Risalah Pembaca Buku Bekas


Dunia kerja ASN dan PNS pada umumnya adalah dunia pengabdian yang sarat rutinitas dan tugas. Setidaknya 84 persen mereka yang memasuki dunia itu mengaku karena ingin berkontribusi kepada negara. Ini kata survei Kemenpan RB tahun lalu. Sayangnya, entah disadari atau tidak, banyak awak ASN yang akhirnya terjebak dalam rutinitas sistem itu sendiri, seolah dunia lain di luar sana sudah mati. Mereka tenggelam dalam SOP tugas harian—pagi ke malam—dan sebagian mengubur talenta yang sebenamya pernah mereka cita-citakan. Kalaupun dilakukan, talenta itu akhirnya tak lebih dari sekadar hobi pengisi jeda rutinitas semata. Haruskah lingkungan kerja ASN menjadi kuburan bagi berkembangnya talenta lain orang-orang di dalamnya? Bukankah seharusnya masing-masing bisa tumbuh beriringan, bahkan saling melengkapi?

Juni lalu, Majalah Pajak menemukan sebuah buku puisi cantik berjudul Seseloki Seloka di Pinggir Selokan. Bukan hanya apik dari rangkaian setiap diksi dan rimanya, dibalik ungkapan metaforisnya, isi buku ini juga sarat dengan kedalaman makna. Ada 52 dua judul puisi di dalam buku itu. Ada yang bertema sosial, ada yang bertema religi, tetapi banyak juga yang mengusung nuansa cinta. Misalnya puisi berjudul “Sajak Hening yang Sering Kucuri” ini.

Setiapmu adalah sajak yang kata-katanya begitu hening dan sering kucuri untuk kuakui sendiri/Plagiat tepermai adalah namamu yang selalu kerap kuucap dalam doa yang kuperam di malam 29.

Baca juga: Puluhan Testimoni dari Pembaca Buku Baru Sindrom Kursi Belakang

Buku itu adalah buku keempat dari enam buku tunggal yang diterbitkan Riza Almanfaluthi pada Jauari 2022 lalu dan dicetak ulang pada Februari 2022. Riza—sapaan akrab Riza Almanfaluthi—adalah seorang ASN yang saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Situs Direktorat P2Humas Direktorat Jenderal Pajak (DJP). la berhasil membuktikan bahwa seorang ASN pun bisa menyandang prosesi sebagat penulis, penyair, dengan kualitas dan produktivitas tak kalah dengan penulis profesional pada umumnya. Dan yang terpenting, kemampuan itu justru menunjang tugasnya sebagai PNS.

Awal Agustus ini, Riza baru saja selesai menerbitkan buku terbarunya. Judulnya Sindrom Kursi Belakang, sepenggal kisah hidupnya saat ditugaskan oleh institusinya di Tapaktuan, Aceh Selatan. Saat itu, Riza menjabat sebagai Kepala Seksi Penagihan di KPP Pratama Tapaktuan. Di sana, Riza tak ingin terjebak dalam tugas-tugas rutinitas, tetapi berusaha menggali makna atas setiap fragmen keseharian yang dijalaninya. Pengalaman itulah yang kemudian ia tuangkan ke dalam tulisan.

Baca juga: Daftar Isi Buku Bagus Sindrom Kursi Belakang

Dalam buku Sindrom Buku Belakang, Riza ingin mencoba mengatakan, dunia itu tidak bekerja sesuai keinginan manusia. Dunia memiliki aturannya sendiri. Terutama soal resah dan bahagia yang senantiasa singgah dalam setiap episode kehidupan manusia. Ada simpul yang bisa ditarik, jangan pernah berhenti berharap ketika resah itu datang—ada cahaya di ujung terowongan. Jangan pula terlena saat ketenangan dan kebahagiaan dirasakan, sesungguhnya resah dan bahagia itu dipergilirkan.

“Riza ingin buku ini menjadi mata air kearifan untuk pembaca. Ia menyisipkan dan mengumpulkan cerita dari pahlawan dalam kabin pesawat, penyintas tsunami, penumpang yang bersyukur karena ketinggalan pesawat, atau penambang terakhir yang diselamatkan dari kedalaman 700 meter di bawah permukaan laut setelah terperangkap selama 69 hari. Selalu ada yang dibawa dan direnungkan usai membacanya.” Demikian nukilan blurb, pada sampul belakang buku itu.

Baca juga: Sinopsis Buku Baru Sindrom Kursi Belakang

Selain menerbitkan enam buku Tunggal, Riza juga telah menerbitkan puluhan buku antologi berbagai tema. Ia juga tak enggan menulis buku-buku pengetahuan yang beririsan dengan tugas-tugasnya di DJP bersama penulis lainnya. Misalnya, buku Harmoni Cinta untuk Negeri, kumpulan artikel seputar Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang pernah dipublikasikan di media massa dan masih banyak tulisan dengan ragam tema dan nuansa.

“Saya berusaha untuk menulis buku. minimal—semoga dapat kesempatan—satu tahun sekali menerbitkan satu buku. Ada kepuasan tersendiri untuk bisa berbagi dengan orang lain,” kata Riza saat berbincang dengan Majalah Pajak di Kantor Pusat akhir Juni lalu.

Baca: Mesin Hanya Memiliki Chip, Manusia Memiliki Hati

Berkah buku bekas

Riza lahir di lndramayu 24 Juli 1976 dari orangtua yang sederhana. Sang ayah adalah penjual buku-buku bekas. Namun, agaknya risalah buku-buku bekas itulah yang membangun kesadaran literasi Riza. Sejak belia, pria berpembawaan ramah ini sudah terbiasa membaca buku dagangan ayahnya.

“Bapak saya penjual buku bekas, majalah bekas. Ada majalah Intisari, Hai. Mungkin itu yang melatarbelakangi saya suka menulis. Saya hobi membaca dari kecil dan saya juga suka Bahasa Indonesia,” tutur Riza.

Saking sukanya dengan mata Pelajaran Bahasa Indonesia, di sekolah Riza selalu berhasil menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sang guru.

“Sama guru, saya disuruh jangan angkat tangan—saya selalu mengangkat tangan pertama karena jawaban pertanyaan itu ada semua dari hasil bacaan saya” kenang Riza tertawa.

Selepas menempuh pendidikan menengah di kampungnya, tahun 1994 Riza hijrah ke Jakarta untuk menempuh pendidikan Program Diploma Keuangan PKN STAN. Di bangku kuliah, seiring dengan meluasnya jaringan dan komunitas, kemampuan menulis Riza kian terasah.

Baca: Reviu Buku Baru Sindrom Kursi Belakang: Tak Setetes pun Air Mata

“Ketika saya diberikan kesempatan jadi wakil ketua komisariat mahasiswa, saya memiliki privilese untuk memegang kunci sekretariat. Dan di sekretariat itu ada komputer—waktu itu Windows 95. Kesempatan itu saya gunakan untuk belajar komputer sekaligus belajar menulis. Dari sana pelan-pelan saya menulis artikel, kemudian dicetak dan dipajang di majalah dinding musala di kos-kosan saya. Ya itu, menulis sendiri, nyetak sendiri, baca sendiri,” selorohnya.

Tahun 2000-an, ketika internet semakin berkembang, Riza semakin leluasa menuangkan pikiran-pikirannya melalui jaringan situs web. Saat itu ia memilih blog sebagai medium untuk berlatih menuangkan gagasan-gagasannya. la kian intens menulis, berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar perjalanan hidup dan kariernya sebagai ASN. Blog itu hingga kini bahkan masih ia rawat. “Alhamdulillah, blog itu bermanfaat karena banyak pengunjung datang untuk membaca. Contohnya. yang paling sering diakses adalah bagaimana cara magang di DJP buat mahasiswa.”

 

Disiplin dan konsisten

Selama berkarier di DJP, Riza telah malang-melintang di berbagai penugasan. la pemah menjadi pelaksana Seksi Penagihan, Juru Sita Pajak Negara, Account Representative, Penelaah Keberatan Direktorat Keberatan dan Banding, hingga dikirim ke luar daerah sebagai Kepala Seksi Penagihan di KPP Pratama Tapaktuan. Pengabdian yang ia lakukan itu menjadi rangkaian perjalanan hidup yang selalu ia abadikan dalam tulisan. Tidak selalu untuk memberikan pemahaman karena seperti kata C Day Lewis, terkadang menulis bukan untuk dipahami, tetapi untuk memahami sesuatu. Atau kata Alice McDermott: “Kalau aku tak menulis, aku tak akan dapat memahami apa pun.”

Baca: Ikut Arus Dunia Perbatuan

Meski produktif menulis, bukan berarti Riza mengorbankan tugas lainnya sebagai ASN. Baginya, keduanya sama-sama penting, sama-sama utama, sama-sama bermanfaat, dan sama-sama harus dipertanggungjawabkan. Maka, agar keduanya bisa berjalan beriringan, Riza selalu menjaga disiplin dan konsistensi. Sebagai ASN yang terikat dengan jam kerja di kantor, waktu terbaik untuk menulis adalah Sabtu dan Minggu.

“Sabtu-Minggu waktu terbaik saya untuk menulis. Namun, kalau ada ide yang menarik banget, saya memaksakan diri untuk menulis, malam, sepulang kantor. Untuk tulisan yang harus saya selesaikan dalam dua bulan, setiap malam saya menyisihkan waktu setengah jam untuk menulis, walaupun memang capek,” kata pria yang saat ini sering didaulat menjadi editor buku dan mentor kepenulisan bagi mahasiswa dan pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan ini.

**

Ditulis oleh Waluyo Hanjarwadi

Fotografer: Riyan Fazry dan dokumen pribadi

Majalah Pajak, Volume CIX-CX/2023

Untuk pemesanan buku baru Sindrom Kursi Belakang bisa mengeklik tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi

One thought on “Risalah Pembaca Buku Bekas

Tinggalkan Komentar:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.