Everything Else is Made in China, but Courage is Made in …


Di bawah tenda yang terbuat dari potongan-potongan kain yang disambung-sambungkan, seorang kakek berasal dari Gaza mengeluarkan kalimat yang menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya. Begini bunyinya.

**

Kalian mengirimkan kapal tempur induk karena apa yang telah kalian lakukan?

Kalian membuat kami bangga akan diri kami sendiri. Aku mengangkat kepalaku tinggi-tinggi karena seluruh penindas di dunia bersekongkol melawan kami. Dan persekongkolan mereka yang melawan kami bukan sekadar omongan saja. Tidak!

Mereka mengirim roket. Mereka mengirim pesawat tempur. Mereka mengirim kapal induk. Mereka mengirim prajurit. Mereka mengirim tentara. Mereka mengirim tim intel. Apakah Gaza semenakutkan itu bagi mereka?

Aku sangat bangga berasal dari Gaza. Aku sangat bangga akan tanah ini. Bahwa semua bersekongkol melawan kami dan meskipun seluruh dunia bersekongkol melawan kami, meskipun pesawat tempur mereka, tank mereka, dan roket mereka, meskipun semua alat penindasan …

Aku bangga berasal dari Gaza. Aku mengangkat kepalaku tinggi-tinggi. Aku bangga berasal dari tanah yang suatu ketika semuanya bersekongkol melawan itu dan semuanya menyerang dengan tidak adil.

Baca: Puluhan Testimoni dari Pembaca Buku Baru Sindrom Kursi Belakang

**

Kalimatnya penuh kegeraman. Suaranya bergetar dan berasal dari penderitaan selama berdekade-dekade. Suara heroik itu tidak hanya keluar dari kakek-kakek, tetapi bahkan sampai anak kecil pun demikian. Sama heroiknya.

Gadis kecil: Saya siap menelan bahkan 100 peluru. Peluru jenis apa pun. Terserah. Insyaallah meski menghirup gas beracun, tapi jangan harap saya tinggalkan tanah airku, tanah nenek moyangku.

Jurnalis: Kamu tidak mau, bisa melihat laut dan Indahnya Tel Aviv?

Gadis kecil: Nama daerah itu bukan Tel Aviv. Itu kota-kota Tallu Rabi’, Yafa, Haifa. Semuanya Arab, bukan Yahudi. Bukan seperti yang kalian namakan. Tidak mungkin ada dua kedaulatan dalam satu negara. Hanya ada satu negara yaitu Palestina, bukan israel. Karenanya tidak ada solusi bagi kami kecuali kalian angkat kaki. Kalian Yahudi ilegal ini angkat kaki dari tanah kami. Cuma ini solusi bagi kami.

Jurnalis: Nanti kalau kalian sudah besar pasti berubah pikiran.

Gadis kecil: Datanglah 100 tahun kemudian dan tanyakan hal yang sama. Saya akan jawab, pertanyaan sama, jawaban sama, dan semuanya sama. Bayangkan kamu datang 100 tahun lagi.

Baca juga: Daftar Isi Buku Bagus Sindrom Kursi Belakang

**

Nyata sudah Bumi Palestina telah menjadi tempat lahirnya para pejuang. Mereka yang memiliki mental baja. Mereka yang tidak takut mati. Mereka yang percaya ada kehidupan setelah kematian. Mereka yang setiap hari menyaksikan kezaliman dipertontonkan di depan mata. Mereka yang tidak rela diusir dan tanah airnya dirampas. Benarlah seorang warganet yang mengatakan demikian: Everything else is made in China, but courage is made in Palestine.

Mereka juga berjuang sendirian di saat dunia diam. Kalaupun ada yang mulai bergerak, hanya setengah jalan. Bantuan kemanusiaan tetap mengalir, tetapi tak ada yang mampu menghentikan kekejaman yang terus terjadi.

Lalu kepada siapa lagi mengadu? Buat orang yang beriman tentu hanya kepada Allah karena tiada daya dan upaya kecuali ia pemilik segalanya. Kita hanya bisa berdoa dan berikhtiar dengan apa yang kita bisa. Sebuah ikhtiar sebagai persiapan jawaban dari pertanyaan yang diajukan kelak di akhirat: “Apa yang telah kau lakukan untuk membela kemanusiaan, membela Palestina?”

***
Riza Almanfaluthi
12 November 2023

Pemesanan Buku Sindrom Kursi Belakang silakan di sini: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi

Tinggalkan Komentar:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.