
“Nanti ada lomba cipta puisi. Siapa di kelas ini yang mau ikut?” tanya ustazah kepada murid-muridnya.
“Kinaaaaan!!!!” serempak semua murid tanpa dikomando berteriak menyebut satu nama.
Kinan menyanggupi untuk mengikuti lomba. Ia membuat konsep puisi dan membacakannya kepada saya melalui telepon di pesantren.
Judulnya adalah Hai, Indonesiaku. Saya mendengarkan dengan saksama. Secara keseluruhan puisinya bagus. Satu hal yang membuatku terkejut adalah pilihan katanya. Saya tak menyangka anak kelas 11 ini bisa membuat puisi sebagus itu.
Sebelum pendaulatan Kinan untuk mengikuti lomba, Kinan juga pernah diminta untuk mengikuti Al-Kahfi Got Talent. Bersama dengan teman-teman yang lainnya ia memilih performa musikalisasi puisi. Dari jauh, Kinan meminta saya untuk membuatkan puisi. Saya menyanggupi. Singkat cerita, grup Kinan lolos tiga besar pilihan juri dalam kegiatan itu.
Jauh sebelum penyelenggaraan Al-Kahfi Got Talent, Kinan bersama grup teater pesantrennya mengikuti lomba teater antarsekolah. Kinan menjadi artis terbaik dalam lomba itu. Waktu itu ia berperan sebagai seorang nenek lengkap dengan riasan dan kostum yang menunjang. Ketika ia diizinkan untuk pulang ke rumah dari pesantren, saya memintanya memeragakan lakon nenek yang diperankannya.
Tanpa malu-malu ia langsung berubah sebagai seorang nenek ditambah dengan logat Jawa yang sangat kental. Wow … saya serupa melihat Jeng Yah Gadis Kretek ada di hadapan. Peran itu seperti yang sering saya lihat dalam film atau FTV. Kinan memang aktif dalam teater sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler lainnya juga diikuti seperti taekwondo. Kinan juga aktif berorgansiasi. “Tentukan mana yang prioritas buatmu. Jangan semua diikuti,” nasehat saya.
“Ini saja sudah bikin pertanyaan. Apa semua ini enggak sia-sia? Atau menunjang akademik enggak sih?” tanya gadis kelahiran 16 tahun lalu ini.
Saya berusaha mendorong dan menyemangatinya. Keaktifan dalam ekstrakurikuler dan organisasi itu akan berguna sekali buat hidup. Sekolah tidak melulu soal akademis. Yang terpenting juga tetap jaga kesehatan. Orang sibuk tahu mana kegiatan yang akan menghalangi dirinya mencapai tujuan atau tidak. Orang sibuk itu akan benar-benar menghargai waktunya. Tak mau waktunya terbuang sia-sia atau tidak memberikan manfaat kepada dirinya dan orang lain.
Sebuah pesan ustazah masuk dalam aplikasi percakapan Whatsapp Uminya Kinan. Sang ustazah memberitahukan kalau Kinan mendapatkan nilai terbaik di kelasnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Wah, benar-benar nih. Otak kanannya dominan. Anak nurun bapaknya. Kalau diingat-ingat, keluarga neneknya keluarga seniman, penulis, dan kaligrafer. Hanya saya dan adik saya yang PNS dalam keluarga besar itu.
Saya jadi teringat waktu SMP dulu. Sewaktu guru Bahasa Indonesia menyebut nama saya di kelas lain. “Anak itu sudah hitam, kecil, hidup lagi,” katanya memuji. Ya, ini bukan hinaan. Ini karena saya sangat aktif dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkannya. Ia minta siswa-siswa di kelas itu untuk “berhati-hati” dengan Riza.
Kembali kepada masa sekarang, suatu ketika saya iseng bertanya kepada Kinan, “IKJ atau ITB?”
“IPB, ahli gizi,” pungkasnya.
Saya cuma bisa berdoa dan menuliskan oooooooooooooooo banyak-banyak.
***
Jabat erat.
Salam.
Riza Almanfaluthi
Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang
https://linktr.ee/RizaAlmanfaluthi
Lihat Daftar isi buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang.
Baca Sinopsis buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang.
Baca Kata Pengantar buku Matanya Bukan Mata Medusa, 41 Life Hacks Menyintas di Negeri Orang