Kanvas 2
Coba tanya padaku, sosok busuk berkedok sobekan dari kitab suci, yang berjalan di setapak perkebunan teh Cianten ketika halimun berat untuk digendong di punggung.
Tak ada tanya, sekalipun. Lalu sebiji diam menjelma pohon kesunyian menyekat jabat tangan.
Tetap tangan yang hangat di dalam saku celana merasakan harum bau tanah yang kau peluk di malam sebelumnya. Aku berbisik pada pucuk-pucuk dedaunan yang basah saat kau bilang sudahlah: “hanya Affandi yang mampu melukis kanvas di senyummu.”
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
akan banyak kanvas lagi
11.53—19 September 2011