[monolog]: jujur
Monolog adalah cara saya mengungkapkan sesuatu—pandangan dan perasaan—yang saya catat dengan telepon genggam. Di setiap pagi ketika kereta berangkat pergi dari Stasiun Citayam atau ketika pulang dari Stasiun Sudirman. Biasanya memakan habis waktu sepanjang perjalanan kereta untuk menuliskannya.
Monolog adalah hadiah khusus yang benar-benar khusus. Tidak lain dan tidak bukan.
Sudah banyak yang saya tulis, namun lenyap begitu saja. Mulai hari ini saya akan mendokumentasikannya, itu pun jika perlu. Untuk yang pertama menerima dan membacanya kali ini, saya harap dengan teramat sangat semoga ini berguna.
Sore ini saya ingin bermonolog tentang jujur.
jujur itu mahal
semahal harga diri
ia akan murah adanya
ketika bernama
jujur kacang ijo dan
jujur ayam
apalagi ketika keberuntungan sedang memihak
maka teman terdekat kita akan bilang:
engkau sedang jujur
penjahit beda bilangnya:
baju mana yang ingin aku jujurkan
tukang obat akan bilang:
obat ini selalu jujur, nomor satu
anak kelas satu sd akan bertanya:
ibu guru, mana sih yang jujur sangkar dan mana yang jujur telur
dokter berdiagnosa:
tak punya harapan, ia akan terjujur kaku
ini gara-gara iseng main-main dengan kabel yang terjujur
sorenya ia dijujur di tempat pemakaman umum
tak diketahui di jujur selatan atau di jujur utara bumi ini
semua di atas ketika jujur tidak ditempatkan pada tempatnya
jika ya
jujur adalah mata uang yang berlaku di manapun adanya.
dan aku adalah
kejujuran itu sendiri
***
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
04.25 19 Februari 2011