Membasmi binatang di Gaza adalah kalimat yang dilontarkan oleh Menteri Pertahanan israel Yoav Gallant pada Ahad, 8 Oktober 2023. Pernyataan penuh penghinaan itu sudah biasa dilontarkan para zionis.
Salah satu pemimpin israel, Moshe Dayan, di hari-hari awal dari 35 tahun pendudukan militer di Palestina, pernah mengatakan kepada rekan sejawat di kabinetnya kalau israel harus memberi tahu orang-orang Palestina bahwa mereka akan “hidup seperti anjing dan siapa pun boleh pergi jika mau”.
Cerita Moshe Dayan di atas saya ambil dari buku Avram Noam Chomsky berjudul Pirates dan Emperors terbitan tahun 2016. Buku itu pun sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bisa membantu pemahaman kita dengan lebih bersih lagi soal bagaimana dunia bergeming melihat kebengisan israel yang didukung tuan besarnya dari jauh.
Baca juga: Daftar Isi Buku Bagus Sindrom Kursi Belakang
Profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts dan keturunan Yahudi ini menentang keras kebijakan standar ganda tuan besar di berbagai negara. Ia juga sempat masuk sebagai daftar musuh gedung putih di masa Richard Nixon.
Saat ini, penindasan yang pernah dilihat sendiri oleh Chomsky berulang dan tengah terjadi. Sepertinya pun dunia tidak bisa berbuat apa-apa dengan kekejaman dan kerusakan yang ditunjukkan israel di depan mata mereka. Nurani seolah-olah mati walaupun begitu banyak anak-anak dan perempuan Palestina yang menjadi korban.
Otoritas sekelas PBB saja tidak mampu berbuat banyak dan menghentikan genosida itu. Padahal semakin waktu berlalu, tidak ada tindakan yang segera diambil, maka semakin banyak jumlah korban yang bertambah. Genosida dalam KBBI adalah pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras. Sungguh ironi, suatu bangsa yang pernah menjadi korban genosida, ternyata kemudian menjadi pelaku genosida. Bahkan lebih keji dan sadis lagi.
Lini masa Instagram bersileweran dengan tayangan pembersihan suatu bangsa. Selain karena algoritma yang menciptakan perbincangan pada klaster-klaster terdekat dan sejenis, saya yakin ini pun karena masifnya kepedulian warganet.
Akun-akun keseharian yang tidak berhubungan dengan Palestina ataupun tidak berafiliasi politik sama sekali turut menyuarakan kepedulian itu. Saya percaya, ini karena mereka masih memiliki nurani dan semestinya manusia memang demikian. Saya tidak tahu, terbuat dari apa hati mereka yang menyetujui tindakan biadab itu?
Baca juga: Puluhan Testimoni dari Pembaca Buku Baru Sindrom Kursi Belakang
Lalu dengan keterbatasan yang kita miliki, apa yang bisa kita lakukan dari jauh? Saya pikir ada tiga hal.
Pertama, doa supaya Allah menjaga dan melindungi pejuang dan rakyat Palestina. Kita sangat berketetapan hati bahwa Allah akan menolong mereka. Kezaliman israel pada saat ini sudah luar biasa di titik puncaknya, di luar batasnya. Bisa jadi momen sekarang akan mengubah permainan dan nasib bangsa penjajah itu.
Kedua, donasi terbaik sesuai dengan kemampuan. Sekecil apa pun, donasi itu sangat membantu rakyat Palestina terutama untuk makanan, selimut, ambulan, obat-obatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ketiga, media sosial. Pada saat ini, media sosial menjadi sarana utama penyebaran informasi. Kabar tidak lagi dikuasai oleh media arus utama yang seringkali malah mengorkestrasi kebohongan. Mereka tidak bisa lagi menutupi kezaliman israel itu sehingga muncul di lini masa akun media sosial kita. Algoritma yang sengaja mereka buat tidak mampu mencegahnya karena justru algoritma masih takluk pada syarat utama yang mereka ciptakan sendiri: kekuatan jumlah keterlibatan (engagement) warganet.
Maka dari itu, banyak yang bisa kita lakukan supaya kita jangan berhenti untuk mewartakan berita atau informasi kekejaman itu kepada dunia. Kalau di Instagram, kita bisa menayangkannya di feed, reels, atau story. Bisa juga dengan membagi ulang (reshare) atau menyukai (like). Atau dengan cara membangkitkan kembali dari kubur akun lama media sosial kita yang jarang dipakai.
Setidaknya, berkampanye melalui media sosial menjadi cara terbaik untuk menunjukkan keberpihakan kita sebagai manusia. Di titik ini, menurut saya, tidak ada kata netralitas. Hitam putihnya sudah jelas.
Semoga ini bisa menjadi cara terbaik kita dalam membantu rakyat Palestina karena mereka bukan binatang, bukan pula anjing.
Duhai Allah, ampuni kami atas segala kelemahan.
***
Riza Almanfaluthi
4 November 2023
Untuk pemesanan buku baru Sindrom Kursi Belakang bisa mengeklik tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi
