Buah dari Surga Kecil, Sebuah Kata Pengantar Sindrom Kursi Belakang


Asalamualaikum wr. wb.

Aceh menjadi tempat penugasan baru saya sebagai kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada waktu itu. Dengan amanah tersebut saya dituntut untuk mengetahui dinamika yang ada di sana dan bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada masyarakat Aceh, sebagai pemangku kepentingan utama eksternal DJP di Aceh.

Utamanya adalah memberikan pelayanan yang baik, memberikan pemahaman tentang pajak dan manfaatnya, melakukan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kearifan lokal dan budaya masyarakat setempat. Itu semua tentunya harus diawali dengan niat yang baik, niat bekerja melayani masyarakat tanpa pamrih, tidak berniat yang macam-macam, mencederai integritas, kode etik, dan kode perilaku Pegawai Negeri Sipil Kementerian Keuangan.

Kepada para pemangku kepentingan internal seperti pegawai Kantor Wilayah DJP Aceh dan unit vertikalnya, saya mengunjungi kantor-kantor mereka. Saya berkeliling mulai dari Pantai Barat Aceh sampai ke Singkil kemudian ke Kutacane, dan menyusuri Pantai Timur Aceh. Saya sambangi Aceh bagian tengah seperti Rimba Raya, Takengon dan Blangkejeren. Saya seberangi lautan menuju Pulau Simeulue dan Pulau Weh tempat Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Sinabang dan KP2KP Sabang berada.

Tujuan kunjungan itu untuk menjalin hubungan secara personal dengan anggota tim saya, mengetahui cara kerja mereka, mengetahui potensi-potensi perpajakan yang ada di daerah, dan mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi. Tantangan-tantangan itu, saya yakini, tidak mudah untuk dilalui oleh anggota tim saya. Terutama bagaimana mereka dituntut untuk senantiasa menjaga kesehatan jasmani dan rohani dan menjaga diri di daerah yang pernah menjadi ajang konflik dulu. Kepada mereka saya banyak berpesan, di antaranya untuk menemukan surga-surga kecil pada saat penugasan tersebut dan mengerjakan setiap penugasan dengan riang gembira.

Dari banyak persinggahan itu, pada saat saya mengunjungi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tapaktuan, saya bertemu dengan Riza Almanfaluthi. Riza adalah seorang penulis dan buat saya Riza bisa menjadi duta untuk berkomunikasi dengan masyarakat soal pajak. Untuk itu saya mendorong dan memberikan kesempatan kepadanya untuk menulis di koran-koran lokal Aceh. Riza memenuhi tantangan. Tulisannya dimuat di penerbitan majalah internal Kantor Wilayah DJP Aceh Pintoe Aceh dan media massa Aceh seperti Koran Harian Serambi Indonesia.

Tidak hanya menulis soal pajak, Riza juga banyak menulis cerita perjalanannya sewaktu ditugaskan di Tapaktuan, Aceh Selatan. Cerita-cerita itu diikat dan disajikan dalam buku berjudul Sindrom Kursi Belakang, Resah dan Bahagia Itu Dipergilirkan. Cerita-cerita di sana bisa menjadi cermin buat para pembacanya.  Saya memercayai, tulisan dan buku ini adalah buah dari surga kecil yang ditemukan oleh seseorang yang tetap berkarya walaupun sedang bertugas di tempat serba terbatas dan jauh dari yang dibayangkan oleh kebanyakan orang.

Kepada para pembaca, saya mengucapkan selamat membaca etape demi etape perjalanannya. Untuk Riza, saya mengucapkan selamat atas penerbitan buku ini. Semoga menjadi sumber inspirasi kebaikan buat orang lain. Kita punya tagar yang sama sebagai sesama “kombatan”: Aceh lon sayang.

Riza, keep writing!!

Waalaikumusalam wr. wb.

Jakarta, Agustus 2023

Aim Nursalim Saleh
Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian
Direktorat Jenderal Pajak