
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 jurusan Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Tanjung Karawang pagi tadi (29/10). Puluhan pegawai dari 189 penumpang dan awak pesawat adalah pegawai Kementerian Keuangan yang bertugas di Pangkalpinang. Dua belas di antaranya adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
Pegawai Kementerian Keuangan memang ditempatkan di kantornya yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap akhir pekan ribuan pegawai tersebut pulang ke rumahnya masing-masing dengan menggunakan moda transportasi bermacam-macam. Pada Minggu malam atau Senin pagi mereka kembali ke tempat tugasnya.
Maka fenomena rombongan pegawai Kementerian Keuangan berbondong-bondong memenuhi sudut terminal, bandara, pelabuhan, dan stasiun kereta menjadi hal yang jamak di waktu-waktu itu.
Di Pulau Bangka terdapat dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama: KPP Pratama Pangkalpinang dan KPP Pratama Bangka. Dua kantor itu masuk wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung.
Cerita berikut disampaikan oleh Nurochmah, Kepala Seksi Penagihan KPP Batam Selatan, yang akan menuju Batam dan sempat bertemu dengan tiga teman sejawatnya yang ada di dalam pesawat Lion Air JT-610 yaitu: Ari Budiastuti, Hesti Nuraini, dan I Gusti Ayu Ngurah Metta Kurnia.
Berikut cerita Nurochmah kepada pajak.go.id:
Tadi pagi saya sampai di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Selesai pemindaian di mesin X-Ray, saya langsung ke musala Terminal 1B
Di sana saya bertemu Ibu Ari Budiastuti (Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan KPP Pratama Pangkalpinang) yang baru dua kali ini bertemu. Dia menyapa saya. Kita mengobrol sebentar.
Dia bilang: “Aku pake bedak dulu ah. Biar cantik.” Saya tertawa.
Terus ada temannya lagi yang bernama Hesti Nuraini, Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I KPP Pratama Bangka. Kami bersalaman. Saya kemudian salat.
Selesai salat saya melihat dari belakang seperti I Gusti Ayu Ngurah Metta Kurnia, Kepala Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal, KPP Pratama Pangkalpinang. Saya melihatnya terus untuk memastikan apakah ia benar Metta. Ternyata benar, Metta. Saya memang sering bertemu dengan Metta setiap Senin Subuh.
Habis wudu, Metta menghampiri saya yang masih duduk selesai salat. Kami bersalaman.
Biasanya Metta yang duluan ada di musala. Tadi saya bertanya kepada Metta, “Tumben Met siangan?”
Dia bilang, “Iya nih dari rumahnya sudah kesiangan jam 03.20.”
Saya bilang, “Gue dari rumah jam 3, Met.”
Metta menjawab “Normalnya juga jam 3 Nung, gue berangkat. Ini tadi naik Damri Royal.”
Terus Metta salat. Saya lalu mengenakan kaos kaki dan jaket. Selesai salat dua rakaat, Metta menggeser tempat untuk salat lagi. Saya membatin, “Ya Allah, Metta saja salat sunah. Gue cuma salat Subuh doang.”
Saya keluar musala. Dan bersiap-siap terbang. Setelah mendarat dan tiba di kantor di Batam, saya baru mengetahui apa yang terjadi setelah seorang kawan di Pontianak mengirim pesan dan menanyakan kabar saya.
Saya langsung teringat dengan ketiga teman tadi saat bertemu di musala. Saya menelepon Metta, tidak diangkat. Saya mengirim pesan melalui Whatsapp, hanya centang satu.
“Ya Allah, semoga Metta dan semua penumpang dalam perlindungan-Mu. Amin,” doa saya. Salat sunah Metta membuat saya banyak merenung. [Rz]
Tulisan ini dibuat untuk dan pertama kali diunggah di:
http://pajak.go.id/article/lion-air-jt-610-sebelum-terbang-metta-memberiku-pelajaran
Foto: Paruhum