Sepotong Gula Aren dan Sebuket Kembang


Ketika hendak menuju tempat saya bermalam sehabis berjam-jam berlari di jalanan Bandung yang ramai, saya bertemu dengan pelari dari Cibinong. Saya mengetahuinya dari nama grup lari yang tertera di bagian punggung kaos.

“Dari Cibinong ya, Mas?” tanya saya.

“Iya,” katanya.

“Sama, Mas. Saya dari Citayam. Saya Riza,” kata saya.

“Oh, ini Mas Riza yang sering nulis itu yah?” tanyanya lagi.

Ternyata Mas Hery ini juga tergabung dalam Grup Indorunners di Facebook. Saya sering menulis dan membagi pengalaman berlari di sana.

Menurutnya, ia menjadi pembaca setia tulisan saya di sana dan terinspirasi untuk meniru hal yang saya lakukan ketika berlari. Apa itu? Membawa potongan gula aren sebagai suplemen.  “Ini mas gulanya,” kata Mas Hery sambil menunjukkan benda berwarna coklat yang terbungkus plastik transparan.

Saya bersyukur tulisan saya memberi inspirasi dan mencerahkannya. Ini yang berusaha saya tularkan kepada seluruh peserta kelas menulis saya di seluruh tanah air, bahwa menulis itu menjadi salah satu peranti yang tepat untuk menyebarkan kebaikan. Kemudian akan menjadi ladang kebaikan yang dari sana bersemai buah pahala yang tiada putus-putusnya. Jikalau ikhlas, tentunya.

Nah, siang ini istri saya menulis sesuatu di laman Facebooknya. Tulisan feature-nya lebih rapi dan tertata. Ini setelah beberapa pekan sebelumnya ia mendapatkan pelatihan menulis di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum di Pancoran, Jakarta. Pematerinya bukan main-main. Penulis terkenal bernama Cahyadi Takariawan.

Begini tulisannya yang berjudul: Terima Kasih.

Ini bukan bunga yang saya terima karena  sebuah prestasi tertentu. Tapi ini bunga yang saya terima dari seseorang sebagai tanda sayang katanya.

Beberapa hari sebelum memberikan bunga ini, gadis mungil yang lulus SMU setahun lalu itu mengirimkan pesan dan bertanya, apakah saya ada di ruangan atau tidak. Setelah beberapa kali tidak ketemu waktu yang pas, maka siang hari di akhir bulan Juli kemarin dia datang ke ruangan.

Dengan senyum malu-malu, dia menyerahkan buket bunga itu kepada saya. Dia bilang, “Jangan dilihat harganya ya, Mi.” Saya tersenyum dan bertanya saat itu. “Dalam rangka apa ini?” Masih dengan senyum malu-malu dia menjawab, “Katanya Umi hari ini terakhir di kantor. Semoga Umi baik-baik di tempat baru ya, Mi.”

Dan saya terdiam tercekat haru.

Ulfa bukan rekan kerja saya, bukan juga orang yang bersama saya setiap waktu. Ulfa hanyalah satu dari beberapa anak asuh yang kebetulan pernah mendapat bantuan sekolah dari donatur yang dititipkan kepada saya. Selepas sekolah, alhamdulillah koperasi di kantor membuka lowongan. Dan alhamdulillah rezeki Ulfa bisa diterima bekerja di Koperasi DJPb (Direktorat Jenderal Perbendaharaan) hingga saat ini.

Beberapa pekan lalu emaknya datang ke rumah. Dari emaknya saya tahu bahwa gaji yang diterima Ulfa sebagian besar diserahkan ke emaknya untuk makan sehari-hari. Sebagiannya untuk membantu biaya sekolah adiknya yang tahun ini masuk SMU, dan sebagiannya lagi untuk ongkos sehari-hari.

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Ulfa, gadis mungil yang polos itu tak lagi menjadi penerima bantuan sekolah, tetapi Ulfa telah bertransformasi menjadi gadis kecil yang mampu menghidupi keluarga, bahkan membantu biaya sekolah adiknya.

Terima kasih sudah menjadi anak yang baik ya, Ulfa. Baik-baik di tempat kerja ya, Neng. Tak hanya doakan Umi, tetapi doakan juga para donatur, semoga pahala untuk mereka terus mengalir, seiring dengan kebaikan yang Ulfa lakukan. Mungkin kita tak bisa bertemu lagi di kantor ya, tetapi kita bisa bertemu di rumah, insya Allah.

*

Tulisan di atas saya bagi kepada salah satu muzaki dan donator yang sudah bertahun-tahun berkomitmen tanpa jeda menyisihkan sebagian hartanya untuk anak-anak yang terancam putus sekolah di daerah Bojonggede, Bogor.

“Masya Allah. Menetes airmataku. Alhamdulillah, Allah telah memampukan Ulfa dengan keadaannya. Jazakumullah khairan. Amin,” kata muzaki ini.

Salah satu bentuk kecil kebahagiaan yang diterima oleh para pemberi adalah melihat apa yang mereka sisihkan membawa manfaat nyata, belum lagi balasan Allah yang sedang dan akan dilimpahkan-Nya kelak.

Mas Hery dan muzaki itu tahu karena ada yang menuliskannya. Maka menulislah. Semoga hal yang kecil dan baik yang kau sampaikan itu membuat banyak orang terinspirasi.

 

**
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
09 Agustus 2019
Gambar dari i.pinimg.com

Advertisement

2 thoughts on “Sepotong Gula Aren dan Sebuket Kembang

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.