Alibaba (2): Dari Proyek Rahasia Sampai Indonesia


Crocodile in the Yangtze. Gambar dari Businessinsider.com.au

Proyek Rahasia
Agar bisnisnya berkembang maju, Alibaba butuh investor lebih banyak lagi. Dari berbagai lobi, di tahun 1999 ia mendapatkan investor pertamanya yaitu kelompok investor yang dipimpin oleh Goldman Sachs yang membeli 50% saham Alibaba.

Alibaba mendapat tambahan investasi lagi dari bank asal Jepang Softbank sebesar US$20 juta yang kelak membuat pemiliknya—Masayoshi Son—menjadi orang terkaya di Jepang. Modal itu membuat Alibaba mendapatkan dana segar, tenaga segar, dan mendapatkan lebih dari 150.000 anggota terdaftar di situs webnya.


Jack Ma juga merekrut pejabat eksekutif Yahoo John Wu sebagai Manajer Teknologi Alibaba dengan mendapat gaji hanya separuh daripada yang ia terima di Yahoo.

Ini menunjukkan jalan yang ia tempuh masih pada jalurnya. Selaras dengan perkataan Jack Ma kepada para karyawannya sewaktu pertama kali mendirikan Alibaba, “Pesaing kita tidak berada di Cina, tapi di Silicon Valley. Kita harus menempatkan Alibaba sebagai situs web berkelas internasional.”

Tetapi masa bulan madu perusahaan internet adalah sekadar gelembung. Perkembangan perusahaan internet mulai jeblok di tahun 2000. Bursa saham merugi ketika menguasai aset perusahaan internet. Ini membuat peluang Alibaba untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa NASDAQ tertutup. Perlu diingat, bahwa sampai saat itu, Alibaba belum mendapat keuntungan sama sekali.

Sampai tahun 2002, Jack Ma melakukan berbagai strategi untuk bertahan hidup seperti penutupan perusahaan patungan di Korea Selatan, merumahkan karyawan asing, dan memikirkan bisnis baru yang masih fokus pada bisnis inti Alibaba: niaga-el.

Sampai saat itu Alibaba masih berkutat di sektor B2B dan belum ke sektor niaga-el. Jack Ma mulai melirik sektor niaga-el ketika eBay masuk ke pasar Cina pada 2001 walaupun eBay sebelumnya gagal di Jepang setelah disingkirkan Yahoo Japan.

Sudah barang tentu eBay jadi pesaing Alibaba di segmen B2B. Jack Ma harus membidik target konsumen biasa agar posisinya aman. Lagi-lagi Softbank mau memodali bisnis baru Alibaba senilai US$80 juta. Jack Ma memulai proyeknya dengan sangat rahasia.

Perekrutan karyawan pun dirahasiakan. Sampai-sampai pegawai Alibaba sendiri tidak tahu dan mencemaskan adanya situs web baru yang mulai mengancam keberadaan Alibaba: Taobao yang berarti berburu harta karun.

Taobao resmi diluncurkan pada 10 Mei 2003. Pengunjung situs web Taobao pun tidak tahu kalau situs web baru ini punya hubungan dengan Alibaba. Barulah persis sebulan kemudian, Jack Ma mengumumkan bahwa Taobao itu milik Alibaba. Semua bersorak.

“eBay bisa diibaratkan seperti ikan hiu yang hidup di lautan, sedangkan Taobao adalah buaya yang habitatnya di Sungai Yangtze. Kalau kami bertarung di laut, pasti kami kalah, tapi kalau kami bertarung di sungai, kamilah yang menang,” kata Jack Ma kepada suatu majalah untuk menggambarkan pertarungan Taobao dengan eBay.

Alibaba juga meluncurkan Alipay, solusi pembayaran buatan Alibaba sendiri. Paypal, sistem pembayaran untuk eBay, tak bisa berkembang di Cina karena mendapat hambatan regulasi.

Akibat tidak memahami budaya dan keinginan konsumen Cina, singkat cerita eBay kembali gagal. Mulanya eBay menguasai pangsa pasar 90% lalu menjadi 45% di tahun 2004. Hanya sedikit lebih besar daripada Taobao. Akhir tahun 2005, menciut menjadi sepertiganya saja. eBay kemudian melepas bisnisnya di Cina pada 2006.

Setelah eBay ada Yahoo
Akhir 1999, Yahoo masuk ke Cina. Tetapi tak mampu bekembang dan mengalami kegagalan ketika bekerja sama dengan Founder dan 3721. Dua-duanya perusahaan asal Cina.

Pada 2005, CEO Yahoo Jerry Yang, memberikan modal US$1 miliar kepada Jack Ma untuk mengelola bisnis Yahoo China yang ditukar dengan 40% saham Alibaba.

Pada November 2007, Alibaba mengadakan IPO pertamanya. Dari sana nilai Alibaba menjadi US$ 9 miliar. Setahun kemudian krisis global menyerang, walaupun pada saat itu Alibaba memiliki 25 juta pendaftar, namun 70% pendapatannya disumbang dari hanya 22 ribu pelanggan layanannya.

Dalam krisis 2008 itu Alibaba mampu bertahan dengan dua cara. Pertama, tetap memperhatikan konsumennya dengan tidak menaikkan harga bahkan menurunkan tarif berlangganan secara signifikan. Ini membuat loyalitas konsumen berbayar Alibaba meningkat. Buat Jack Ma, komunitas itu penting dan segalanya.

Kedua, pasar ekspor Cina memang tumbang, ini membuat pemilik pabrik di Cina memprioritaskan pemasarannya ke konsumen rumah tangga. Akhirnya berefek kepada Taobao. Penghujung tahun 2009 pangsa pasar Taobao meningkat menjadi hampir 80%. Taobao memperoleh pemasukan dari menjual kolom iklan bagi pedagang.

Yahoo pun menjadi untung karena memiliki saham di Alibaba walaupun pada kenyataannya Yahoo China mulai mengalami penurunan aset di Cina. Satu soal: Jack Ma lebih memilih fokus mengelola Taobao ketimbang Yahoo China.

Jack Ma menjadi Guide Tour buat Jerry Yang saat ia masih menjadi pegawai kementerian. Foto milik Heather Killen.

Imbas Microsoft
Microsoft ingin membeli Yahoo di awal 2008 tetapi ditolak Jerry Yang. Akhirnya CEO Yahoo itu dituntut mundur. Penggantinya adalah Carol Bartz yang memiliki hubungan tak baik dengan Jack Ma. Alibaba berkeinginan untuk membeli saham miliknya sendiri dari Yahoo apalagi perselisihan antara Alibaba dan Yahoo semakin memanas dengan saling serang melalui media.

Di September 2009, Yahoo menjual saham Alibaba yang dibeli pada saat IPO kepada Alibaba. Perselisihan yang berkepanjangan dan penurunan harga saham Yahoo berpuncak pada 21 Mei 2012 ketika Yahoo melepas setengah dari 40% saham Alibaba kepada Alibaba. Otomatis Alibaba terutama Jack dan Joe memiliki kedudukan yang kuat di dewan redaksi dibandingkan pemegang saham lain. Sebuah bekal untuk melakukan IPO berikutnya.

Pada 2014, Alibaba melakukan IPO keduanya di New York dan mendapatkan uang senilai US$25 miliar dengan menjual 12% sahamnya. Ini modal besar buat pengembangan bisnis lanjutannya seperti gurita yang tentakelnya ke mana-mana.

Pada saat ini Alibaba adalah satu dari tiga kerajaan internet terbesar di Cina. Ini era tiga kerajaan: Alibaba, Baidu, dan Tencent. Tencent adalah pemain besar game online. Baidu sendiri adalah mesin pencari terbesar di Cina.

Alibaba menjadi raksasa dengan ditunjang segitiga besinya: bisnis niaga-el, sisi logistik, sisi finansial dalam layanan keuangan seperti Alipay. Bagaimana kelanjutannya?

Jack Ma sendiri pernah berkata demikian: “Tidak ada yang mengetahui masa depan. Yang bisa kita lakukan hanya menciptakan masa depan.”

 

Menjelang Lebaran
Iklan terang dengan warna merah menyala di Stasiun Citayam tidak pernah membuat saya terpantik untuk mengetahui apa isinya. Tetapi iklan parsel lebaran di baliho besar, di pinggir Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta membuat saya tertarik.

Sejak melihatnya itu barulah saya paham, dua papan iklan di tempat yang berbeda itu dimiliki oleh pemilik merek yang sama: JD.id. Pasar virtual ini adalah anak perusahaan dari JD.com, pesaing utama Alibaba di Cina. Tencentlah pemiliknya.

Saya tak perlu berbelanja ke Cina baik luring ataupun daring karena JD.id sudah menyediakannya di Indonesia. Sebuah negeri yang Alibaba sendiri masih enggan untuk membuka langsung cabangnya. Bukan tanpa sebab. Ini karena Alibaba telah memiliki Lazada dan Tokopedia.

 

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
18 Juli 2018.

Artikel Sebelumnya: Alibaba (1): Alien yang Menciptakannya

Advertisement

One thought on “Alibaba (2): Dari Proyek Rahasia Sampai Indonesia

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.