Di suatu masa, saya pernah menonton siniar keuangan di Youtube. Host bertanya kepada narasumber soal buku yang wajib dibaca untuk mereka yang ingin sukses dalam berinvestasi. Ada empat buku yang ia sodorkan, salah satunya adalah The Richest Man in Babylon.
Saya tertarik dengan sarannya dan sempat mencari buku itu secara daring, tetapi tidak menemukannya. Sampai suatu Ketika, pada dua pekan lalu, saya berkunjung ke toko buku dan mendapatkannya di salah satu rak. Saya langsung membeli dan membacanya.
Buku ini merupakan karya klasik yang ditulis oleh George Samuel Clason. Pada tahun 1926, Clason meluncurkan terbitan pertama dari serangkaian pamflet tentang kiat sukses bisnis dan keuangan dengan latar Babilonia kuno. Pamflet itu disebarkan dalam jumlah besar oleh bank dan perusahaan asuransi sampai dikenal oleh berjuta-juta orang. Salah satu judul pamflet itu adalah The Richest Man in Babylon yang kemudian menjadi judul bukunya. Informasi di atas tertulis pada blurb di kover belakang buku. Sangat menarik.
Baca juga: Risalah Pembaca Buku Bekas
Jadi sebenarnya buku ini menerangkan fondasi dasar supaya kita bisa mengatur keuangan dengan benar. Buku ini menghadirkan prinsip-prinsip mendapatkan, mempertahankan, dan mengembangkan kekayaan.
Beberapa di antaranya seperti ini. Kalau mendapatkan penghasilan dalam sebulan, sisihkan sepersepuluhnya untuk disimpan. Itu yang tidak boleh diutak-atik. Sisanya untuk mencukupi kebutuhan. Sepersepuluhnya jangan didiamkan, tetapi—dengan bahasa sekarang—diinvestasikan supaya berkembang. Saya tentu tidak menyetujui soal riba sebagai jalan berinvestasi seperti yang disarankan dalam buku ini.
Buku ini juga memberikan pedoman hal utang. Kalau punya utang jangan lari. Pada saat bangkrut dengan utang yang besar, datangi kreditur dan dengan terus terang meminta penjadwalan utang. Orang yang berutang harus menunjukkan komitmen kepada kreditur bahwa ia akan memakai dua persepuluh dari penghasilannya untuk membayar utang. Kreditur biasanya akan mendukung dan membantu orang yang memiliki komitmen seperti itu.
Baca juga: Ada Kisah yang Sehalaman pun Tak Sampai
Kebijakan lain dalam buku itu—memakai bahasa saya—adalah profesionalisme. Clason tak menggunakannya. Ia menuturkannya lewat tokoh budak bernama Megiddo yang mengatakan seperti ini: “Berjanjilah kepadaku, Anak Muda, bila kau memperoleh seorang tuan, bekerjalah kepadanya sekeras mungkin. Bila ia tidak menghargai segala yang kau lakukan, jangan pusingkan. Ingatlah, kerja yang dilakukan dengan baik, memberikan kebaikan kepada orang yang melakukannya. Pekerjaan itu membuatnya menjadi orang yang lebih baik.”
Ada lagi prinsip Lima Hukum tentang Emas. Salah satu prinsipnya seperti ini. Emas aman dalam lindungan pemiliknya yang bijak, yang mengivestasikannya berdasarkan nasihat orang-orang yang terbukti ahli dalam pengelolaannya. Untuk prinsip lainnya, alangkah baiknya jikalau pembaca membaca sendiri prinsip-prinsip itu.
Sebenarnya tidak ada yang baru, cuma Clason hebat mengemasnya dalam bentuk penceritaan dengan latar situasi zaman Babilonia. Babilonia itu kerajaan yang berdiri ribuan tahun sebelum Masehi dan terletak di wilayah Irak sekarang.
Saya sepakat dengan narasumber dalam siniar itu. Buku ini memang layak dibaca. Penggunaan cerita dengan latar Babilonia sangat tidak membosankan dan memudahkan pembaca untuk memahami dan mempraktikkannya supaya menjadi kaya ala orang-orang Babilonia.
Baca juga: Testimoni Seorang Bibliophagist
Membaca buku ini membuat saya mengingat kembali buku yang ditulis oleh Peter D. Schiff dan Andrew J. Schiff yang berjudul Bagaimana Perekonomian Tumbuh dan Mengapa Runtuh. Buku Dua Schiff ini juga menggunakan metode penuturan yang sama. Dua Schiff menggunakan ilustrasi tiga orang yang berada di pulau terpencil untuk memulai dan menumbuhkan transaksi. Dengan ilustrasi seperti itu, pada akhirnya pembaca dimudahkan dalam memahami soal prinsip ekonomi, inflasi, dan makro ekonomi.
Kalau dilihat dari lini masanya, sepertinya dua Schiff belajar dari Clason: menyederhanakan cara kerja perekonomian yang rumit supaya dapat dimengerti. Suatu hal yang para pakar sulit untuk mewujudkannya.
***
Riza Almanfaluthi
7 November 2023
Harga Buku Rp99.000,00
Edisi Revisi Oktober 2023
Pemesanan Buku Sindrom Kursi Belakang

One thought on “Kalau Punya Utang Jangan Lari”