GAZA

Maafkan aku yang terlambat
sadari seberapa gentingnya kamu,
sebelumnya hatiku tak bergerak
ketika mendengar kabar dari media sosial
tentang anak-anakmu yang dibakar, berdarah-darah,
termutilasi oleh api-api laknat penjajah.
Aku baru tahu dari running text
sebuah televisi swasta
kalau 40 anak-anakmu telah syahid.
Betapa menderitanya kamu Gaza.
Oh…aku baru tahu ternyata
di antara laparku yang menyengat,
di gempitanya menu berbuka puasa,
di sepanjang doa-doa malam yang terburu-buru,
di rakaat-rakaat tarawihku yang pendek,
di sujud-sujud tahajudku yang seadanya,
di ramainya tontonan piala dunia,
di sahurku yang begitu berada,
di shubuhku yang enggan terlaksana segera
karena tidur yang menggoda,
di puasaku yang penuh ghibah dan pura-pura lemas,
di pesta demokrasi yang menghabiskan sebagian dayaku,
ada sebuah kuasa yang mempertontonkan
kesombongan dan ketamakan para monyet.
Oh…aku tak mau abai lagi.
Kukirimkan rudal-rudal doa mengenyahkan segala angkuh.
Ini Ramadhan, saat tubuh dan jiwaku untukmu Gaza.
**
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
9 Juli 2014
dimuat pertama kali di islamedia.co