Cara Mudah Menangkap Dan Memenjarakan Ide Menulis



Stephen King via Whatculture.com

For King, if an idea is truly good, if it just needs to be written, it won’t leave.

~~~J.D. Bentley.

Mencari ide menulis bisa dari banyak hal. Dari membaca, mengunjungi suatu tempat, mendengarkan ceramah, jalan-jalan, pembicaraan dengan orang lain, saat bekerja, sampai saat di kamar mandi.

Tapi memang mencari inspirasi menulis itu rada-rada susah. Sabtu kemarin adalah hari paling menggelisahkan. Saya bengong-bengong di atas kasur, bingung mau menulis apa. Sampai-sampai muncul pikiran buruk kalau-kalau saya sudah tidak bisa menulis lagi.

Dulu saya pernah menyarankan salah satu cara untuk tidak kehilangan ide menulis itu dengan menabung ide. Caranya? Tulis dan kumpulkan ide itu di suatu tempat. Bisa di email, di telepon genggam, dan lain sebagainya.

Memang itu yang biasa saya lakukan tapi minggu-minggu ini bahkan dalam hitungan bulan sudah tidak dikerjakan lagi. Masih berpikir daya ingat saya masih kuat untuk mengingat kembali ide-ide menulis yang pernah mampir di kepala.

Nyatanya tidak. Terasanya sekarang. Tapi sesekali waktunya tepat. Ide mengalir begitu derasnya seperti sungai Cimanuk yang sedang kebanjiran. Satu peristiwa bisa sampai menghasilkan dua ide. Contohnya kemarin itu. Sewaktu saya tahu bahwa artikel resensi saya dimuat di koran Republika, kepala saya memantik dua gagasan. Seperti ada cahaya terang.

Pertama, ide tentang bagaimana caranya “uprek-uprek” epaper Republika. Ini sudah saya tulis dan unggah di blog saya langsung. Kedua, tentang pertanyaan krusial yang diajukan oleh teman saya saat saya memberitahukan di grup Whatsapp kami tentang pemuatan artikel itu. Teman saya ini mempertanyakan apakah resensi saya itu resume atau bukan dan apakah saya sudah membaca buku yang saya resensi itu atau belum. Yang terakhir ini belum saya tulis.

Dua ide ini sudah cukup menyemangati saya kembali buat menulis. Seakan menemukan water station saat ikut lomba lari. Setelah itu saya tak menyia-nyiakan ide yang datang mendadak dan tak mau ide itu kabur lepas dari kepala saya.

Saya langsung ambil kertas, kemudian menulis ide di sana, dan memantek kertas itu (jangan bayangkan memantek ubun-ubun Kuntilanak) di sebuah paku yang tertancap di dinding kamar. Supaya saya dengan mudahnya melihat-lihat setiap saat dan mengeksplorasi ide itu lebih dalam lagi.


Kalau di telepon genggam atau email mungkin kita malas membukanya yah. Karena harus buka email (dengan memasukkan username dan password terlebih dahulu), telepon genggam, atau laptop dulu. Kalau dicoblos di paku kan lebih enak. Tinggal lihat dan pilih-pilih saja. Jadi saya seperti orang kuno, masih suka baca buku offline daripada online. Masih suka yang ada sentuhan nyatanya.

Maka malam ini sudah ada tiga ide yang tertulis di atas kertas itu. Tinggal aksi saja.

Tapi cara ini menurut Stephen King seperti buang-buang waktu saja. Anda tahu siapa Stephen King? Ia adalah penulis kontemporer Amerika yang novel-novelnya sering diadaptasi ke layar lebar.

Dia bilang begini yang pada intinya, kalau ide itu bagus ide itu tidak akan pergi ke mana. Dan suatu ide akan dikatakan bagus, jika ide itu dibutuhkan untuk ditulis. Bahkan sekalipun dilemparkan ke tempat paling tersembunyi sekalipun, ide yang bagus akan sering muncul dari tempat persembunyiannya. Dan ketika muncul, ide itu selalu segar. Semakin sering muncul, berarti ide itu adalah ide yang baik.

Jadi menurut Stephen King, ide itu tidak perlu ditulis. Yah, masing-masing orang punya caranya tersendiri untuk menangkap dan memenjarakan ide yang bermuara pada pembebasan ide menjadi sebuah tulisan.

Apa pun itu dan bagaimana pun caranya, tetaplah Anda menulis. So, write!

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

29 November 2015


Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.