busway, berhenti sejenak. Usah buru-buru keluar halte. Amati situasi.
- Pada saat mengantre untuk tapping kartu emoney, ambil posisi paling belakang.
Tujuh tip ini juga bisa diterapkan pada saat naik KRL atau transportasi massal lainnya. Pada dasarnya Indonesia masih lebih aman daripada Brazil dan Venezuela yang menduduki 10 besar tingkat kriminalitas tertinggi di dunia pada 2021.
Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 135 negara berdasarkan data Numbeo.com. Amerika Serikat berada di posisi ke-56. Semakin besar peringkatnya semakin kecil angka indeksnya dan semakin aman. Negara paling aman di dunia dari data itu adalah Qatar yang menduduki peringkat ke-135.
Semoga informasi ini bermanfaat.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
2 Januari 2022
Hp lebih baik di genggam angkat posisi depan badan,krn wlpn tas ditaro didepan masih bs di copet
LikeLike
Terima kasih… 😀
LikeLike