AVG Penghapus Brontok


11.01.2006 – AVG Penghapus Brontok

Dengan menggunakan instalasi AVG Anti-Virus Free Edition edisi Oktober 2005 ditambah update terbarunya per tanggal 10 Januari 2006, Brontok di Personal Computer saya langsung terdeteksi. Sebelumnya dengan update per tanggal 06 Januari 2006, anti virus gratisan ini masih belum bisa mendeteksi adanya Brontok tangguh ini.
AVG memang program ringan dan sudah menjadi alternatif bagi para penggunanya selain anti virus branded yang beratnya minta ampun, selain dari ukurannya serta waktu yang dijalankan saat scanning.
Yang saya salut juga dengannya adalah kita bisa langsung mengupdatenya dengan update terbaru tanpa terlebih dahulu menginstall update versi sebelumnya. Berbeda dengan Norton Anti Virus (NAV) yang pernah saya install, kita tak bisa mengupdate versi terbarunya sebelum update versi lamanya terinstall terlebih dahulu.
So, bagi Anda yang sampai saat ini komputernya belum sehat juga maka saya sarankan untuk memakai AVG Anti Virus dan tentu jangan lupa untuk meng-update-nya. Insya Allah, sepertinya Oythea konsisten untuk meng-upload-nya di fordis pada tema komputer.
Tambahan saja, secara manual saya juga telah coba menghapus brontok dengan tiga cara dari tiga guru yang berbeda hasilnya nihil. Entah pakai shampoo, brontok cleaner, ataupun enabreg. Tapi ini bisa juga untuk penjagaan atau alat finishing touch setelah kita jalankan AVGnya.
Sebagai referensi lainnya antivirus yang sudah terbukti sanggup menghilangkan brontok adalah Kaspersky, tapi itu sebatas katanya karena program itu belum saya coba. Itu saja dari saya.
ps. thanks berat sama Oythea, sudah kasih update terbaru dan sarannya.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
12:55 11 Januari 2006

Institut Dayakologi Hingga Brontok Lagi


09.01.2006 – Institut Dayakologi Hingga Brontok Lagi

Lembur, Institut Dayakologi, hingga Brontok
Sabtu, 07 Januari 2006 10.00 – 15.00 WIB
Dalam setahun pelaksanaan system administrasi modern, baru kali ini saja ada nota dinas kepala kantor kepada para pegawainya untuk datang pada hari sabtu kemarin. Lembur nih ceritanya. Karena ada perubahan sistem, jadi kita-kita pegawai diharuskan untuk datang supaya tahu apa saja perubahannya langsung dari pegawai DIP kantor pusat.
Jam sudah menunjukkan setengah sepuluh pagi, jadwal lembur dimulai jam sepuluh, tapi motor masih juga belum selesai di cuci. Nih, orang dari jam delapan motor sudah dititipin belum juga dikerjain dari tadi. Setengah memaksa saya meminta supaya motornya jangan terlalu bersih dicuci (soale nanti kelamaan). Akhirnya lima menit kemudian selesai juga, walaupun masih basah karena belum dilap. Nggak apa-apa nanti juga kering sendiri.
Berkutat di jalanan Jakarta di hari sabtu, ternyata sama saja dengan hari biasa. Macet juga tuh. Mengingat kejadian rabu kemarin, saya masih trauma untuk ngebut. Tapi kadang ngebut juga sih, kalau jalanan sedikit sepi.
Sampai di kantor satu jam kemudian, saya kira saya yang paling telat, eh ternyata banyak juga yang datangnya bareng sama saya. Malah ada yang datangnya lebih lambat dari saya. Yang lebih kacaunya, ternyata DIP datang jam sebelas siang lagi. Dan coba bayangin kita cuma disuruh nyalain komputer doang, lalu boleh pulang.
Yaaaa, kalau cuma ngerjain kayak ginian, gak perlu ada nota dinas-nota dinasan, lembur-lemburan, datang-datangan, kebut-kebutan (emang elo ngebut, za?). Sudah menempuh puluhan kilometer, BBM jadi tak bisa dihemat (untung saya pakai motor), acara perlu diskedule ulang, tidak bisa berkumpul sama keluarga yang memang sudah waktunya berkumpul dengan mereka, dan satu yang lain: tidak dibayar lagi. Kita kan professional, harusnya pada waktu lembur perlu juga tuh dihargai. Tapi kemarin dihargai juga tuh walaupun dengan sekotak nasi. (Btw, emang tahu upah lembur PNS , berapa sih?)
Tapi setidaknya, sambil menunggu badan ini segar kembali, saya coba ngenet dengan IP address milik Kasi. Asyik juga, cepat banget man. Nggak kayak hari kerja, yang leletnya minta ampun. Ibaratnya kalau kita buka satu halaman saja, kita bisa ngeteh (nggak ngopi, coz saya tidak suka kopi) duluan sampai habis.
Di Google, saya cari berita tentang tragedi sampit 2001, setelah di Jumat kemarin melihat di Fordis ada kepala berserakan. Apa sih yang melatarbelakangi peristiwa itu? Pertanyaan itu membuat saya mencoba untuk berimbang dengan mencari berita selain dari BBC yang tendensius sekali, juga dari Institut Dayakologi dan dari pihak Dayak lainnya. Cukup memberikan kepada saya banyak wawasan tentang Sampit 2001. Tapi tidak usah saya ceritakan di sini, panjang dan mengerikan juga.
Apalagi membaca berita tentang 80 orang etnis pendatang yang digiring oleh salah satu kelompok etnis lainnya ke sebuah hotel yang bernama Hotel Rama Sampit, dan setelah itu tidak ada kabar tentang nasib mereka. Saya langsung mengaitkan berita itu dengan berita lainnya yang disampaikan oleh teman saya, waktu berkunjung ke Palangkaraya. Di Hotel Rama tersebut, ada satu kamar penuh yang isinya cuma kepala doang. Allohua’alam tentang kebenaran berita ini.
Selain ngenet tentang Sampit, saya juga coba mencari anti brontok yang sampai detik ini komputer saya masih terinfeksi oleh virus yang terus mengembangkan variannya.
Saya download antibrontok, saya coba seek and destroy, saya coba buka registry, saya hapus folder exe, dan tralalala…. berhasil booo. Folder option-nya berhasil terlihat. Sekarang sudah bersih komputer nih.
Saya coba memasukkan UFD (USB Flash Disk), search, waow, banyak juga folder exe-nya. Saya coba tekan Del untuk menghapusnya. Tapi apa mau dikata, yang saya tekan enter, virusnya jadi aktif lagi. Saya coba seek and destroy lagi. Sampai jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, komputer masih saja restart, buka, restart lagi. Saya menyerah juga akhirnya, apalagi orang DIP sudah menunggu di belakang saya untuk coba upgrade sistem administrasi baru. Yah sudah saya lepas, kali aja dia coba benerin problem saya.
Bay de wey, sabtu kemarin masih sabtu yang—gimana yah—tidak ngenakin kayaknya. Tapi ada juga enaknya dikit, makan nasi kotak sama nambah wawasan tentang konflik yang pernah dialami anak bangsa Indonesia ini.
Thanks Allah.
Engkaulah yang mahamengetahui.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
05.45 08 Januari 2006 (Harpot launching hari ini)

Brontok Memang Top Markotop


04.01.2006 – Brontok Memang Top Markotop

Jum’at 30 Desember 2005 kemarin menjadi jumat yang berdarah-darah buat Personal Computer (PC) saya. Virus lokal yang mencengangkan jagad teknologi informasi Indonesia bahkan dunia ini benar-benar mengobrak-abrik isi perut PC. Mulai dari aksi penggandaan folder sampai restart terus menerus saat mulai menjalankan antibodinya.
Norton Anti Virus (NAV) yang sudah lama tak pernah diupdate menjadi tak berdaya sehingga saya perlu meng-uninstall-nya. Namun karena tidak sesuai prosedur dalam merejectnya maka bekas-bekasnya masih saja ada dan kerap mengganggu dengan memunculkan pop-up windows installernya. Saya coba install ulang NAV tetap tak bisa juga.
Lalu saya coba untuk install McAfee versi 8. Malah jadi konflik dengan NAV sehingga PC semakin lambat tidak karuan. Tidak betah dengan situasi yang terus menerus begini terpaksa prosedur install ulang menjadi pilihan. Apalagi Brontok semakin menjadi-jadi dalam penggandaan dirinya.
Saya install ulang Windows XP SP2, cukup berhasil. Tapi gagal dalam install Office 2003, hang. Terpaksa reinstall ini saya tunda sampai senin karena jum’at sudah semakin gelap.
Senin pagi-pagi, saya datang untuk segera melakukan upaya yang gagal di hari sebelumnya. Saya memakai Office 2003 yang lain. Berhasil. Tapi apa lacur PC tidak bisa mendeteksi driver ethernet dan VGA. Saya lupa satu hal, karena PC ini adalah PC branded maka ia punya driver bawaan atau cd restore yang harus terlebih dahulu di install sebelum install Windows XP. Pyuhhhh….saya harus mengulangnya dari awal. Alamak…
Coba dengan CD Restore, sukses. Lalu dengan Windows XP SP2, sukses juga. Lalu install Office 2003, cukup singkat dan sukses juga. Baru setelahnya saya lihat PC saya bersih dari kotoran seperti bayi yang baru dilahirkan. Kecepatan maksimal benar-benar saya dapatkan.
Kemudian setelah install tool-tool yang dalam kesehariannya memang saya butuhkan, saya melanjutkan dengan install McAfee 8. Sukses. Setelahnya saya pindahkan file-file yang saya titipkan di sharedoc teman. Saya men-scannya, waow…brontok ada dimana-mana. Dengan removal dan sedikit trik dari teman OC, brontok benar-benar rontok.
Esok harinya, setelah memasukkan flashdisk yang saya anggap sudah bersih ke dalam colokannya. Saya lagi-lagi kaget. Brontok tidak terdeteksi oleh McAfee, tapi benar-benar ada dengan ciri folder option di explorer hilang, dan saat di search ada banyak folder exe dengan size sebesar 45kb. Kemungkinan besar yang menyebabkan McAfee tidak dapat mendeteksinya adalah variannya yang sudah berbeda dengan setting update McAfee yang hanya dapat melacak folder dengan ukuran 42 kb saja.
Terpaksa saya meminta bantuan teman OC lagi untuk mengusirnya. Segala upaya dikerahkan dan bersih juga. Tapi beberapa saat kemudian menyerang kembali entah darimana. Brontok benar-benar menguasai lagi dan amat bandel.
Akhirnya saya coba sendiri dengan upaya pertama yang saya lakukan adalah mencari removal yang benar-benar manjur. Rikpafile jadi tempat favorit untuk mencari. Berhasil saya dapatkan shampoonya. Saya coba dengan membuat notepad anti restart terlebih dahulu agar brontok tidak mengutak-atik removal saat mulai bekerja.
Melalui save mode command prompt, saya coba mengikuti petunjuk itu perlahan-lahan. Perlahan-lahan. Perlahan-lahan. Dijalankan removal, dan benar-benar top markotop si bandel ini. Brontok GAGAL TOTAL untuk diusir. Restart jadi makanan utama saat menjalankan semua program antibodinya.
Sinar matahari sudah hampir tiada sore kemarin, dan saya putus asa mencoba mengusir virus aneh ini. Keinginan menghabisinya ditunda untuk hari itu. Tapi saya bertekad untuk mencoba membasminya keesokan harinya. Saya pikir masih ada hari esok untuk berjuang. Entahlah, ada yang mencoba untuk membantu?
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
Memoar cinta di medan dakwah