PLURALISME ITU SAMPAH


PLURALISME ITU SAMPAH

    Seorang penuhan akal bilang di suatu jum’at, “jangan jadikan mimbar jum’at sebagai panggung untuk menebar kebencian terhadap pluralisme.” Tentu saya tak sepakat dengan pemikiran dari orang yang mendewakan akal ini dan ketika beragama maka Al Qur’an dan hadits diposisikan sebagai sesuatu yang layak untuk dikritisi. Dan itulah, menurutnya, cara berislam yang benar.

Kali ini tidak membahas akal manusianya itu, tetapi saya mengomentari pendapatnya dengan mengatakan padanya bahwa pluralisme agama itu hanya sampah. Tetapi sebelumnya saya akan mengenalkan definisi pluralisme sesuai dengan definisi Majelis Ulama Indonesia (MUI). Soalnya mereka yang mengusung pluralisme ini masih tak sepakat dengan definisi dari pluralisme itu sendiri.

Pluralisme menurut Fatwa MUI Nomor: 7/Munas VII/MUI/11/2005 tentang Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme Agama, adalah:

Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.


*Lambang-lambang agama (Sumber: di sini)

    Sekarang mengapa pluralisme itu sampah? Simak twit ini di @rizaalmanfaluth :

#mereka itu kalau ngeliat orang arab berjubah, langsung paranoid. Ini rasisme. Diskriminatif. Buah dari Plurali$me. Makanya sybilang: sampah

  1. Pluralisme: sampah. Karena memandang semua agama sama. Syariat di agama itu baik. Syariat Islam juga baik. Makanya kata #mereka, rukunlah
  2. Pluralisme: Sampah. Padahal Islam sudah dari dulu junjung pluralitas. Tolong bedain pluralisme dan Pluralitas.
  3. Pluralisme: sampah. Dg klaim semua agama sama, maka ini penghancuran syariat. Zina & Riba di Islam dilarang. Di agama lain belum tentu.
  4. Pluralisme:sampah walau tak mematikan smua agama melainkan memandulkannya . Gak ada kebaikanagamakarena dibalikin ke nafsu pribadi.
  5. Plurali$me: sampah krn jungkirbalikkan syariat. Alqur’an jadi mainan. Putar-putar ayat.Asal comot.Bebas tafsir. Pantes #mereka
    #salaharah
  6. Plurali$me=sampah Alqur’an digituin. Apalagi hadits. Ditolak kalau gak sesuai dg akal. Sholawat & kawinnya RasulSAW dipertanyakan.
  7. Pluralisme:sampah krn pd akhirnya #mereka ingin juga punya otoritas tafsir tersendiri. Tafsir sekarang yg dipakai umat adalah ortodoks.
  8. Pluralisme=sampah karena pengusungnya cuma omong doang. Harusnya #mereka berikan contoh. Mereka bisa rukun sama agama lain.
  9. Pluralisme=sampah. Kalo contoh itu mah Islam dah ngajarin dari dulu. Inklusifitas dalam sosial itu mah kudu sbg muslim.
  10. Plurali$me=sampah. Tetapi inklusifitas dalam akidah itu yang dilarang. #mereka
    #gagalpaham. Toleransi/campur baur dlm akidah NO WAY.
  11. Plurali$me=sampah. Kegagalan #mereka yg paling besar adalah mereka gagal memberikan contoh plurali$me yg #mereka usung dlm hidup sehari2
  12. Plurali$me=sampah.Anak #mereka gak mau anaknya kawin dg di luar agama mereka. Kasih contoh dong #mereka yang sudah praktikan?
  13. Plurali$me=sampah. Kalau #mereka mati, enggak dikubur, tetapi dibakar, dikremasi, dan abunya dibuang or mayat #mereka dilarung diGangga
  14. Plurali$me=sampah. #mereka gak kasih contoh haji di bulan muharram. Ke arafah, muzdalifah, mina. Iyalah gak ada temennya. Di sana sepi.
  15. Plurali$me=sampah. #mereka kan klaim bahwa jalan keselamatan ada pd semua agama. Tetapi #mereka gagal beri contoh untuk melepaskan…
  16. Plurali$me=sampah…melepaskanklaim formalitas keislamannya. #Mereka gak mau murtad. #mereka maunya jadi muslim tpi aturan Islam ditolak
  17. Plurali$me=sampah. Tapi ada salah satu dari #mereka yg berhasil memberikan contoh plurali$menya dg selingkuh. Selingkuh emang nikmat.
  18. Plurali$me=sampah. #mereka menolak poligami berketertiban, tapi sukses terapkan poligami barbar dg selingkuh. #mereka kan sdg bericontoh
  19. Plurali$me=sampah. Kalau urusan seks #mereka emang sukses tuk terapin formula plurali$menya, krn seks urusan paling dasar slain uang.
  20. Plurali$me=sampah, wajar kalau #mereka bilang kalau ciuman itu sedekah. Tapi sayang @syukronamin gak mau praktikkan plurali$me itu
  21. Plurali$me=sampah, dg mencium salah satu santri perempuan/jama’ah pengajiannya di hadapan audiennya. Padhal kalau sedekah dibalas 700x.
  22. Plurali$me=sampah, ini contoh terbesar kegagalan #mereka. artinya? #mereka takut tuk terapin apa yg diyakini mereka benar. @assyaukanie
  23. Plurali$me=sampah, #mereka masih gila hormat. Masih ingin dianggap sbg ustadz, kyai, gus, habib, lulusan yaman, agar bisa didengar massa
  24. Plurali$me=sampah. oleh masyarakat yg #mereka anggap sebagai fundamentalis karena mo menerapkan Islam dg kaffah. @syaltout
  25. Plurali$me=sampah, #mereka alergi sama term kaffah,makanya @assyaukanie sang generalisator & provokator ini PANIK UI ngadain lomba ngaji
  26. Plurali$me=sampah, atau gara2 paranoid sama yg berbau Arab Saudi?
  27. Plurali$me=sampah, padahal adalah hal lumrah UI mengadakan pekan budaya. Iran, China, Jawa, Kamoro dll. Tapi @assyaukanie & antek cuma
  28. Plurali$me=sampah, RISAU, GALAU, PANIK kalau pekan budaya itu berlabel Islam atau ada bau Arab Saudi. Tp #mereka tetep mau haji kesana.
  29. Plurali$me=sampah, so #mereka tak yakin dg kebenaran agama sendiri. Klo begitu knp masih ngotot sebagai muslim? #mereka tak bisa jawab .

Kita berlindung dari godaan pluralisme agama yang menyesatkan. Amin.

 

riza almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

11:11 29 April 2012

 

Tags: jaringan iblis liberal, jil, luthi assyaukanie, ulil, ulil abshar abdilla, syukronamin, syukron amin, syaltout, pluralisme, pluralitas, pluralis, mui, majelis ulama indonesia

CATATAN AWAL TAHUN: IZRAILISME


CATATAN AWAL TAHUN:

IZRAILISME

 

Kalau sudah demikian yang hanya dapat mengingatkan adalah malaikat izrail yang sudah mulai cawe-cawe (menyapa): “Halo Bang? Sudah siap?… pelan-pelan atau kasar nih? Bisa dipilih sih, tapi pilihannya bukan sekarang, tapi waktu masih dikasih kesempatan hidup.”

***

01 Januari 2011

    Tadi malam saya bersyukur sekali bisa tidur nyenyak. Tanpa terganggu sedikit pun suara berisik nyanyian kodok dari orang-orang yang membuang-buang duitnya untuk terompet, petasan, dan kembang api.

    Shubuh berjama’ah di masjid hanya dihadiri oleh 5 orang ditambah Ayyasy yang dari jam tiga pagi tidak bisa tidur. Kebanyakan yang bermalamtahunbaruan tidak shalat shubuh di masjid. Kalaupun tidak tahun baruan juga masjid tetap sama kosongnya.

    Pagi ini, ingin sekali saya berangkat ke Salawu, Tasikmalaya. Berkumpul dengan keluarga besar di sana yang lagi hajatan kawinan. Tapi sayangnya kondisi Bapak lagi tidak fit—pagi ini saat saya tengok di kamarnya, asam uratnya kambuh lagi, kakinya bengkak.

Kinan tadi malam panas banget. Setelah dikasih obat penurun panas dan dipeluk dalam ketelanjangan dada Alhamdulillah sebelum adzan shubuh berkumandang, suhu badannya sudah mulai turun. Tapi kembali ini menyurutkan tekad untuk bisa berbondong-bondong pergi ke Salawu dengan semangat 45.

Saya berharap, keluarga di sana bisa memaklumi atas ketidakdatangan saya. Karena saya pun sebenarnya amat rindu dengan Salawu dan kebersamaannya.

Kemarin saya ditanya oleh teman tentang revolusi resolusi diri. Saya diam saja. Tak tahu akan menjawab apa. Tetapi pagi ini saya jadi tertarik untuk mengungkapkan ini. Yang pasti saya berharap dengan harapan yang sama dengan orang-orang lain: tahun depan adalah lebih baik daripada tahun kemarin.

Lebih khusus lagi saya ingin bisa bermanfaat buat orang lain dengan lebih baik. Bisa tetap semangat menulis. Setiap hari. Menjadi petugas banding yang profesional dan punya integritas. Dari semuanya: keluarga adalah tetap nomor satu. Lebih cinta lagi pada Ummu Haqi, Haqi, Ayyasy, dan Kinan. Terbukti saya tidak bisa berpisah dengan mereka sehari pun dengan riang gembira.

Masih banyak lagi yang lain untuk diungkapkan. Tetapi biarlah itu menjadi sesuatu yang privat buat saya. Orang lain biarlah dengan urusannya masing-masing.

Tentang Indonesia? Berharap negeri ini dipimpin oleh pemimpin yang hanya takut kepada Allah. Bukan yang takut kepada Amerika, Rusia, China, Eropa, Australia, Israel, beserta antek-anteknya. Dengan segala isme-isme yang menjadi jargon dan sesembahannya seperti imperialisme, kapitalisme, sekulerisme, liberalisme, komunisme, zionisme, stalinisme, leninisme, maoisme, aiditisme, munafikisme, skeptisme, dan ….…… (titik-titik ini buat isme-isme yang berperikebinatangan lain yang tak sempat terpikirkan di pagi ini).

Kalau pemimpin hanya takut pada Yang Diatas, ia tak peduli dengan pencitraan, ia tak peduli dengan topeng, ia tak peduli dengan kroni-kroninya, ia tak peduli mau dipilih lagi atau tidak. Yang dipedulikannya adalah bagaimana negeri ini bisa jadi negeri yang baldatun toyyibatun wa robbun ghoffur. Rakyatnya bisa makan semua. Bisa sehat semua. Bisa sekolah semua. Taqwa semua.

Tentang Indonesia lagi? ya, korupsi enggak ada lagi di muka buminya. Sayangnya para pembenci korupsi selalu berteriak-teriak kepada aparat pemerintah untuk tidak korupsi sedangkan nilai-nilai kejujuran sendiri tidak menjadi sesuatu yang inheren pada diri mereka. Ini sama saja seperti menggarami air lautan. Benahi diri dulu. Introspeksi diri dulu. Sudah jujurkah saya? Kalau sudah dan berkomitmen untuk selalu jujur, bolehlah berteriak. Hancurkan korupsi! Ganyang koruptor!

Pula bagi pengelola negeri ini—pemimpin dan aparaturnya, seberapa keras teriakan para mahasiswa dan rakyat untuk mengingatkan jangan korupsi, ya mbok didengar. Pasang telinga baik-baik. Kalau perlu cek ke dokter THT, untuk memastikan gendang telinganya masih utuh atau sudah bolong. Karena keutuhan gendang telinga menjadi ukuran budek atau tidaknya. Kalau sudah budek, memang dimaklumi untuk tidak mendengar suara-suara itu. Tapi memang enak jadi budek? Apa?! Apa?!

Yang lebih parah lagi adalah kalau nuraninya sudah budek walaupun telinganya tidak budek. Kalau bahasa langitnya adalah buta, tuli, dan bisu. Seberapapun kerasnya peringatan dan teguran untuk tidak korupsi, tetap saja dijabanin untuk hanya dapat memuaskan hawa nafsunya.

Kalau sudah demikian yang hanya dapat mengingatkan adalah malaikat izrail yang sudah mulai cawe-cawe (menyapa): “Halo Bang? Sudah siap?… pelan-pelan atau kasar nih? Bisa dipilih sih, tapi pilihannya bukan sekarang, tapi waktu masih dikasih kesempatan hidup.”

Itu saja. Tak lebih dan tak kurang. Hanya sedikit harapan, yang kata orang sih resolusi diri. Yang pasti saya berkeinginan kepada Allah agar Izrailisme tak menyapa saya pada hari ini.

Semoga terkabul. Amin.

***

 

Riza Almanfaluthi

abdi negara yang lagi belajar jujur

dedaunan di ranting cemara

06.43 01 Januari 2011

 

 

TAGS: imperialisme, kapitalisme, sekulerisme, liberalisme, komunisme, zionisme, stalinisme, leninisme, maoisme, aiditisme, munafikisme, skeptisme, izrailisme, Ummu Haqi, Haqi, Ayyasy, Kinan, salawu, tasikmalaya.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/catatan-awal-tahun-izrailisme/