baut

dalam ramai
di atas jembatan penyeberangan
ada sedih terlukis di tangan-tangan lusuh hitam dan bau
tengadah dan sedang menunggu lemparan kertas bergambar para pahlawan
atau koin logam yang berisik jika timpa pada mangkuk-mangkuk jelek
gurat hidup yang durjana terpatri pada wajah ibu
di samping anak perempuan yang lelap dipeluk bulan
pak bu
sedekahnya buat makan
terucap getir mengguncang malam-malam yang lapar
dari apa yang sudah terkumpul
banyak atau sedikit
mustad’afinlah mereka
dan hidup tak berhenti di situ
di bawah jembatan
sudah menunggu laki-laki bermuka minyak
menunggu setoran
ah…di mana-mana laku culas selalu ada
aku rindu Umar al Faruq membawa sekarung gandum di tengah malam
kini para Umar itu masih bergelut dengan selimut hangat
kasur empuk, tv kabel, dan satpam yang menjaga
tak jauh-tak jauh
dari jembatan penyeberangan itu
dan aku hanya baut padanya
tak bisa berbuat apa-apa
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
17 Juni 2011
Ikut disertakan dalam Lomba Menulis Puisi Alamanah Fair Kementerian Keuangan
Sumber gambar: di sini