Orang itu tidak percaya kepada saya yang membawa surat tugas dan berbaju lengkap jurusita. Ia “mengurung” saya dalam ruangan kantornya. Ditinggal sendirian. Lama banget. Teman saya tidak ikut masuk. Dia ada di tempat parkir. Saya ditanya macam-macam dan saya jawab seadanya dan menjelaskan maksud kedatangan saya memberitahukan Surat Paksa. Sampai pada akhirnya selesai urusan.
Sampai di kantor saya dipanggil kepala kantor. Barulah ketahuan kalau orang perusahaan itu menelepon kepala kantor saya dan menanyakan apakah benar saya adalah petugas dari kantor pajak. Waktu itu kepala kantor saya tidak ingat ada pegawainya bernama Riza. Untung ada Kepala Seksi Penagihan yang sedang berada di depannya. Dan langsung mengonfirmasikan kepada orang perusahaan bahwa benar saya adalah petugas pajak. Pantas saja orang perusahaan itu perlakuannya berubah kepada saya. Langsung jadi ramah. Awalnya dia menyangka saya komplotan penipu yang menyamar jadi petugas pajak.
Kejadian itu hampir 13 tahun lampau. Sekarang jadi jurusita pajak lagi. Diancam verbal dengan senjata tajam juga sudah. Terakhir teman saya yang mau menyita Wajib Pajak lain diancam juga secara verbal mau diparang kalau mau ambil barang sitaan. Kami mundur kalau sudah begitu. Tapi barang akhirnya bisa dibawa (malah diantar) ke kantor. Memang sudah harus memitigasi risiko yang ada untuk dapat hasil yang besar. Jangan sembrono dan lihat sikon. Ini yang saya terkadang enggak lihat-lihat. Pengennya jalan terus. Padahal semilitan-militannya kita, harus ingat anak dan istri. Siapa yang memikirkan mereka nanti? Mereka? Wallahua’lam.
Kejadian di Gunung Sitoli yang dialami teman kami dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sibolga (6 jam perjalanan dari Tapaktuan) mengejutkan saya dan membuat saya bergeming sesaat. Saya langsung minta kepada teman-teman jurusita saya di kantor untuk tetap hati-hati. Kita tak tahu apa yang terjadi ketika kita bertugas. Jangan pernah sendiri kalau bertugas memberitahukan Surat Paksa. Kalau melakukan penyitaan jangan pernah enggak bawa bapak polisi untuk pengamanan. Koordinasi dengan aparat tetap diperlukan.
DUKA MENDALAM untuk teman kami di Sibolga. Empati terdalam buat keluarga mereka. Kami jurusita KPP Pratama Tapaktuan turut merasakan kesedihan yang tak dapat dihitung, pun karena kami bertugas di garda dan lini yang sama. Semoga Tuhan melindungi kita semua. Amiin.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
12 April 2016