Propaganda dan Public Relations: Tak Ada Bedanya dengan Squealer Jika…


Buku ini terbit 75 tahun lalu di Inggris tepat pada saat Indonesia memproklamasikan dirinya sebagai negara berdaulat. Baru saya baca terjemahannya pada akhir 2020. Ke mana saja saya selama ini?

George Orwell menulis Animal Farm sebagai alegori politik atas totaliterisme Uni Soviet. Benar-benar menyentil.

Pemberontakan para binatang dan pengusiran manusia dari peternakan Pak Jones memang sukses. Para binatang hidup merdeka. Papan nama Peternakan Manor milik Pak Jones diganti menjadi Peternakan Binatang.

Tujuh perintah disusun dan dijadikan undang-undang. Tujuh perintah itu adalah:

  1. Apa pun yang berjalan dengan dua kaki adalah musuh;
  2. Apa pun yang berjalan dengan empat kaki dan bersayap adalah teman;
  3. Tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian;
  4. Tak seekor binatang pun boleh tidur di ranjang;
  5. Tak seekor binatang pun boleh minum alkohol;
  6. Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain;
  7. Semua binatang setara.

Semuanya untuk kepentingan para binatang dan mereka punya slogan: “Kaki empat baik, kaki dua jahat!”

Namun, dengan berjalannya waktu, beberapa babi yang lebih cerdas daripada binatang kebanyakan dan diberikan amanat kepemimpinan kemudian menjadi “manusiawi”. Menyingkirkan teman seperjuangan, itu yang dilakukan pertama kali oleh babi licik bernama Napoleon. Sampai di sini kita jadi ingat Leon Trotski yang disingkirkan Stalin.

Pelan-pelan Napoleon merancang pengultusan dengan membuat puisi, lagu, monumen, sistem kepangkatan, centengisme, dan lingkaran para pendukung setianya. Ia juga membuat aturan tentang fasilitas yang hanya bisa dinikmati sendiri. Tidak untuk para binatang lain yang masih hidup lapar dan kedinginan di kandang Pak Jones.

Satu per satu tujuh perintah itu lenyap. Napoleon melanggar semuanya. Kebebasan pendapat tidak ada lagi. Bahkan harus berhati-hati dengan apa yang ada di dalam pikiran. Pembantaian sesama binatang juga terjadi.

Sampai pada suatu hari, Napoleon beserta jajarannya keluar dari rumah milik Pak Jones sambil berpakaian manusia, berdiri di atas dua kaki, memegang cemeti, dan dikawal polisi rahasia: para anjing peliharaannya yang senantiasa menggeram. Manusiawi sekali.

Tujuh perintah itu sekarang tinggal satu perintah tunggal: “Semua binatang setara, tetapi beberapa binatang lebih setara daripada yang lainnya.”

Slogannya pun berganti: “Kaki empat baik, kaki dua lebih baik!”

Bertahun-tahun Napoleon memperbudak para binatang yang lain juga karena beberapa sebab.

Ada dari para babi itu yang pintar bicara dan ditugaskan menjadi propagandis seperti Squealer. Dengan memberikan data-data terselubung kepada para binatang bodoh itu, Squealer meyakinkan para binatang ternak bahwa apa yang dilakukan Napoleon adalah untuk kepentingan bangsa binatang. Squealer menjual harapan masa depan, mimpi kesetaraan, dan kebengisan insan.

Kemudian para binatang masih teperdaya, ada yang membeo, percaya dengan semua itu, menjadi takut, dan pada akhirnya tak kuasa melawan. Ujung dari perlawanan adalah kematian belaka.

Pada akhirnya para babi pemegang kekuasaan peternakan itu mencintai uang, alkohol, pesta-pesta, bekerja sama dengan manusia, dan menamakan kembali peternakan itu menjadi Peternakan Manor.

Buku ini tidak memiliki pengaruh apa-apa kepada Stalin. Stalin masih tetap melanjutkan cengkeramannya sampai delapan tahun kemudian. Hanya strok yang bisa menghentikan Stalin.

Buku ini enak dibaca, ada plot twist-nya juga: saat Napoleon menyendiri dengan menyapih anak-anak anjing yang baru lahir atau ketika Squealer menggiring para biri-biri ke suatu tempat di ujung peternakan selama seminggu untuk suatu maksud tertentu.

Ada satu titik kritis ketika saya membaca buku ini, ketika saya disodorkan sosok Squealer. Pertanyaan yang muncul adalah apa bedanya yang dilakukan oleh Squealer ini dengan kehumasan atau Public Relations? Ya, apakah sama propaganda dengan kehumasan?

Alo Liliweri dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Serba Ada Serba Makna dapat memberikan jawabannya: bisa sama dan bisa beda.

Tujuan propaganda dan kehumasan sama yaitu memengaruhi persepsi publik untuk menghasilkan respons yang diinginkan. Bisa jadi amsal adalah pembentukan citra positif terhadap sesuatu. Inilah yang sering membuat kehumasan sama dengan propaganda.

Perbedaannya terletak pada ekspresi. Kehumasan menitikberatkan pada proses negosiasi dan adaptasi agar sesuatu dapat diterima secara etis. Oleh karena itu, definisi kehumasan memasukkan unsur niat baik dan pengertian bersama ke dalamnya (Jowett dan O’Donnell, 1992).

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Pemerintah memasukkan niat baik dan saling pengertian itu ke dalam pengertian umumnya.

Ini elok. Di sana ada tujuan positif yang berdaya. Propaganda sebaliknya, selalu berkonotasi negatif yang tidak sesuai dengan etika komunikasi.

Belum juga satu dekade dari beleid itu, kita dituntut bermenung-menung dengan apa yang kita lakukan selama ini dalam menjalankan tugas harian kehumasan. Hampir tidak ada bedanya dengan Squealer jika komunikasi yang kita sampaikan kepada masyarakat ada yang ditutup-tutupi, tidak berdasarkan fakta yang sebenarnya, tidak ada niat baik, sekadar pencitraan, dan tak ada jalinan pengertian di dalamnya.

Masyarakat mengiyakan, tetapi kemudian tertegun ternyata ada cemeti di balik punggung. Cemeti yang akan menyambuk burit masyarakat untuk terus bekerja dan mengosongkan pikiran dari nalar yang tidak-tidak.

Semestinya para praktisi kehumasan dan kita semua membaca secara tersurat dan tersirat alegori George Orwell. Agar tak ada lagi pertanyaan, “Ke mana saja kita selama ini?”

Sungguh, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
26 Desember 2020
Buku Animal Farm, Penerjemah Bakdi Soemanto, Penerbit Bentang, Edisi II Cetakan Kesepuluh, Agustus 2020
Gambar berasal dari Pinterest, i.pinimg.com dan Mizanstore

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.