Menjelang Subuh, penjaga toilet pool bus di salah satu sudut kota Medan itu terbangun dari tidur lelapnya. Barangkali insting liarnya menggugahnya karena sudah banyak orang yang berlalu lalang keluar masuk WC tanpa membayar “fee” sebesar 2000 rupiah sebagaimana tertulis besar-besar dengan menggunakan cat berwarna merah di atas masing-masing pintu WC.
Dipan kayu kecil yang berada di depan toilet ia bereskan seadanya. Sambil menanyakan lokasi musala, saya menyerahkan satu lembar kumal uang berwarna kelabu kepada pria penjaga toilet itu. Perawakannya kurus. Kepalanya dengan rambut yang jarang. Wajahnya tirus berdagu lancip. Kumis tipis hanya tumbuh di masing-masing sudut bibir. Bibirnya hitam menandakan ia pecandu rokok kelas berat. Dan betul, ia menanyakan ini.
“Ada mancis?”
