INDRAMAYU-SEMARANG LANCAR
Malam-malam, bibi saya kaget. Ia menyangka mobil yang masuk ke pekarangan rumahnya adalah mobilnya yang sedang pergi ke Jakarta. Ketika membuka garasi, baru ia “ngeh” kalau yang datang adalah keponakannya. Perjalanan yang begitu panjang sebelumnya seperti enggak terasa karena ada kebahagiaan dalam pertemuan ini. Apatah lagi makan malam berat ditemani dengan sayur dan tahu buatan bibi setelah sekian lama. Nikmat banget.
Karena kepala saya pusing, nyut-nyutan, akhirnya diputuskan untuk berangkat ke Semarangnya besok pagi dini hari. Saya minum obat pasaran kegemaran saya, yang kalau diminum sakit kepalanya langsung hilang. Cukup satu biji saja. Setelah itu tidur.
Sabtu, 19 September 2009
Jam dua malam kami bangun untuk bersiap-siap berangkat kembali. Di Dapur Bibi, sibuk sekali menyiapkan makanan untuk sahur kami. Sayur bening dan telur dadar. Subhanallah, walaupun sederhana tapi lezat nian. Sepertinya ini sahur terlahap yang pernah saya ingat di ramadhan ini. Pula, bisa jadi ini adalah sahur yang terakhir di ujung ramadhan.
Tiga kurang delapan menit, angka yang ditunjukkan oleh jam di mobil kami. Kami berangkat dari rumah bibi. Sebelum pergi, saya bilang kepada Bibi saya Insya Allah Sabtu mendatang, sewaktu akan balik ke Jakarta, kami datang kembali ke rumah Bibi .
Bibi saya berpesan, kalau mau balik lagi ke sini bilang dulu, supaya dirinya bisa mempersiapkan oleh-oleh yang harus kami bawa untuk ke Jakarta. Ia, katanya mau membuatkan kami koci, makanan khas Indramayu yang bentuknya segitiga dan di dalamnya ada isi kacang hijau. Oke Bi…
Mata sudah melek betul ketika kami menyusuri jalanan jalur Karang Ampel Cirebon yang bermeridian, lebar, mulus, dan sepi. Kecepatan bisa dipacu sampai 100 km/jam. Benar-benar kami seakan-akan pemilik sejatinya jalan itu. Dan kami baru menemukan rombongan pemudik lain, kala kami sampai di pertigaan Kanci.
Sholat Shubuh kami lakukan di daerah sekitar Tanjung, Brebes. Kami singgah di Masjid di sana. Namun sungguh tak representatif sekali. Kamar kecil dan airnya sedikit sekali. Jadi diputuskan masjid ini bukan untuk tempat istirahat kami.
Secara umum perjalanan kami lancar-lancar saja. Kemacetan walaupun ada jarang kami temui. Dan tentunya tidaklah separah hari kemarinnya.
Ketika kantuk mulai terasa, kami memutuskan untuk berisitrahat di Posko Toyota di Alas Roban. Awalnya kami sudah membayangkan apa yang pernah diiklankan di situsnya tentang posko lebaran Toyota seperti fasilitas kursi pijat atau istirahat yang nyaman. Tapi nyatanya jauh api dari panggang. Kami mampir dan tidak ada fasilitas itu. Sekadar mencari kursi tersisa untuk tempat duduk pun enggak ada. Mungkin karena banyak pemudik yang lagi menunggu kendaraannya diperbaiki.
Jadi kami tidak istirahat di sana. Hasilnya sambil terkantuk-kantuk saya hampir menabrak pengendara motor. Sedetik saya kehilangan kesadaran. Alhamdulillah yang masih melindungi kami. Segera kami cari SPBU untuk mengistirahatkan mata ini barang lima atau sepuluh menit.
Setelah istirahat kami cabut lagi. Tentunya dengan kondisi badan yang sudah lebih baik dari seperempat jam yang lalu.
Dan tepat pada pukul 12.05 WIB kami sampai di rumah.
Masalahnya kawan, maghrib masih lama. Sedangkan badan terasa lemas banget. Sampai di rumah saya langsung tidur. Bangun tidur masih jam dua. Tidur lagi, bangun lagi belum maghrib juga. Baru kali ini saya puasa sambil melihat
jam terus. Jam tiga…Jam empat…Benar-benar berat…
Tapi tenang saja, maghrib di Semarang lebih cepat daripada maghrib di Jakarta. Dan pada waktunya…
Allahuakbar…Allahuakbar…Syawal pun tiba.
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
17.30 23 September 2009
kencangkan ikat pinggang