Obituari untuk Mohammad Novaldi


Kabar itu mengentak saya di Rabu petang. Mohammad Novaldi meninggal dunia. Sesungguhnya kami hanya milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali.

Esoknya itu saya cuti setengah hari. Mendatangi rumah duka dan menyalatinya. Kami pernah berkantor yang sama di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tapaktuan sejak 2013 sampai dengan 2017. Saya pun pernah satu kantor dengan istrinya di Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat setelah saya mutasi dari Tapaktuan.

Di Tapaktuan, Novaldi pernah menjadi bagian orang-orang yang membantu proses transformasi saya. Dari obesitas dan kemudian menjadi pemilik berat badan 62 kg saja. Setiap Sabtu pagi, setelah saya menjalani workout Freeletics, saya menuju rumah kontrakan Novaldi. Sekadar menimbang berat badan dengan timbangan digital yang ia miliki. Saya mencatat dan memasukkannya ke dalam kertas kerja Excel. Catatannya dapat teman-teman lihat di halaman berikut: https://rizaalmanfaluthi.com/my-freeletics/

Selama tiga bulan itu, setiap Sabtu pagi, saya mengetuk pintu kontrakan yang ia huni bersama kawan-kawan lainnya sesama pegawai KPP Pratama Tapaktuan. Buat saya, ini kebaikannya yang saya ingat betul.

Ia bercerita banyak tentang keluarga, Depok, dan mimpi-mimpinya. Ia memiliki cita-cita untuk bisa melanjutkan studi DIV di PKN STAN. Jalan ini ditempuh sebagai ikhtiar membuka pintu dan keluar dari keterpencilan Tapaktuan. Sebuah harapan yang terus-menerus saya kuatkan dengan motivasi. Tidak ada yang tidak bisa. Alhamdulillah, upayanya berhasil.

Setelah saya pindah ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta, ia menyusul saya usai menempuh tugas belajar di PKN STAN. Ia ditempatkan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak walaupun beda direktorat. Menjalani kesibukan masing-masing di kantor itu, membuat kami tak kerap bertemu. Sesekali bersua untuk kemudian menanyakan kabar, tempat tinggal, dan keluarga. Terakhir pada Jumat, 4 Oktober 2024, saya mengiriminya sebuah foto. Novaldi menanggapinya dengan reaksi jempol.

Tak lama berselang, pada Selasa sore, 8 Oktober 2024, kabar Novaldi berada di ICU sebuah RS mampir di grup Whatsapp. Menurut kabar itu, ia tak sadarkan diri. “Kondisi saat ini hanya bisa berdoa saja, Pak,” ujar Rifka, istrinya. “Dokter sudah menyerah untuk memberikan obat-obatan.” Ya, Allah ….

Rabu petang, Allah memanggil Novaldi. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu.

Pada keesokan harinya, jenazah disalatkan di Masjid Nurul Hidayah Kompleks Simprug Diporis. Usai menyalatkan, sang imam bertanya kepada para jemaah salat: “Apakah jenazah ini semasa hidupnya termasuk ahlulkhair (orang baik)?” Sang imam bertanya sampai tiga kali.

Serempak dengan suara yang keras, jemaah menjawabnya: “Ahlulkhair!!!” Masyaallah, kata Rasulullah SAW, “Orang yang kalian puji dengan kebaikan, wajib baginya surga.” (H.R. Muslim).

Saya menyaksikannya ya Allah, sungguh Mohammad Novaldi ini orang baik.

Semoga Allah melapangkan kuburmu, Novaldi.

***
Riza Almanfaluthi
11 Oktober 2024
Pemesanan buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang: 
https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi

 

Tinggalkan Komentar:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.