Testimoni buku baru Sindrom Kursi Belakang ini sebenarnya ditulis oleh penulisnya hampir sebulan yang lalu. Namun, saya baru mengetahuinya saat saya dihubungi secara langsung oleh beliau. Ia adalah penulis beken yang telah mengeluarkan banyak buku, di antaranya adalah Negeri Para Laki-laki dan Menjadi Laki-Laki.
Terima kasih kepada Pak Eko Novianto alias Ekonov yang telah memberikan ulasan terhadap buku saya ini. Kepada Anda pembaca, silakan menikmati.
***
Buku (tentang) perjalanan enaknya dibaca pas (dalam) perjalanan. Maka pilihan buku yang menemani perjalanan pulang kampung kali ini jatuh pada buku Sindrom Kursi Belakang karya Riza Almanfaluthi.
Baca juga: Puluhan Testimoni dari Pembaca Buku Baru Sindrom Kursi Belakang
Nama-Nama
Riza banyak menuliskan nama-nama di bukunya. Nama-nama asing. Nama-nama pesohor. Nama-nama dari masa lalu. Nama-nama beken masa kini. Nama-nama para raja. Nama-nama para petualang. Nama-nama pemahat sejarah.
Ini khas Riza. Bacaannya banyak sekali. Dia kaya. Buku-buku masa lalunya, buku bapaknya, dan buku-bukunya pasti membuat dia tak kuasa untuk tak mengeluarkan pengetahuannya. Dia melihat sesuatu, dia teringat sesuatu, lalu dia cari relevansinya, dan akhirnya dia tuliskan hubungan itu dengan manis.
Baca juga: Daftar Isi Buku Bagus Sindrom Kursi Belakang
Bersama-sama
Selain nama pesohor, nama-nama teman-temannya menghias banyak judul tulisannya. Teman lama yang pernah bertemu di mana, teman lama yang pernah bersama di kantor mana, nama-nama pejabat teras yang pernah bekerja sama di mana, dan masih ada jenis teman yang Riza sebutkan dalam kisah-kisahnya.
Ini disengaja oleh Riza. Dia santun. Dia cerdas. Cerdas, tapi santun. Dia tak ingin sendiri. Kisahnya adalah kisah banyak orang. Kisah banyak orang di Aceh, kisah banyak orang pajak Jakarta yang diletakkan di pinggir-pinggir Indonesia, dan kisah banyak orang sejenis itu. Riza tak ingin narsis, setidaknya, ia tak ingin sendiri dalam cerita-cerita itu.
Baca juga: Sinopsis Buku Baru Sindrom Kursi Belakang
Pit Stop
Kala membaca, aku menunggu-nunggu bisa sampai ke pit stop. Setelah sampai pit stop, aku kecewa. Banyak orang suka pit stop-nya Riza, aku tahu itu. Aku tidak. Aku tak ingin Riza jadi pendikte. Aku ingin Riza bercerita.
Meski, ada bagian di pit stop kedua yang aku sukai. Tapi, tetap saja, aku lebih suka tulisannya di halaman enam puluh tiga buku ini.
Postur
Secara teori, buku kumpulan kisah itu enak dibaca kalau posturnya sepadan. Jumlah karakter masing-masing kisah serupa, jumlah kalimat juga serupa, dan keserupaan lainnya.
Riza tidak. Dan itulah saktinya Riza. Ada kisah yang sehalaman pun tak sampai. Ada yang—ibarat tinggi tubuh manusia—cuma jambulnya saja melewati satu halaman. Itulah saktinya Riza dan menariknya kisah perjalanan dinas seorang Riza di Tapaktuan.
Baca: Mesin Hanya Memiliki Chip, Manusia Memiliki Hati
Suplemen
Tiba-tiba saja, aku sudah sampai Suplemen. Kalimat-kalimat awal Suplemen sudah mampu mengingatkan aku pada kalimat-kalimat penulis di awal buku. Aku segera tahu ini cerita tentang Opa.
Tapi, aku masih ingin ‘mendengarkan’ cerita Riza. Aku menutup buku. Aku memilih melihat pertandingan final Hongkong Open 2023. Begitu Leo/Daniel dinyatakan kalah dari si tua keladi asal Denmark, aku membuka lagi buku itu. Membaca suplemen, lalu menuntaskan buku asik ini. Padahal, aku masih ingin mendengar ceritanya.
Selamat, Pak Riza. Jangan khawatir dengan sindrom bangku belakang! Anda cenderung disiapkan duduk di bangku depan koq! Organisasi bahkan peradaban ini bisa terlalu rugi kalau Anda duduk di bangku yang terlalu belakang.
Perjalanan Buku Perjalanan
Ada banyak cerita. Semua punya cerita. Ada yang ditulis. Ada yang tidak. Sebaiknya ditulis. Karena cerita tentang manusia gua itu didapat dari mereka yang mencoret-coret dinding gua. Sebaiknya ditulis. Karena cerita tentang Amerika itu didapat dari perjalanan yang nyasar. Lha, kalau Anda yang sehebat itu tak menulis, bagaimana orang-orang di depan sana kelak?
Ekonov
Jakarta, 18 September 2023
**
Baca Reviu Buku Baru Sindrom Kursi Belakang: Tak Setetes pun Air Mata
Untuk pemesanan buku baru Sindrom Kursi Belakang bisa mengeklik tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi

One thought on “Ada Kisah yang Sehalaman pun Tak Sampai”