Eka Kurniawan menulis tentang pembacaannya terhadap cerita-cerita pendek bikinan Isaac Babel di blognya baru-baru ini. Babel adalah penulis era Uni Soviet yang merupakan murid dari Maxim Gorky, penulis Uni Soviet terkenal lainnya yang sezaman dengan Lenin dan Stalin.
Di era Stalin—mengikuti Lenin—menangkap, memenjarakan, mengasingkan, dan membunuh lawan politik dengan tuduhan kontra revolusi, pengikut Trotsky, dan agen asing adalah hal yang jamak. Babel pada akhirnya mendapatkan giliran.
Kepala polisi rahasia Stalin, NKVD, Lavrentiy Pavlovich Beria berkirim surat kepada Stalin untuk mengeksekusi 346 orang yang ada di dalam daftar nama. Termasuk Isaac Babel di nomor urut 12. Stalin menulis dengan pulpen biru di atas daftar nama itu: ”3A”, sebagai bentuk persetujuan.
Kemudian Babel ditangkap NKVD. Babel tewas didor regu penembak pada 27 Januari 1940. Saya tak akan bahas Babel lebih dalam lagi. Namun, ketika Eka menyebut Maxim Gorky, saya jadi ingat pada apa yang dikisahkan oleh Alexander I Solzhenitsyn tentang Maxim Gorky dalam bukunya yang berjudul The Gulag Archipelago 1918-1956.
Solzhenitsyn mulanya tentara Soviet yang ikut berperang di garis depan melawan Jerman. Ia mengirim surat kepada temannya di front Ukraina. Surat itu semacam curhat, namun berisi kecaman kepada Stalin. Surat itu ketahuan kontra intelijen Stalin, SMERSH, akhirnya ia ditangkap. Solzhenitsyn dipenjara selama 8 tahun dalam sistem penjara bernama Gulag mulai 1945 sampai 1953.
Gulag sendiri adalah singkatan dari Glavnoe Upravlenie Lagerei, yang berarti camp administrasi utama. Kemudian artinya meluas menjadi camp konsentrasi dan sistem kerja paksa Uni Soviet dalam berbagai bentuknya seperti camp hukuman, camp kriminal dan politik, camp transit, camp perempuan, camp anak-anak, dan lain sebagainya. Gulag tidak hanya ada di satu tempat, melainkan di banyak camp yang bertebaran di seluruh Soviet.
Gulag mulai beroperasi sejak 25 April 1930. Gulag menjadi sistem yang mendukung dan mengokohkan rezim Stalin. Jutaan orang dikirim ke sana dalam beberapa gelombang. Lebih dari sejuta orang mati dalam camp. Kelaparan, penindasan, cuaca ekstrem, kekejaman penjaga menjadi beberapa penyebab kematian.
Pembebasan tahanan meluas sejak kematian Stalin pada 5 Maret 1953. Nikita Sergeyevich Khrushchev menduduki kepemimpinan tertinggi sebagai sekretaris pertama partai komunis Soviet menggantikan Stalin. Di saat itu, Khrushchev menolak Stalinisme dan mulai membebaskan para tahanan politik. Gulag resmi dibubarkan pada 25 Januari 1960.
Pada 1962 karya Solzhenitsyn yang berjudul One Day in the Life of Ivan Denisovich mengantar peraih Nobel sastra 1970 meraih popularitasnya. Walaupun Solzhenitsyn bukan penulis yang menulis pertama kali tentang Gulag, darinya dunia menjadi lebih tahu tentang kekejaman Gulag. Buku One Day in the Life of Ivan Denisovich ini mengisahkan tentang kehidupan di camp-camp Gulag.
Namun karena ia menulis Gulag lebih detil lagi dalam bukunya yang berjudul The Gulag Archipelago, ia diasingkan saat Uni Soviet dipimpin oleh Brezhnev pada 1974. Solzhenitsyn kemudian tinggal di Vermont, Amerika Serikat. Baru pada 1994, ia bisa kembali lagi ke tanah kelahirannya.
Dalam buku The Gulag Archipelago, Solzhenitsyn mengisahkan tentang kaburnya seorang tahanan dari camp Solovetsky—biasa juga disebut Solovki—dan kaitannya dengan Maxim Gorky. Ini kejadian sebelum perang dunia kedua.
Tahanan camp ini punya kemampuan berbahasa Inggris, tetapi ia sembunyikan. Suatu hari ia berusaha meloloskan diri dari camp. Dia berhasil sampai di bagian pemuatan kayu. Di sana ada kapal yang berisi orang-orang Inggris. Ia bertemu dengan mereka dan mengutarakan niatnya untuk melarikan diri. Sang tahanan diperbolehkan ikut naik kapal.
Penjaga camp akhirnya tahu ada yang melarikan diri. Kapal ditahan selama seminggu untuk diperiksa. Setiap kali ada pemeriksaan, tahanan diturunkan ke laut oleh orang-orang Inggris itu dengan jangkar dan ia harus menyelam dengan dibekali pipa untuk bernafas. Akhirnya ia berhasil lolos.
Dari pelarian itu muncul sebuah buku di Inggris berjudul An Island Hell karya S.A. Malsagoff. Buku yang menggegerkan Eropa karena ada camp dengan kekejaman yang luar biasa. Padahal selama ini dalam misi-misi diplomatik Uni Soviet Solovki selalu digambarkan sebagai surga dengan sel-sel biarawan yang nyaman. Dalam sistem Gulag adalah hal yang biasa menjadikan biara sebagai penjara.
Untuk mengatasi kebocoran dan memperbaiki citra, maka dibuatlah drama-drama perbaikan. Stalin memanggil Maxim Gorky untuk menulis keadaan di Camp Solovki agar bisa membungkam tuduhan “kebohongan asing yang memuakkan itu”.
Para tahanan di Camp Solovki berharap kalau Maxim Gorky bisa menulis apa adanya dan menghajar pemerintah karena selama ini Gorky dikenal sebagai penulis Rusia terkenal dan pembela kaum proletariat.
Sambil menanti kedatangan Maxim Gorky, camp dipoles. Sebisa mungkin kengerian-kengerian camp disembunyikan. Jumlah tahanan dikurangi dengan dipindah ke camp yang lain. Tahanan yang sakit dipindah juga. Di sana dibuat taman-taman yang bagus padahal asal-asalan dan tanamannya ditancap begitu saja. Camp anak-anak diperbaiki, penghuninya berpakaian semua, tidak ada anak-anak yang nakal.
Selalu ada yang luput. Ada yang salah diperhitungkan oleh para penjaga camp pada 20 Juni 1929 saat Gorky hampir sampai di tempat, di salah satu camp. Pasalnya banyak tahanan yang hanya memakai pakaian dalam dan karung. Tidak ada waktu untuk menguburkan dan menenggelamkan mereka.
Satu-satunya cara, mereka diminta duduk di tanah, saling merapat, dan tidak boleh bergerak sedikit pun. “Yang berani bergerak akan ditembak!” seru para penjaga. Lalu terpal dibentangkan di atas mereka. Gorky datang ke sana bahkan sampai satu jam. Ia sama sekali tidak tahu kalau di dekatnya ada orang-orang yang begitu tersiksa ditutupi terpal.
Gorky dengan didampingi perwira GPU (NKVD pada saat itu) mengunjungi camp-camp lain. Ia melihat tidak ada sel yang melebihi kapasitas sebagaimana digembar-gemborkan dalam buku. Gorky melihat para “penjahat” duduk di bangku sambil membaca koran. Tidak ada yang berani berbuat macam-macam.
Salah satu tahanan cukup cerdas untuk menarik perhatian Gorky. Ia membaca koran dalam posisi terbalik. Gorky pun melihatnya dan mendekati salah satu mereka lalu memperbaiki letak koran. Gorky paham.
Gorky pun berkunjung ke camp anak-anak.Di sana Gorky melihat anak-anak baik-baik saja. Tiap anak punya ranjang sendiri. Mereka terlihat gembira. Namun satu anak berumur 14 tahun mendekati Gorky. Ia berkata, “Gorky apa yang kau lihat ini palsu. Kau ingin tahu? Kau ingin dengar?”
Akhirnya anak itu menceritakan semua kekejaman yang ada di camp kepada Gorky selama satu setengah jam. Cerita tentang segala bentuk penyiksaan yang ada di camp, cerita bagaimana para tahanan menarik kereta seperti kuda, dan tentang orang yang digelundungkan dari anak tangga sampai mati. Gorky menangis. Ia kemudian pergi untuk bersantap malam dan anak itu kembali ke barak.
Pada 23 Juni 1929, Gorky pulang. Sebelumnya, ia menuliskan di buku tamu yang dibuat khusus untuk kunjungan itu.
“Saya tidak siap mengekspresikan kesan hanya dalam sedikit kata. Saya tidak mau dan bahkan merasa malu, kalau hanya mengulang-ulang pujian yang sudah basi untuk semangat rakyat yang luar biasa, yang tetap cermat, dan tak kenal lelah mengawal revolusi, dan mampu menjadi kreator kebudayaan yang berani.”
Selepas kunjungan itu Gorky menulis dan menyampaikan pendapatnya. Di Solovki tidak ada yang perlu ditakutkan. Para tahanan hidup enak dan situasi semakin baik di sana. Pernyataan Gorky ini diulang-ulang oleh media Uni Soviet maupun barat.
Anak itu bagaimana? Tak lama setelah kapal uap yang membawa Gorky pulang lepas dari dok, penjaga camp langsung menembak mati sang anak.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
24 Februari 2019