DIBA INGIN SUSU


DIBA INGIN SUSU

 


 

“Mi…Diba ingin susu,” kata anaknya. Permintaan yang diterimanya dengan hati trenyuh. Bagaimana tidak, sedangkan persediaan susu anaknya sudah habis tak bersisa. Ia pun tak punya uang cukup untuk membeli sekotak susu.

    “Ya sudah Diba ambil kertas dan tulis di kertas itu: Ya Allah, Diba ingin susu. Berikanlah Diba susu ya Allah,” perintah ibu dua orang anak ini kepada anak pertamanya yang baru berumur tujuh tahun. “Setelah itu tempel di dinding ya.”

    Ia pun segera membuatkan Diba segelas air teh dengan sisa gula pasir yang ada di toples. Semata sebagai pengganti susu. Lalu ia pergi ke warung tetangga sebelah untuk membeli susu kental manis kemasan yang seharga seribu perak buat anak keduanya yang duduk di bangku TK. Suaminya hanya seorang penjaga keamanan yang gaji bulanannya habis buat kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk membayar rumah kontrakan.

    Tak lama setelah ia berhasil menidurkan kedua anaknya itu suaminya pulang. Raut mukanya yang tergambar lelah membuatnya tak tega untuk menceritakan tentang susu anak mereka yang sudah habis. Ia pergi ke dapur untuk membuatkan teh tawar hangat lalu menghidangkannya.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya kecuali tatapan matanya yang tertuju pada secarik kertas yang tertempel di dinding sana. Sang Suami mengikuti arah tatapan istrinya. Menghampiri kertas itu dan membacanya. Yang ada cuma helaan nafas panjang. “Insya Allah kita dapat rezeki yang banyak,” hanya kalimat itu yang terucap.

Waktu sesaat dihiasi hening. Tapi tak lama, karena dering telepon genggam suaminya meramaikan suasana kembali. Ia hanya bisa melihat suaminya sedang berbicara dengan orang yang berada di ujung sana. Siapa lagi malam-malam begini yang menelepon?

Kata-kata seperti siap, segera ke sana, sekarang juga, dan ucapan terima kasih terdengar dari mulut suaminya. Tetapi yang membedakan kali ini dengan keadaan sebelum menelepon adalah sesungging senyum di wajah itu.

“Alhamdulillah, Allah dengar doa kita. Abi diminta datang ke rumah teman sekarang juga. Teman Abi habis pulang dari Turki. Ada sedikit oleh-oleh. Ternyata dia masih ingat sama Abi,” jelas suaminya panjang. Ia cuma bisa mengucap syukur atas rezeki yang datang tiba-tiba ini. Insya Allah pagi ini akan ada segelas susu untuk diberikan kepada Diba dan bungsunya.

*

Zakat, infak, dan shadaqah yang saya terima dari teman-teman sebagiannya untuk mereka para mustahik yang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja mereka tak mampu. Salah satunya seperti cerita di atas. Sebagiannya untuk mereka yang sakit tak tertangani karena biaya masuk rumah sakit yang tinggi. Sebagiannya adalah untuk biaya pendidikan ketika memulai tahun ajaran baru.

Pangan, pendidikan, dan kesehatan menjadi kebutuhan yang sangat dasar dan harus terpenuhi segera. Oleh karena itulah bersama beberapa kawan saya berusaha menghimpun dana untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakat seperti itu.

Saya memanfaatkan sebagian besar dana ZIS yang didapat untuk beasiswa. Karena masih banyak mereka yang ternyata masih tidak mampu untuk melanjutkan sekolahnya ke SMP. Kawan-kawan LSM di Bojonggede mendirikan proyek Podium (Pos Peduli Ummat) yaitu sebuah proyek untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak Bojonggede yang mau sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Saya bekerjasama dengan mereka dalam hal pendanaan. Alhamdulillah puluhan orang telah tertangani.

Kerja sendiri jelas tak mungkin. Ini diperlukan kerja besar dan kerja sama. Karena ini menyangkut daya jangkau dan kualitas dari cakupan bantuannya. Sebenarnya ini merupakan tugas pemerintah tapi apa daya pemerintah pun punya keterbatasan. Walau sudah harus diapresiasi dengan adanya fasilitas kesehatan gratis buat yang tidak mampu atau adanya pendidikan dasar seperti SD dan SMP yang gratis. Tapi untuk pemenuhan pangan? Belum kiranya.

Ke depan sepertinya pemenuhan kebutuhan pangan (gizi) akan menjadi prioritas juga. Minimal tidak akan ada lagi Diba-Diba yang lain. Sungguh banyak sekali anak yang tak bisa minum susu di Bojonggede. Ada sebuah ide: membuat daftar mustahik yang masih mempunyai balita dan anak SD dan tak mampu membeli susu. Kami akan berikan kepada mereka beberapa kotak susu dalam setiap bulannya. Yang akan menjadi prirotas adalah mereka yang bapaknya TIDAK MEROKOK.

Ya, kami punya komitmen dalam pemberantasan barang sia-sia itu. Agar para bapak-bapak itu memahami bahwa bagaimana mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya dan mendapatkan biaya kesehatan sedangkan mereka dengan sepenuh kesadaran membakar uang setiap hari yang sebenarnya bisa terkumpul banyak itu.

Terpenting pula adalah menyadarkan umat bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, zakat tidak sekadar di bulan ramadhan, serta Infak dan sedekah mesti setiap saat. Selayaknya jiwa filantropi itu harus ada di setiap dada kaum muslimin agar bisa mengentaskan saudara-saudaraya yang lain dari jurang kefakiran. Karena ia dekat dengan kekufuran.

**

“Kak, saya pengen cari kerjaan secepatnya agar tak terus bergantung sama kakak,” kata adik bungsunya itu di suatu malam.

“Sudah cari di mana saja?”

“Sudah banyak kirim lamaran, tinggal nunggu telepon.”

Tiba-tiba Diba menyahut, “Makanya Paman minta sama Allah saja. Paman ambil kertas lalu keinginan Paman ditulis di kertas. Jangan lupa ditempel di dinding. Supaya ingat terus Paman minta apa.”

Mendengar itu mereka hanya bisa tersenyum.

***

 

Riza Almanfaluthi

14:11 17 Februari 2013

Citayam di sebuah selasar gerimis yang membatu.

Gambar dari sini.

Thanks to Muzakkis 4 all your support: Herlin Sulismiyarti, Indah Pujiati, Irwan Wibandoko, dan mereka yang tak mau disebut namanya.

    
 

 


 

Advertisement

SHADAQAH YANG TERCEDERAI


SHADAQAH YANG TERCEDERAI


إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

ومن سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له،

وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده

ورسوله


أما بعد

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta ‘alam yang telah mengizinkan kepada kita untuk bermuwajahah, yang telah memperkenankan kita untuk saling mengikatkan tali kasih sayang di antara kita, dan yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Alhamdulillah yang telah memberikan kepada kita nikmat hidayah dan sepercik iman, yang dengan itu pula Allah telah menggerakkan hati dan melangkahkan kaki kita untuk selalu mengerjakan amal kebajikan.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, qudwah hasanah kita, murabbi umat, panglima besar revolusi kemanusiaan, nabi Muhammad saw, yang akhlaknya adalah alqur’an, yang paling dermawan, yang paling berani, yang memberi bagaikan orang yang tidak pernah takut akan kefakiran, yang rumahnya senantiasa terbuka bagi siapapun yang singgah, yang senantiasa memberi makan orang yang lapar dari makanannya, yang pernah mengatakan kepada kita semua: “aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi sesungguhnya aku diutus sebagai (pembawa) rahmat.” 1)

Rahmat Allah inilah, ya ayyuhal Ikhwah, yang sedang kita rasakan di bulan ramadhan ini, bulan pelipatgandaan amal. Dan dirasakan oleh umat beriman lainnya. Betapa tidak dengan datangnya bulan ramadhan ini, kita yang tidak pernah baca Al-qur’an di luar bulan ramadhan, di bulan suci ini kita kembali kepada al-qur’an untuk membacanya. Kita yang tidak pernah shalat malam di luar bulan ramadhan, di bulan penuh keberkahan ini kita mendirikan malam-malamnya setidaknya melaksanakan shalat tarawih dan witirnya. Kita yang tidak pernah datang ke masjid, berbondong-bondong kita ke masjid di bulan penuh rahmat ini. Dan kita yang dikuasai dengan kebakhilan di luar ramadhan, dengan datangnya ramadhan mubarok ini kebakhilan gantian menjadi budak kita dengan tanda berupa entengnya kita dalam mengeluarkan shadaqah.

Shadaqah yang kita keluarkan di luar bulan ramadhan, Allah sudah janjikan dengan balasan 10 kali lipat hingga seratus kali lipat, apatah lagi di bulan ramadhan. Oleh karena itu betapa banyak dari kita mengeluarkan shadaqah, infak dan zakat itu di bulan ramadhan.

Ada yang bertanya apa bedanya antara zakat, infak dan shodaqah. Kalau diibaratkan sebuah lingkaran maka shadaqah adalah lingkaran besar yang di dalamnya terdapat lingkaran kecil yang bernama infak, dan di dalam lingkaran kecil infak itu terdapat lingkaran lagi bernama zakat. Cakupan shadaqah amatlah luas. Shadaqah tidak selalu identik dengan uang. Di dalam shadaqah selain dengan materi ada yang namanya senyum, menyingkirkan duri dari jalanan, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, ataupun membebaskan saudaranya dari hutang. Dan infak wajiblah yang bernama zakat. Demikianlah secara ringkas dapat diilustrasikan perbedaan diantara ketiganya.

Shadaqah berasal dari kata shidiq yang artinya benar. Dan menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, benar di sini adalah benar dalam hubungan dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan. 2) Dengan kata lain shadaqah berarti pembuktian benar adanya iman di dalam dada. 3) Hanya orang-orang yang beriman yang mampu melaksanakan shadaqah, hanya orang-orang yang percaya adanya Allah dan hari akhir sajalah yang mampu shadaqah, infak, ataupun zakat. Hanya orang–orang yang percaya betul dengan balasan Allah di dunia dan akhirat yang mampu dirinya mengangkangi syahwat bakhilnya.

Dengan balasan yang berlipat ganda yang diberikan oleh Allah swt kepada orang-orang yang beriman yang bershodaqah, maka Allah pun telah memperingatkan kepada orang-orang bershadaqah tersebut untuk menghindari dua perkara ini. Yaitu perkara-perkara yang dapat merusak dan menghilangkan nilai-nilai kebaikan atau pahala yang diberikan Allah kepada orang-orang yang bershadaqah. Sebagaimana telah difirmankan di ayat yang saya bacakan di awal:


Al-Baqarah:264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Allah telah memperingatkan keapda kita semua dalam hal bershadaqah: yaitu jangan sekali-kali menyebut-nyebut shadaqah itu dan menyakiti perasaan si penerima. Tanpa disadari kita mendapatkan shodaqah itu tidak bermakna apa-apa.

Semisal, betapa kita sering mendengar perkataan ini: “ini masjid tidak akan pernah bisa berdiri kalau saja tidak ada saya; ini masjid tidak akan pernah berdiri megah kalau saya tidak menjadi ketua panitianya; ini masjid enggak akan sesejuk ini kalau tidak ada AC yang saya beli.” Dikatakan dengan lisan atau cukup di dalam hati saja itu sudah membuat rusak pahala shadaqah kita.

Semisal lain. Seringkali rumah kita kedatangan tamu yaitu para peminta-minta. Apalagi kalau bulan puasa, banyak sekali. Dan karena sudah terbiasa bakhil, ketika kita memberi infak mulut kita atau hati kita sering reflek mengatakan dalam hati: “langganan; masih sehat ngemis; sindikat; bayinya dapat nyewa”. Atau seringkali karena kejengkelan kita karena didatangin terus menerus, kita sering bilang maaf kepadanya tanpa menongolkan kepala kita sedikitpun dari pintu kita.
Padahal bisa jadi yang datang itu adalah Pak RT yang menagih uang sampah dan keamanan.

Ya Ayyuhal ikhwah, sesungguhnya tangan-tangan kita amatlah pendek, dan kita juga tahu bahwa ini bagaikan lingkaran setan, mulai dari mana kita memutus rantai setan dunia kepengemisan ini. Dan sebenarnya sudah menjadi tugas pemerintahlah untuk mengangkat derajat hidup mereka. Nah kalau sudah tahu kita tidak mampu untuk mengentaskan mereka sendirian, tak perlulah kita menciderai amal shadaqah kita dengan mengatakan sesuatu yang amat menyakitkan itu.

Ayo, kita sama-sama berbenah diri, di bulan ramadhan ini berikan yang terbaik dengan shadaqah-shadaqah kita, dan tak usahlah pula merusak amal shadaqah kita dengan dua perkara tersebut. Allah telah membuat perumpamaan dalam lanjutan ayat tersebut tentang masalah ini dengan batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu batu tersebut disiram hujan lebat, maka menjadi bersihlah batu tersebut. Sia-sia. Tidak mendapat manfaat apa-apa.

Semoga di bulan penuh keberkahan ini Allah menerima shadaqah-shadaqah kita. Amin.

Samarinda kota di Kalimantan

ada pohon dinaikin bekantan

kalau ada kata yang menyakitkan

mohon untuk dimaafkan

kayu lidi di taman bekasi

cukup di sini, sekian, dan terimakasih.

Billahittaufik walhidayah…

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

  1. H.R. Bukhori dan Muslim;
  2. Muhammad Andi Wibisana

riza almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

01 September 2009

transkrip kuliah terserah antum