BROTOSENO, PAK POLISI, DAN MEREKA


BROTOSENO, PAK POLISI, DAN MEREKA

http://sosok.kompasiana.com/2011/12/30/brotoseno-pak-polisi-dan-mereka/

 

Sesaat menunggu iqamat ashar di Masjid Shalahuddin terdengar suara panggilan dari belakang, “Mas, sehat Mas?” Belum sempat menjawab, teman saya ini berkata lagi, “Mas, kata teman saya waktu ngeliat fotonya Broto, langsung bilang kalau wajah polisi itu mirip sama Mas Riza.” Saya langsung cengengesan sambil membayangkan foto Angie lagi berdua sama Kompol Brotoseno yang sedang hangat di portal berita (29/12).

    Mirip gimana? Mirip apanya dengan teman dekat politisi Partai Demokrat itu? Jauh be-eng.Terlalu narsis kalau bilang saya lebih ganteng daripada Polisi perwira itu. Terlalu rendah diri kalau saya berkata sebaliknya. Lihat saja foto di bawah ini, masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya. Yang pasti saya bukan orang yang berada di samping Angie.

    Ingat Brotoseno jadi ingat kejadian waktu di Madinah. Waktu itu sepulang dari shalat Isya di Masjid Nabawi. Saya sendirian bergegas menuju hotel yang jaraknya tak jauh dari masjid. Kurang 100 meter dari hotel tiba-tiba saya disapa oleh dua orang ibu-ibu yang ternyata sedang tersesat. Mereka tak tahu jalan pulang ke hotel mereka. Logat yang kental mengisyaratkan mereka berasal dari daerah Jawa Timur.

    Mereka minta tolong untuk diantarkan ke hotel. Tapi sayangnya ketika saya tanya nama hotelnya mereka tak tahu. Saya minta kepada salah satu dari ibu-ibu itu untuk kembali mengingat jalan pada waktu mereka berangkat. Mereka menyerah. Ya sudah saya jalan pelan-pelan dengan mereka untuk sama-sama mencari hotel itu. Saya tak jadi pulang segera.

    Di saat itu, di saat saya sedang bertanya arah kepada orang-orang, tiba-tiba muncul sosok laki-laki separuh baya dan tampak muda, berbaju gamis warna putih dengan peci warna senada memotong pembicaraan kami. “Tersesat ya Bu? Tenang saja Bu. Ada saya. Saya antar ke maktabnya. Maktab ibu nomor berapa?”

    Kewaspadaan saya langsung jalan, ini kok orang baik banget tiba-tiba langsung menawarkan diri dan main tembak mau antar segala. Apalagi dia bilang tentang maktab, padahal sepengetahuansaya kalau istilah maktab itu adanya di Mekkah, bukan di Madinah. Kalau di Madinah jamaah haji Indonesia tidak dibagi berdasarkan maktab tetapi sektor oleh muassasah. Saya terus terang curiga dan langsung bertanya padanya tanpa tedeng aling-aling, “Tunggu dulu Pak, Bapak ini siapa?”

    “Saya petugas. Di sini saya sudah biasa nganterin orang tersesat,” jawabnya. Dia panjang lebar menjelaskan siapa dirinya dan tentu tidak lupa menyebutkan namanya. Tapi saya lupa dialog tepatnya. Bukan penjelasan itu yang membuat saya tiba-tiba langsung percaya. Dia bilang kalau dia adalah polisi, maksudnya anggota Kepolisian Republik Indonesia yang sedang berhaji. Beneran, saya langsung percaya begitu. Makanya saya memutuskan untuk menitipkan mereka kepada Pak Polisi, “Bu, saya tinggal ya Bu, Ini bapak Polisi. Bapak ini yang akan nganterin ibu ke petugas haji Indonesia.”

    Ibu-ibu itu bukannya senang karena mau ditolong sama Pak Polisi, malah ketakutan dan langsung memegang tangan saya, sambil berbisik pakai bahasa Jawa, terjemahannya begini, “Sudah Mas, saya pokoknya ikut sama kamu saja. Saya takut. Saya takut sama orang Arab.” Hehehehe, kebetulan memang Pak Polisi itu punya wajah Arab. Polisi itu pasrah saja dia dicurigain sama bangsa sendiri. Saya pikir dia jadi korban stigmatisasi yang selama ini diceritakan kepada para jamaah Haji Indonesia tentang orang Arab, yang entah dari mana sumber asal kisah itu.

    Akhirnya saya mengambil jalan tengah dengan mengikuti bapak Polisi itu ke Pos Sektor. Nanti dari sana ibu-ibu itu akan diantar ke hotel oleh petugas haji yang bertugas di sana. Sepanjang perjalanan menuju Pos, Pak Polisi geleng-geleng kepala saja mengingat sampai detik itu mereka tak benar-benar percaya sama dia. Salah satu ibu itu memegang erat ikat pinggang saya. Benar-benar ketakutan dan was-was kalau-kalau saya meninggalkan mereka. Padahal saya tak henti-hentinya juga meminta supaya ibu-ibu itu percaya sama Pak Polisi.

“Kenapa Ibu kok percayanya sama saya, padahal ibu enggak kenal saya?” tanya saya. “Sampeyan kan pakai batik, wislah pokoke aku percaya,” jawabnya. Kebetulan memang pada saat itu saya memakai batik seragam jamaah haji Indonesia. Ibu yang satunya lagi tercecer di belakang sambil mencari-cari wajah dari banyak orang yang sedang lalu lalang. Mungkin ada yang dikenal. Tapi ia gagal, sampai Pak Polisi itu sedikit jengkel dan setengah berteriak, “Sudah Ibu, percaya saja sama saya!”

    Menuju hotel tempat pos sektor itu berada, saya sempatkan berbincang-bincang dengan Pak Polisi. Ternyata ia seorang ajun komisaris polisi (waktu itu dia bilangnya kapten) yang sedang bertugas di daerah Kalimantan. Jabatannya saya lupa, antara kasatserse atau kasat intel. Dan memang betul, ini yang ia yang sadari, kalau ia punya garis keturunan Arab Tanah abang.

Obrolan kami terputus karena kami sudah sampai di depan hotel tempat pos sektor itu berada. Lobi hotel penuh dengan orang Turki. Kami naik ke mezanin hotel dan benar di sana ada bendera Indonesia dan spanduk tanda pos sektor. Yang jauh melegakan adalah tampak pula seorang petugas haji yang sedang jaga di sana. Kata Pak Polisi yang mengantar kami, petugas haji itu juga seorang polisi.

Mengetahui mereka telah diantar ke pos sektor dan ketemu sama petugas haji yang memakai baju biru, ibu-ibu mengucapkan terima kasih dan minta maaf sama Pak Polisi karena telah curiga berat.

Kemudian sudah saatnya Pak Polisi itu pergi dan meninggalkan kami. Selanjutnya petugas haji itu yang akan mengantar ibu-ibu itu ke hotel mereka yang ternyata dekat dengan pos sektor. Anehnya lagi, ketika saya mau meninggalkan mereka, mereka tetap bersikeras supaya saya tetap menemani mereka hingga ke hotel. Aduhai, mereka juga masih tak percaya sama Pak Petugas Haji.

Tidak sampai 100 meter dari pos sektor, kami telah tiba. Barulah terlihat wajah mereka dihiasi senyuman. Ada kelegaan yang tampak. Saya turut senang juga. Sebelum berpisah, saya minta izin memfoto mereka sambil berpesan, “ingat-ingat jalan, ta iye.”

*Ibu Siah dan Ibu Ramiah di depan hotel (26/11).

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

    00.19 30 Desember 2011

Tags: kalimantan, akp, brotoseno, angie, angelina sondakh, masjid shalahuddin, madinah, kompol, haji

 

PROSEDUR PERPANJANGAN SURAT IZIN MENGEMUDI


PROSEDUR PERPANJANGAN SURAT IZIN MENGEMUDI

Saat ini Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya semakin giat untuk meperbaiki pelayanannya kepada masyarakat, terutama dalam hal pelayanan pembuatan dan perpanjangan Surat Izin Mengemudi (SIM). Contohnya dengan adanya layanan jemput bola berupa SIM keliling yang sangat membantu sekali agar warga tidak perlu pergi jauh-jauh hanya untuk sekadar memperpanjang masa berlaku SIM-nya. Tinggal tunggu di tempat yang telah ditentukan dan ikuti prosedurnya, maka urusan ini pun semakin mudah.
Tidak hanya layanan di atas, pelayanan di kantor pun berusaha untuk diperbaiki agar dirasa memudahkan bagi warga. Seperti yang dialami oleh saya yang merasakan kemudahan itu di Kantor Polisi Resort Depok, Sabtu kemarin.Terasa ada perbedaan yang amat mencolok saat saya mendatangi Kantor Polres ini untuk membuat SIM C di tahun 2001 dengan saat ini. Tidak ada lagi calo-calo yang berkeliaran dan aparat yang terang-terangan menawarkan jasa untuk membantu pengurusan. Kini kantor ini terasa semakin rapih, tertib, dan tidak semrawut.
Kesan yang bagus inilah yang membuat saya tertarik untuk menuliskan pengalaman ini kepada Anda pembaca. Agar setidaknya stereotip tentang pelayanan yang diberikan polisi tidak profesional, rumit, berbelit-belit, sedikit banyak dapat terkurangi. Juga setidaknya untuk menjadi pengetahuan dan pedoman bagi Anda di saat kelak nanti akan memperpanjang SIM di Kantor Polres Depok.
Perlu diketahui bahwa urusan membuat SIM baru dan memperpanjang SIM dilakukan di Kantor Polres Depok—letaknya di depan Kantor Walikota Depok. Karena banyak juga orang sering keliru dan tidak tahu di kantor mana SIM bisa dibuat atau diperpanjang di Kantor Polres Depok atau di Kantor Samsat Depok. Tempat yang disebut terakhir inilah yang digunakan untuk membayar pajak kendaraan bermotor dan memperpanjang masa berlaku STNK.
Cakupan kerja Polres Depok adalah bagi masyarakat yang mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Depok ditambah dua kecamatan di Kabupaten Bogor yakni Kecamatan Bojonggede dan Tajur Halang. KTP saya adalah KTP Bojonggede, sehingga bisa membuat SIM di Polres Depok.
Bagi pembaca yang mau memperpanjang SIM—entah A,B, atau C—ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar proses penyelesaian perpanjangan SIM ini dapat berjalan lancar dan cepat.
Berikut beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
1. Fotokopi KTP yang masih berlaku, 2 lembar;
2. Asli Kartu SIM (A,B, atau C);
3. Pulpen/ Ballpoint, 1 buah (Ini penting untuk mengisi formulir, karena jika Anda tidak punya Anda harus membelinya di loket Asuransi. Atau kalau Anda punya muka tebal dan tidak malu Anda bisa meminjamnya ke orang lain yang sama-sama juga membutuhkan alat tulis ini. Tentunya jika Anda tetap lakukan bersiaplah Anda akan mendapatkan antrian yang lebih lama lagi);
4. Persiapkan uang pas, senilai:
Rp15.000,00 untuk tes kesehatan
Rp60.000,00 untuk biaya perpanjangan, (atau Rp75.000 untuk membuat SIM
Baru)
Rp15.000,00 untuk asuransi.
Total biaya untuk memperpanjang SIM sebesar Rp90.000,00;
5. Berangkat lebih pagi agar dapat pelayanan yang pertama. Juga karena jam pelayanan dibatasi, mulai Pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB;
6. Memperbanyak doa agar Allah senantiasa mempermudah langkah kita, pun agar apa yang kita kerjakan bisa bernilai ibadah di sisi-Nya.

Setelah semuanya kita persiapkan dengan matang, maka pertama kita menuju ke ruang pemeriksaan kesehatan untuk dilakukan tes kesehatan. Siapkan satu lembar fotokopi KTP untuk ditaruh di kotak yang disediakan petugas di sana. Lalu tunggulah di luar sampai giliran Anda dipanggil.
Setelah dipanggil, masuklah ke ruangan tes dengan mempersiapkan uang tes kesehatan sebesar Rp15.000,00. Lalu Anda akan diberikan dua tes. Tes uji buta warna dan tes mata. Setelah Anda melaluinya dengan mudah, maka Anda akan mendapatkan:
1. secarik kertas bukti tes kesehatan berwarna kuning;
2. fotokopi KTP yang Anda serahkan ke petugas tes kesehatan di awal.
Lalu bergegaslah menuju loket pembayaran, letaknya dekat dengan tempat ujian praktik mengemudi. Serahkan berkas di atas di tambah SIM asli serta uang sebesar Rp60.000,00 kepada petugas loket. Lalu petugas loket akan menyerahkan kembali berkas yang kita serahkan (tentunya tidak untuk uangnya) ditambah dengan resi bank dan satu lembar formulir isian. Kini di tangan Anda sudah ada lima macam dokumen.
Kemudian Anda menuju ke lokasi pendaftaran. Sebelumnya Anda harus melewati pintu gerbang yang dijaga oleh beberapa provost. Untuk dapat melewatinya Anda harus menunjukkan berkas yang ada di tangan Anda, lalu petugas akan mencap tangan Anda—seperti kita memasuki Wahana Dunia fantasi—dengan lambang kepolisian.
Setelah Anda memasukinya, barulah Anda dengan tenang mengisi resi bank dan formulir isian di meja yang telah disediakan. Contoh isian pada formulir tersebut sudah dipajang di dinding, sehingga Anda tak perlu bertanya cara mengisinya ke petugas atau orang lain.
Setelah formulir dan resi bank telah diisi dan ditulis dengan benar, Anda segera menuju loket pembayaran asuransi. Pembayaran ini untuk pembayaran premi Asuransi Kecelakaan Diri Pengemudi (AKDP) yang dikelola oleh PT Asuransi Bhakti Bhayangkara dengan masa tanggungan selama lima tahun.
Di loket inilah Anda tidak perlu menyerahkan berkas yang Anda bawa. Anda cuma menyerahkan satu lembar fotokopi KTP dengan uang senilai Rp15.000,00. Anda akan memperoleh satu lembar Tanda Terima Premi Asuransi (TTPA). Anda tidak lama lagi akan menerima AKDP.
Anda tidak perlu harus menunggu terlebih dahulu AKDP berada di tangan Anda. Anda bisa langsung menyerahkan semua berkas perpanjangan SIM Anda dengan menunjukkan TTPA ke loket pendaftaran. Oleh petugas loket TTPA itu dikembalikan kepada Anda.
Setelahnya, segera Anda menuju tempat tanda tangan yang berada di sebelah pintu masuk ruang pemotretan. Di sana ada bapak tua yang bertugas mengarahkan Anda. Anda memberikan tanda tangan di secarik kertas kosong. Jangan pakai pulpen yang Anda bawa karena di sana telah disediakan pulpen khusus. Setelah diteken, kertas itu Anda simpan untuk dibawa masuk ke ruang foto. Lalu tunggulah sampai nama Anda di panggil melalui pengeras suara untuk dilakukan pemotretan.
Sambil menunggu itulah, Anda bisa menikmati suguhan layanan yang diberikan Polres Depok, seperti air minum dari dispenser, permen, brosur-brosur lainnya, dan tentunya banyak koran harian untuk bacaan pembunuh rasa bosan. Di saat itulah, tidak berapa lama Anda akan mendapatkan AKDP.
Kurang lebih tiga perempat jam Anda akan dipanggil untuk masuk ruang foto. Di sana, Anda akan bergiliran difoto dengan pemohon yang lain. Lalu setelah difoto Anda kembali keluar dan menunggu lagi. Sekitar sepuluh sampai lima belas menit Anda sudah akan mendapatkan kartu SIM yang berlaku sampai lima tahun ke depan.
Selamat, Anda telah menyelesaikan semua prosedur perpanjangan SIM ini yang memakan waktu kurang lebih dua jam tersebut. Mudah dan tidak berbelit-belit jika Anda memahaminya. Untuk kali ini, saya salut kepada Polres Depok.
***
Demikian inilah yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat. Apabila ada kekurangjelasan silakan untuk hubungi email ini: dedaunan02@telkom.net.

Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
20:19 15 Juli 2006.