
“Nanti ada lomba cipta puisi. Siapa di kelas ini yang mau ikut?” tanya ustazah kepada murid-muridnya.
“Kinaaaaan!!!!” serempak semua murid tanpa dikomando berteriak menyebut satu nama.
Mencatat dan menuliskan kembali perjalanan hidup dalam gaya tulisan yang mudah dipahami sehingga membuat pembaca dapat mengambil hikmahnya adalah keunggulan yang dimiliki oleh Riza.
Riza menulis buku yang menceritakan perjalanan hidupnya ketika ditugaskan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tapaktuan, Aceh Selatan, Aceh. Tapaktuan memang salah satu daerah yang relatif jauh dari kota-kota besar. Jauh dari Banda Aceh, jauh pula dari Medan. Pegawai yang bertugas di sana sangat mungkin merasa berat dengan kondisi ini. Saya memahaminya karena saya pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah DJP Aceh periode Februari 2021—November 2024. Continue reading Tiga Hal yang Disodorkan Buku Ini, Sebuah Kata Pengantar
Membuat bubur kacang hijau di tanah rantau yang jauh dari mana-mana itu adalah sebuah kemenangan kecil buat saya. Ini pengalaman yang sangat luar biasa. Dan ingat, hargailah selalu setiap kemenangan-kemenangan kecilmu karena itu menambah kepercayaan dirimu, karena itu menghargai proses, dan karena itu awal dari kemenangan serta keberuntungan berikutnya.
Sebuah cerita dari sekian cerita yang ada di dalam buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang. Buku yang merangkum 41 kiat-kiat jitu bertahan hidup jauh dari keluarga, tetap berpikir positif, menghadapi banyak orang dan permasalahan, menerima kedukaan bertubi-tubi, dan diselamatkan dari segala musibah.
Kiat-kiat jitu itu ternyata tidak jauh-jauh amat, ada di sekitar kita, bahkan ada di dalam isi kepala kita. Manusia sudah dipersenjatai dari ribuan tahun lalu untuk bisa bertahan hidup di segala kondisi. Buku ini adalah borang yang mengumpulkan senjata itu.
Daftar isinya sebagai berikut:
Pemesanan buku langsung di https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi
Berulang kali saya dihubungi oleh CEO Maghza Pustaka Mas Iqbal Dawami untuk memastikan kapan penerbitan buku di tahun 2024 ini.
Berulang kali juga saya bilang ketidaksiapan saya. Terkait membereskan naskah kotor saya. Ketika naskah sudah siap pun, saya masih tak menyanggupi untuk segera menerbitkannya. Bahkan ketika buku sudah siap edar pun sama. Saya tunda peluncurannya karena satu dan lain hal.
Banyak sekali sesuatu di luar itu yang butuh fokus saya. Utamanya tentu pekerjaan di kantor baru itu. Barulah di minggu kedua di bulan Agustus ini, ketika tugas terakhir yang diamanahkan kepada saya selesai, saya baru bisa memikirkan ini.
Dan tahu tidak ….
Hari ini, Ahad, 11 Agustus 2024, Koran Tempo menyajikan artikel dengan judul Sastra Cetak Bertahan dari Maraknya Ruang Digital.
Saya mengutip paragraf pertama artikel tersebut:
“Awan gelap tengah menggelayuti dunia buku sastra cetak Indonesia. Buku sastra cetak mengalami kemerosotan penjualan dalam beberapa tahun terakhir. Menukil data Ikatan Penerbit Indonesia atau Ikapi, penjualan buku baru dari jaringan toko buku terbesar Indonesia, Gramedia, pada 2017 masih ada 15 ribu judul baru yang dijual. Pada 2018 dan 2019, jumlah judul buku baru yang dijual turun tipis menjadi 14 ribu dan 13 ribu.”
Namun, buat saya satu tambahan lagi selain pajak: soal inflasi.
Buku dapat dipesan melalui tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi
Salah satu hal yang mengusik penulis dan penerbit buku adalah inflasi. Inflasi nyata adanya di dunia literasi. Orang sinting mana yang mau menerbitkan buku di zaman ini, di tengah segala apa saja naik? Barangkali ketika ekosistemnya semua mendukung, generasi Z dan Alpha menjadi mayoritas kelas menengah, buku akan diterbitkan secara eletronik.
Kali ini, menjelang peringatan hari ulang tahun ke-79 Republik Indonesia, buku nonfiksi Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang terbit meningkahi inflasi dan segala keterbatasan. Bismillaah.
Berikut sinopsisnya:
Waktu itu senja, di sebuah warung kecil di tepian pantai yang berada di atas teluk berair tenang. Perempuan seperti bulan dan berjilbab rapat itu—yang duduk di bangku sebelah kami–bangkit menuju belakang warung dan tak lama kemudian ia sudah berkaus putih, bercelana pendek merah, tanpa jilbab yang terbang entah ke mana, memperlihatkan pendek rambutnya, lalu bersalto menceburkan dirinya ke laut.
Cerita di atas menjadi salah satu fragmen dalam buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang.
Buku yang menawarkan 41 trik kehidupan yang praktis dan inspiratif, dibalut dalam cerita dan diambil dari pengalaman nyata penulis selama di negeri orang. Temukan cara berdamai dengan waktu, menjalani hidup di tanah perantauan, dan meraih kebaikan yang tak terduga.
Trik-trik itu sebenarnya ada di sekitar kita, dekat sekali, sering tak terlihat namun sangat berharga. Buku ini akan membuka mata bahwa trik kehidupan adalah cara pandang dan pendekatan yang bisa mengubah hidup. Temukan rahasia untuk hidup lebih baik dan lebih bijak, di mana pun berada.
Cermin pengetahuan ini dapat diperoleh di https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi