Pada 29 Agustus 1526, Tentara Turki Utsmani (Ottoman Empire) menang telak atas pasukan koalisi Eropa di Mohacs dalam sebuah pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Mohacs.
Pasukan Eropa berjumlah kurang lebih 40.000 pasukan terdiri dari pasukan koalisi Hongaria, Kroasia, Polandia, Romawi Suci, dan negara gereja. Pasukan Turki yang dipimpin Sulaiman Alqanuni berjumlah 65.000 orang. Versi lain, jumlah pasukan Turki Utsmani 100.000 prajurit sedangkan pihak lawan berjumlah 200.000 prajurit.
Perang yang dimulai pada pukul 3 sore itu berlangsung selama 4 jam dan menewaskan raja Hongaria bernama King Lajos II dan 20.000 pasukan Hongaria.
Kekalahan pihak Hongaria membuat kesedihan yang mendalam bagi rakyat Hongaria sampai ada pepatah “More was lost at Mohács” (lebih banyak yang hilang di Mohacs) yang masih digunakan sampai sekarang.
Perang ini memiliki konsekuensi besar buat Hongaria. Ibukota kerajaan Hongaria Buda direbut dan Turki Utsmani menguasai Hongaria selama 150 tahun kemudian. Sulaiman Alqanuni membawa Kekhilafahan Turki Utsmani ke puncak kejayaannya.
Sulaiman Alqanuni ini anak dari Salim I (berkuasa 24 April 1512 – 22 September 1520). Salim I menjadi khalifah setelah Daulat Abbasiyah menyerahkan kedudukan khilafah kepadanya pada 1517. Sedangkan Salim I sendiri merupakan anak dari Bayezid II (berkuasa 22 Mei 1481 – 24 April 1512).
Bayezid II dikenal sebagai sultan yang menampung pengungsi Yahudi dan Muslim yang diusir dari Andalusia oleh penguasa Katolik. Sedangkan Bayezid II adalah anak dari Mehmed II atau dikenal sebagai Muhammad Alfatih Sang Penakluk Konstatinopel. Jadi Sulaiman Alqanuni ini adalah cicit dari Muhammad Alfatih.
Pada 20 Agustus 2020 lalu, Washington Post merilis opini yang ditulis oleh Alan Mikhail berjudul The Ottoman sultan who changed America: America, Protestantism and Coffee all have a Muslim history (Sultan Ottoman yang mengubah Amerika: Amerika, Protestan, dan kopi semuanya memiliki sejarah Muslim).
Alan Mikhail adalah profesor sejarah dan ketua departemen sejarah di Universitas Yale dan penulis buku baru God’s Shadow: Sultan Selim, His Ottoman Empire, and the Making of the Modern World.
Alan menulis, kebanyakan orang Amerika tidak mengetahui hubungan secangkir kopi dengan kekhilafahan Turki Utsmani. Tidak mengetahui juga bahwa kekhilafahan Turki Utsmani membantu kelahiran Protestan yang kini sebagai bentuk Kristen dominan di Amerika.
Pada 1517 itu, Sultan Salim I mengalahkan kesultanan saingannya di dunia muslim yaitu Mamluk. Efeknya adalah Salim I menguasai tengah dunia, memonopoli rute perdagangan antara Mediterania, Cina, dan India, serta memiliki pelabuhan di semua laut dan samudra utama.
Salim I menjadi penguasa tiga kota suci: Makkah, Madinah, dan Yerusalem. Dan paling utama menjadi khalifah. Turki pada saat itu menjadi kerajaan muslim raksasa dan bukan tandingan para raja Eropa yang sering bertengkar sendiri.
Kemudian muncul Protestan yang berawal dari perlawanan Martin Luther terhadap dominasi gereja. Alan menulis lagi, menurut Luther, kelemahan agama Kristen terhadap Islam berasal dari kerusakan moral Gereja Katolik. Korupsi paus mengorosi jiwa Kristen dari dalam, membuat seluruh tubuh Kristen rapuh, dan karena itu rentan terhadap musuh eksternal.
Kaitannya Protestan dengan Turki Utsmani adalah ekspansi Turki Utsmani ke Eropa menyebabkan kekuatan gereja dan kota-kota di Eropa dimobilisasi untuk menghadapi Turki Utsmani. Kekuatan Katolik menolak mengirimkan pasukan tempur tambahan untuk memadamkan Gerakan Protestan awal ini. Hasilnya adalah semua ini memberikan waktu kepada Luther untuk menguatkan pondasi Protestan di kota-kota Jerman dan akhirnya ke seluruh dunia.
Wilayah Turki di masa Salim I yang meningkat sampai 70% di masanya membuat Turki Utsmani menjadi kekuatan global daratan-lautan dan pengendali perdagangan kopi dunia. Pengendalian ini membawa pundi-pundi keuangan yang banyak buat kekhalifahan dan menjadi pendorong ekonomi negara.
Sebuah fakta mengemuka, militer Salim-lah yang pertama kali menemukan tanaman dengan buah beri merah cerah itu selama penyerbuannya ke Yaman. Ottoman menemukan cara untuk menyeduh buah kopi ini.
Di lain pihak, kebesaran nama para penguasa dan luasnya pengaruh Turki Utsmani mendorong pihak-pihak Kristen melakukan banyak ekspedisi laut untuk menghindari blokade Angkatan Laut Turki Utsmani di terusan Mesir dan Laut Merah. Jalur itu adalah jalur tercepat melalui laut menuju India dan Cina.
Ekspedisi itu akhirnya menemukan tanah-tanah asing dan jauh seperti Benua Amerika dan Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Pada tahun yang sama saat Salim I menaklukkan Mamluk, orang Spanyol menemukan kota pertama mereka di benua Amerika dan menamakannya sebagai El Gran Cairo, Kairo yang Agung.
Alan menilai, sebagian orang Amerika menghargai bahwa seorang sultan Utsmaniyah adalah orang pertama yang mengubah perdagangan menjadi geopolitik, memonopoli pasokan salah satu barang konsumsi massal asli dunia.
Kemudian, Alan melanjutkan lagi, meskipun Islam sering digambarkan sebagai ancaman di Amerika saat ini sebenarnya Islam merupakan bagian integral dari sejarah dan budaya Amerika, kekuatan konstruktif di masa lalu Amerika yang terjalin dengan kaya. Amerika, Protestan, dan kopi semuanya memiliki sejarah Muslim. Bangsa Amerika—dan dunia—memang benar-benar merupakan bangsa Ottoman.
“We (and Starbucks owner Howard Schultz) have Selim to thank for the coffeehouse,” tulis Alan.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
29 Agustus 2020
Gambar dari pinterest.com
Keren om Riza.. 👍
LikeLiked by 1 person
Terima kasih, Pak. 🙂
LikeLike