Tugasnya Sebagai Laki-Laki: Ikhtiar, Bukan Mager, Bukan Rebahan


Sepulang mengantarkan anak ke pesantren, saya menjumpainya di pinggir jalan gelap.

Kepalanya yang berpeci putih menunduk. Ia duduk setengah meringkuk dan kepalanya hampir menyentuh lutut. Cuaca gerimis hampir lebat.

Di depannya tumpukan tinggi cobek, alat tradisional bangsa Indonesia untuk menghaluskan bumbu atau membuat sambal. Konon alat ini sudah ada sejak 35 ribu tahun sebelum masehi.

Saya tak sengaja melihatnya, itu pun dengan sudut mata, di tengah mobil yang melaju setengah kencang.

“Kok bisa orang itu jualan cobek di pinggir jalan tanpa penerangan di cuaca yang hampir hujan?” pikir saya.

Saya iba seketika. Saya memutar arah mobil walau jarak sudah membentang sekitar 300 meter di belakang.

“Beli saja barang dagangannya,” kata istri.

“Oke.”

Mobil sudah mendekatinya, seketika sekitarnya benderang karena sorot cahaya lampu mobil. Barulah terlihat kalau sosok penjual cobek itu masih muda.

Saya turun dan menghampirinya. “Berapaan nih, Bang?”

“Beda-beda, Pak.” Logat sundanya kental sekali.

“Ada yang kecil, sedang, dan besar,” katanya lagi sambil menyebut nilai masing-masing cobek itu.

“Ini batu atau semen?” tanya saya.

“Batu, Pak. Kalau yang semen yang ini,” katanya sambil menunjuk satu cobek yang terlihat lebih jelek.

“Ya sudah. Saya ambil cobek batu ukuran sedang,” kata saya. Saya menyerahkan selembar kertas uang kepadanya.

“Tapi saya tak punya kantong kreseknya, Pak.”

“Biar. Gak apa-apa.” Saya membawa cobek dan ulekannya itu ke dalam mobil.

“Ditawar?” tanya istri.

“Enggak.”

Sebenarnya di rumah sudah ada cobek. Tak mengapa. Semoga upaya kecil ini menyemangatinya untuk tetap berusaha. Apa lagi di tengah gempuran modernisasi dan kecerdasan buatan yang membuat cobek hampir tergantikan sepenuhnya dengan adanya blender ataupun chopper. Tugasnya sebagai manusia, sebagai laki-laki, sekadar ikhtiar, rezeki sudah ada yang mengatur. Buktinya, Allah menggerakkan kami melihat dan mendatanginya.

“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Q.S. Al-Mulk: 15)

Namanya Iki. Dari Garut, ia menjelajah.

***
Riza Almanfaluthi
15 April 2025
Pemesanan buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi.

Baca satu bab gratis buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang.

Baca Kata Pengantar buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang.

Lihat Daftar isi buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang.

Baca Sinopsis buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang.

One thought on “Tugasnya Sebagai Laki-Laki: Ikhtiar, Bukan Mager, Bukan Rebahan

Leave a reply to Anonymous Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.