Seorang jurnalis membuang buku Salman Rushdi yang baru dibelinya itu ke selokan. Menurutnya, buku penulis Inggris ini memang layak dibuang karena terjemahannya buruk.
Sebaliknya, buku penulis Indonesia tidak banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Apalagi buku puisi pensyair Indonesia. Namun, mendiang Sapardi Joko Damono adalah pensyair yang karya-karyanya banyak dialihbahasakan ke dalam bahasa lian seperti bahasa mandarin, Jepang, Arab, dan bahasa Inggris. Penerjemahan ini menjadi sebuah bentuk pengakuan atas kualitas kepenyairan seseorang.
Mengikuti jejak Sapardi, buku M Aan Mansyur diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John H. McGlynn. Tepatnya, mengikuti edisi bahasa Indonesia yang diterbitkan pertama kali di tahun yang sama dan laku keras. Penerbitnya adalah penerbit yang sama yang menerbitkan puisi Aan dalam bahasa Indonesia.
Buku berjudul Tidak Ada New York Hari Ini, There is No New York Today diformat sebagai buku puisi dwibahasa. Pembaca buku membaca puisi Aan dalam bahasa Indonesia sekaligus membacanya dalam bahasa internasional. Sebuah strategi pemasaran yang menyasar kepada pembaca mancanegara dan dalam negeri sekaligus.
Berbeda dengan buku yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia, buku Aan dalam format bilingual ini tidak ditambahkan foto hitam putih sebagai ilustrasinya. Yang ada hanya gambar dari ilustrator yang biasa menggarap ilustrasi dan tata letak dalam buku puisi Aan: emte.
Perlu dicatat, tidak semua ilustrasi itu mengiringi 31 puisi Aan yang ada di dalamnya. Maka wajar jumlah halaman buku ini tidak sebanyak buku puisi Aan dalam bahasa Indonesia.
Tentu, tidak adanya foto hitam putih bergenre street photography yang membuat buku puisi Aan berformat dwibahasa ini kehilangan kesan dan kekuatannya. Buku yang terinspirasi oleh film Ada Apa dengan Cinta ini tidak benar-benar bisa menangkap kehidupan nyata kota New York seperti dalam buku bahasa Indonesianya itu.
Yang hebat dari buku ini adalah puisi pertama Aan berjudul Cinta atau Love. Dalam versi Bahasa Indonesia, puisi ini walaupun diletakkan di halaman pertama tampak tak menonjol karena menempel di dalam foto ilustrasi sehingga hampir tidak bisa dibaca dengan jelas. Di dalam buku terjemahan John H. McGlynn, puisi Aan ini menjadi sentral di tengah halaman tanpa ilustrasi sama sekali sehingga membuatnya bisa dibaca dengan mudah dan menambah kekuatan isi puisinya.
The days incinerate me. But each time I try to gather the heap of my ashes, my finger change to wind. And I understand why love was created.
Satu hal yang pelik adalah menangkap rasa dari puisi. Sebagaimana karya terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, maka sebaliknya akan selalu ada rasa bahasa yang tidak tertangkap oleh John H. McGlynn sebagai penerjemah. Seperti diketahui, Aan hebat dalam penguasaan diksi puisinya. Maka ketika diksi berima yang dibuat Aan diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan tampak ada yang hilang.
Kita lihat dalam puisi Tidak Ada New York Hari Ini pada bait berikut.
Meriang. Meriang. Aku meriang. Kau yang panas di kening. Kau yang dingin dikenang.
Yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris seperti ini:
I shiver. Shiver. Shiver. You are the fever in my mind, you are the frost in my memory.
John H. McGlynn, mengutip Ni Komang Ariani yang telah meneliti penerjemahan buku dwibahasa ini, menggunakan metode terjemahan semantik secara dominan daripada terjemahan kata per kata. Dengan ini John H McGlynn ingin pembaca terjemahannya mendapatkan emosi yang serupa saat orang membaca puisi Aan di dalam bahasa Indonesia.
Secara substantif, puisi Aan dalam bahasa Inggris di dalam buku ini masih bisa dipahami dengan mudah oleh mereka yang berbahasa ibu bahasa Melayu. Juga, dengan memakai format bilingual, jika pembaca kesulitan memahami harfiah kata atau kalimat puisinya, pembaca dapat segera mencuri pandang terjemahannya.
Sampai di sini John H. McGlynn cukup berhasil. Tiga bintang untuk buku ini. Percayalah, setelah membacanya, kita tidak akan membuang buku ini ke selokan. Seperti jurnalis itu.
**
Judul : Tidak Ada New York Hari Ini, There is No New York Today
Penulis : M Aan Mansyur
Penerjemah : John H. McGlynn
Tahun Terbit : 2016
Tebal halaman : 78 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
7 Agustus 2020