ABB: IKON PERLAWANAN TERHADAP HEGEMONI AS


Thursday, June 15, 2006 – ABB: IKON PERLAWANAN HEGEMONI AS

ABB: IKON PERLAWANAN TERHADAP HEGEMONI AS

Kemarin (Rabu, 14/06), Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang setelah menjalani hukuman penjara selama 2 tahun 6 bulan potong remisi 4 bulan dalam tuduhan terkait dengan peledakan Bom Bali I dan Bom Marriot.
Tuduhan yang menjadi dakwaan itu pun masih saja disematkan oleh banyak media nasional kepadanya pada saat ini ketika memberitakan pembebasannya. Padahal kalau mereka tidak lupa—atau memang disengaja dilupakan oleh mereka—bahwa dakwaan yang menjadi dakwaan primer yakni terkait dengan peledakan bom bali itu tidak terbukti di persidangan.
Yang membuatnya ditahan adalah karena dakwaan subsidernya yaitu pembuatan Kartu Tanda Penduduk yang tidak sesuai dengan ketentuan dan melanggar Undang-undang Keimigrasian. Dakwaan yang bisa saja menimpa banyak orang di Indonesia karena bukan rahasia umum lagi kalau penduduk Indonesia masih banyak yang memiliki KTP ganda dan tidak melalui prosedur yang sebenarnya.
Jelas sudah bahwa penahanannya adalah benar-benar pesanan dan di bawah tekanan dari negara-negara yang mengaku paling demokrasi, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terutama Australia sebagai kaki tangan setianya. Walaupun hal ini dibantah dengan keras oleh pemimpin pada dua masa pemerintahan terakhir republik ini.
Tekanan yang pada akhirnya berhasil membuat sebuah detasemen kepolisian antiterorisme dengan nama Detasemen 88—Angka 88 ini diambil dari jumlah korban warga Australia pada saat Bom Bali I. Yang juga bisa dituntut oleh semua pihak dengan pertanyaan: “memang yang menjadi korbannya warga Australia saja?”
Pu ini adalah tekanan yang membuat sebagian mata buta dengan kondisi yang diderita oleh ABB pada saat ia akan ditahan. Walaupun ia masih benar-benar sakit dan dalam perawatan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Solo, ia tetap diangkut dengan paksa seperti pesakitan atau hewan buas yang akan membuat kerusakan. Dalam perjalanan ke Jakarta pun ia tidak diperbolehkan untuk buang air kecil. Sungguh ini adalah suatu kezaliman.
Padahal banyak sekali para koruptor di negeri ini hanya bermodalkan secarik surat keterangan dokter atau vonis kesehatan seperti kerusakan otak permanen masih dapat berleha-leha menikmati udara bebas. Dan tidak mendapat perlakuan yang sama dengan apa yang dialami oleh ABB. Lagi-lagi hukum ditegakkan kepada orang-orang yang tidak berduit dan tidak berdaya.
Namun kini pembebasannya disambut dengan gembira, tidak hanya oleh santrinya tapi juga oleh banyak tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Kepulangannya dikawal dan disambut oleh ratusan santri di Ngruki, Solo.
Saat tiba di sana ia memberikan tausyiah pertamanya di pesantren AlMukmin. Ia menegaskan kembali bahwa garis perjuangan yang ditempuh oleh Nurdin M Top adalah salah atau keluar dari jalur yang sebenarnya. Yang benar adalah dengan dakwah yakni menyebarkan nilai-nilai Islam yang benar kepada masyarakat. Dan ia tegaskan bahwa inilah yang dibenci oleh Amerika dan musuh-musuh Islam.
Pernyataan yang tegas dan membuktikan dirinya masih sebagai ikon perlawanan terhadap hegemoni AS sebagai negara superpower dan superzalim. Di dalam tubuhnya yang ringkih masih ada api perlawanan terhadap ketidakadilan yang dialami oleh dunia Islam. Dan masih ada semangat membara dalam upaya penegakan syari’at islam di muka bumi Indonesia ini.
Kini ia akan kembali mengajar di pesantrennya. Sebagaimana jawaban atas pertanyaan dari para wartawan saat ditanya apa yang akan ia lakukan setelah pulang dari penjara. Ya, mengajar dan mendidik kader-kader yang terus dan selamanya akan memperjuangkan umat Islam terlepas dari setiap kezaliman yang menimpanya. Dan dalam penegakan syariat Islam yang rahmatan lil’alamin di tanah air ini. Semoga.

*****
Adzan shubuh bergema, saya matikan liputan 6 pagi itu. Ada bening-bening di mata, seperti bening-bening dulu kala saat beliau di tarik dan dibawa paksa dari rumah sakit. Sungguh bencana apa lagi yang akan menimpa negeri ini ketika banyak ulama yang dihina dan dicaci maki. Allohua’lam bishshowab.

riza almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara
saat ada uneg-uneg yang membuncah
07.30 s.d. 08:28
15 Juni 2006

KENAPA HARUS FPI?


27.5.2005 – kenapa harus FPI gitcu loh…

wahai para pejuang
siapkan kuda-kudamu
dengarkan derunya
pekat debunya
teriakkan asma-Nya
sesungguhnya surga itu ada
di bawah kilatan pedang
………………………………….
Pagi ini, saya dapat email tentang pro kontra Miss Universe, bagi saya sudah jelas tidak ada pro kontra di sini. Sudah jelas, sudah terang seperti terangnya matahari yang menyinari kita di Jum’at pagi yang cerah ini. Sekali haram yah haram…
Tapi itulah negeri kita yang mengakunya bahwa Umat Islam mayoritas di negeri ini. Namun pemikiran sekuler melekat erat dan menyusup di saraf-saraf otak sehingga outputnya yah tetap sekuler juga. Apakah ini hasil dari pemikiran liberal dari orang-orang Utan Kayu Di mana mereka mengharapkan sekulerisme jadi patokan hidup kita. Yang mengharapkan ada energi kebaikan dan kemaksiatan berkumpul ada di negara ini. Ck…ck..ck…
Yah kita tahu siapa sih mereka.
Kembali ke Masalah Miss Universe…hari-hari kemarin kan FPI demo. Dan dengan itu banyak yang kebakaran jenggot.
Kenapa yah…kalau ada FPI beraksi banyak yang meradang…
Ditambah alasan: kenapa FPI gak demo artis-artis porno, gak demo TV, gak bakar Hailai dll
Harusnya yang mempertanyakan itu mikir juga…bahwa kalau dia muslim, maka kewajiban amar ma’ruf nahi munkar jadi kewajiban setiap individu muslim, tidak hanya FPI doang.
Punya kekuatan apa sih FPI, kalau harus ngurusin semua kemaksiatan di republik ini. Yang punya kekuatan itulah yang ‘sewajib-wajibnya’ untuk memberantas kemaksiatan. Berarti pemerintahlah, yang setidaknya punya kekuatan besar sekali untuk menumpas semua itu. Lah, gimana mau menumpas sedangkan ada sebagian dari mereka menjadi ‘backing’ kemaksiatan. FPI disini setidaknya ‘trigger’ untuk action yang lebih besar lagi bagi yang punya power..
Kata Ustadz Wahfiudin tadi malam: sungguh tidak seimbang ketika kita mengajak orang untuk berbuat kebaikan sedangkan ia tidak melakukan nahi munkar, sedangkan ia tidak mengikis kemungkaran itu.
Oleh karena itu kalau kita tidak mampu untuk nahi munkar, yah setidaknya diam sajalah, jaga mulut dan omongan, ketika ada saudara-saudara kita yang melakukan pemberantasan kemunkaran itu. Sungguh tidak ada keberkahan di negeri ini kalau kemaksiatan jalan terus dan tidak ada upaya untuk melawannya. Maka bersyukurlah masih ada orang-orang seperti mereka, masih ada orang-orang yang melakukan nahi munkar dan orang-orang yang mengingat Allah. Bisa jadi tiadanya azab bagi kita adalah karena orang-orang seperti mereka. Allohuakbar…
Allohua’lam.
Catatan:
tulisan di atas hanya sekadar uneg-uneg saya, hasil tangkapan sekelebatan ide di kepala saya. So jangan harapkan ada analisis panjang, dalam, menukik (apaan tuh he…he..he..) di tulisan ini. Lain kali lah, ketika tidak ada pekerjaan yang menumpuk di sini.