Tujuh Kiat Menulis Kreatif Ala Gus Mul


Ada yang menarik dari lokakarya yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen pajak) beberapa waktu lalu di Surakarta. Lokakarya Kontributor Situs dan Media Sosial Ditjen Pajak menghadirkan pengeblog sekaligus penulis beken dan lucu Agus Mulyadi sebagai salah satu pembicaranya.

Perawakannya yang kurus sepadan dengan jabat tangannya yang lemah dalam genggaman. Bukan lemah sebenarnya, tetapi halus. Sebuah karakter “njawani” yang kuat diiringi dengan kata-kata “matur nuwun” yang senantiasa meluncur dari mulutnya.


Gus Mul, panggilannya, memberikan materi menulis kreatif pada sesi pagi itu. Selama dua jam ia berbicara banyak hal yang bisa dicatat dan diaplikasikan.

Walaupun sadar, diakui sendiri oleh Gus Mul, dua jam itu tidak akan membuat peserta lokakarya akan menjadi penulis hebat, melainkan—setidaknya—menjadi penulis yang lebih baik. Karena menurut Gus Mul, penulis hebat itu ditempa dari pengalaman bertahun-tahun. Ini catatan penting pertama. Menegaskan bahwa tidak ada yang instan di dunia ini.

Kedua, menulis yang mudah itu adalah menulis keseharian dan ringan-ringan. Saya sangat menyetujuinya. Sebagaimana kita mudah bercerita tentang pengalaman kita sendiri, maka menulis pun demikian.

Ketiga, 5W1H tidaklah cukup. Memakai diksi tentu akan lebih keren. Menurutnya, yang membedakan antara penulis baik dan penulis biasa adalah penggunaan diksinya. Dan penguasaan diksi berbanding lurus dengan bacaan yang ia baca. Semakin banyak baca semakin kaya diksi.

Keempat, pasang panca indra. Artinya, untuk mendapatkan inspirasi maka bisa didapat dengan melihat sekitar. Bisa juga memakai alat bantu dengan membawa kamera atau gawai untuk merekam saat sesuatu yang menarik muncul tiba-tiba. Kita tidak sadar banyak sekali hal yang menarik di sekitar kita.

Kelima, pakai kalimat-kalimat yang bisa dikutip (quotable). Karena kutipan-kutipan itu punya peluang untuk menjadi populer, mudah diingat sehingga layak dibagi kepada yang lain. Seringkali kita tidak hafal dan tahu persis isi buku yang kita baca, namun selalu ingat dengan kutipan-kutipan yang ada dalam buku itu.

Keenam, framing boleh, berbohong tidak boleh. Berbohong itu berarti tidak sesuai dengan fakta yang ada. Seringkali pula sebuah tulisan antara judul dan isi berbeda jauh. Contohnya dengan memberi judul tulisan dengan judul yang bombatis sekadar untuk meraih hit. Menurut Gus Mul, lebih keren judul berita di koran Lampu Merah daripada judul berita di media yang melakukan pembohongan seperti di atas, karena judul di koran Lampu Merah jujur, sesuai dengan isinya.

Ketujuh, beri sentuhan pribadi sebagai penguat. Karena masing-masing diri kita memiliki kekhasannya. Kekhasan itu bisa menjadi daya jual tulisan kita. Jadilah diri sendiri. Tak perlu meniru orang lain. Walaupun pastinya tulisan kita dipengaruhi oleh penulis-penulis lainnya.

Pagi itu saya dan para peserta lokakarya mendapatkan banyak pencerahan yang bisa dibagi kepada yang lain. Harapan saya, para peserta lokakarya bisa menerapkan kiat menulis kreatif ini. Mengirimkan kontribusinya untuk situs web pajak.go.id adalah bukti bahwa mereka menerapkan ilmu dan pengalaman Gus Mul.

Semoga kiat menulis kreatif ini bermanfaat buat pembaca.

Penyerahan kenang-kenangan kepada Gus Mul.

Mbak Alfiana dan Gus Mul.

 

Gus Mul dan Mas Agung Utomo, salah satu panitia lokakarya.

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
17 Februari 2018

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.